GU LAKUDO

GU LAKUDO
Masjid Agung Nurul Huda Gu-Lakudo

Sabtu, 28 Juli 2012

BINTANG DAN PERSEPSINYA TENTANG PENYULUHAN




Ini adalah berita dan kisah yang hampir benar-benar nyata adanya tanpa pernah direkayasa sebelumnya. Orang-orang sangat susah untuk membedakan kejadian ini, cerita hororkah atau hanya sekedar berita. Ini tentang puluhan seminar dan penyuluhan yang sempat saya ikuti baik itu seminar dan penyuluhan bertaraf local, regional, maupun nasional. Kejadiannya hampir mirip semuanya, hanya perbedaan tempat, tanggal, pemateri, dan judul materi yang menjadi pembeda antara yang satu dengan yang lainnya.

Penyuluhan yang seyogyanya diperuntukkan kepada mereka masyarakat yang kurang atau bahkan tidak paham sama sekali perihal isu-isu yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat, sekarang telah banyak mengalami pergesaran dari peruntukkan yang seharusnya. Mereka-mereka yang telah paham dan sangat mengetahui perihal substansi dari penyuluhan malah menjadi hadirin yang mayoritas. Lebih parahnya lagi orang-orang yang seharusnya sudah paham ini kalau duduk mendengar dalam suatu acara penyuluhan posisinya malah paling depan. Ini sungguh sangat mengkhawatirkan dan memiris hati. Sementara para masyarakat biasa yang seyogyanya didudukkan paling depan guna bisa dengan mudah memahami isi dan tujuan daripada penyuluhan, malah diasingkan hingga dimarginalkan serta dikucilkan di kursi paling belakang. Seperti  itulah kenapa tulisan menjadi perlu hingga penting adanya.

Sebut saja, Bintang namanya. Seorang masyarakat biasa yang tinggal didusun tetangga RT 3 RW 5 Kelurahan Prihatin Status hampir kawin. Beliau ini adalah salah satu tipe masyrakat yg luar biasa semangatnya dalam menghadiri setiap penyuluhan yang dilakukan di berbagai  wilayah  dibelahan nusantara yang tidak lain tujuannya hanya untuk mencari ilmu guna meyakinkan calon istrinya yang lulusan SMA juga kalau dia bisa dan mampu menghadiri acara yang seperti itu. Bintang adalah tipe masyarakat yang lugu, rajin, teraniaya, ulet, dan gagah. Tidak jarang dalam sebulan dia selalu mencari info-info perihal seminar dan penyuluhan sebanyak 5 – 8 kali. Biarpun kawan-kawan sebayanya selalu mencemooh dan mengasingkannya karena dia hanya lulusan SMA, tapi semangatnya untuk menuntut ilmu lewat seminar-seminar sudah cukup dan pantas untuk kita mengacungkan jempol tangan dan kaki kita kepadanya pada sifatnya yang satu ini.

Pada  awalnya tepat pada hari senin pada tanggal dan jam yang tidak diketahui, Bintang pergi menghadiri acara penyuluhan di mawasangka yang diadakan oleh mahasiswa Stikes MM yang kalau tidak salah kala itu yang menjadi pembicaranya adalah ibu Novianti nadjewa. Untuk menghadiri acara ini Bintang menguras dan merelakan isi kantong celananya senilai Rp 25.000 untuk mengojek dari pelabuhan very Bau-bau sampai Mawasangka, sisanya ongkos kapal cepat Cantika dari Kendari menuju Bau-bau disewakan oleh seorang Doktor yang oleh mayarakat-masyarakat lugu sekitarnya digosipkan baik hati, rajin, tidak sombong, dan sebagainya sebut saja Dr. Yunus namanya. Sebelum akhirnya bisa menghadiri acara tersebut, Bintang dengan susah payahnya bersenggol-senggolan dengan beberapa masyarakat lain  yang juga akan menghadiri penyuluhan tersebut. Diantara beberapa masyarakat yang bersenggolan bersamanya itu, ada satu diantaranya yang ternyata rangkap jabatan sebagai seorang preman, sebut saja Almuhadirin atau Deren panggilannya. Ketika Almuhadirin menyenggol Bintang, Bintang selalu membalas dengan menyenggol kembali preman ini. Ketika Bintang menyenggolnya, Almuhadirin lantas menyenggolnya kembali dengan lebih halus, lebih mesra sampai menyadarkan Bintang kalau ternyata preman ini tidak seganas kata orang-orang. Maka terjadilah senggol-senggolan oleh keduanya selama hampir 14 menit. Dari sinilah awal pejumpaan mereka hingga mereka berkenalan.


Bintang bersama Masyarakat yang acuh tak acuh di belakang
Bintang dan Deren masuk secara bersama-sama di Aula kecamatan dan berharap mendapatkan kursi dan tempat yang pas dan cocok serta menenangkan hati  bagi mereka dalam waktu panjangnya menyaksikan pemateri yang namanya sudah disebutkan sebelum sampai pada kalimat ini. Alih-alih mendapatkan tempat yang diinginkan, mereka berdua justru mendapat kursi paling belakang bersebelahan dengan orang-orang malas dan acuh tak acuh semisal , Imran Sanuddin,Yanuar, Muhammad Sadid, Ishak,  dan kawan-kawan sejenis lainnya. Pada awalnya memang masalah ini bukanlah masalah yang terlalu menggalaukan hati bagi mereka, tetapi galau itu sendiri muncul ketika Bintang dan Deren menyadari kalau ternyata yang mendapat jatah kursi paling depan dan bercahaya adalah seorang masyarakat yang tak jelas asal muasalnya yang oleh kawan-kawannya biasa dipanggil “itik” sementara dalam ijazah SMAnya tertuliskan Aristinaal. Maka menjadi galaulah mereka berdua sepanjang berlangsungnya penyuluhan. Lebih galau lagi mereka ketika ibu Aristinaal selalu menjadi orang pertama yang mengacungkan jari telunjuk kepada pembicara ketika memasuki sesi tanya jawab padahal jauh sebelum ibu Aristina mengacungkan jari telunjuk, Bintang dan Deren telah mengacungkan jempol terlebih dahulu kepada pemateri. Apa mau dikata, nasi telah menjadi tape. Bintang dan Deren telah dilanda kecewa. Lebih-lebih pada moderatornya yang selalu memakai jilbab warna-warni, sebut saja Amhy namanya biasa dipanggil Nyonk. Beliaulah yang selalu menunjuk Aristina sebagai dan selaku penanya dan cenderung mengabaikan masyarakat biasa untuk bertanya. Hingga sampai waktunya pulangpun, Bintang masih merasai dirinya dan dirinya Deren seolah terkesan dilecehkan dan tidak dipandang sehingga menjadi galaulah mereka sepenjang hari oleh ulah Aristina dan Amhy.

Moderator yang pilih kasih
Satu pengalaman buruk dalam penyuluhan telah merasuk dan mendagingdarah kepada Bintang. Namun Bintang bukanlah tipe masyarakat lugu yang terlalu cepat putus asa kepada hal-hal yang mengecewakan. Jangankan hanya karena penyuluhan, ditolak sebanyak 6 kali pun oleh Waode fitria dia tetap tidak patah arang untuk mengejar pujaaan dan sandingan hatinya apalaagi hanya karena diberlakukan tidak senohnoh oleh moderator yang takut kepada kelinci. Bintang masih tetap berdiri tegap dan masih tersenyum sinis serta tetap berencana untuk menghadiri penyuluhan selanjutnya yang diadakan di Kolaka. Kabar-kabar dan gossip-gosip yang beredar bahwa dalam penyuluhan itu, yang akan menjadi pembicaranya adalah om David Herlan yang pernah melamar beberapa orang kawannya di SMA dulu namun sampai sekarang masih digantung. Maka bersemangatlah kembali Bintang setelah mendengar nama David tersebut. Meskipun tidak ada hubungan keluarga yang jelas, namun Bintang merasai dirinya dan David punya ikatan batin yang sangat kuat seperti supir dan knek. Dari situlah kemudian Bintang mengajak salah seorang kawannya yang juga pujaan hatinya selama 2 tahun belakangan ini untuk turut hadir meramaikan dan memeriahkan penyuluhan tersebut. Tentang pujaan hati itu, sebut saja namanya Sufi seorang gadis kemayu yang oleh Bintang dinobatkan sebagai icon of the girls in the class. Dari sinilah Bintang kemudian banyak berharap kepada pembicara atas nama david herlan agar dapat adil dalam menjalankan fungsinya sebagai pembicara yang menyamaratakan masyarakat. Sambil kemudian berpikir bahwa ibu yang banyak bertanya dipenyuluhan sewaktu di Mawasangka atas nama Aristina mustahil bisa hadir dipenyuluhan yang diadakan di Kolaka apalagi ibu Aristina masih sakit-sakitan karena baru saja selesai diguna-guna oleh sang preman rangjap jabatan yang namanya tidak bisa disebutkan kembali. Maka dengan tegak kepalalah Bintang menyiapkan segala materi dan pertanyaan guna menguji dan bertanya serta bersendagurau kepada om David pada penyuluahan nanti.

Bintang bersama Imran Sanuddin
Tibalah pada hari yang dinantikan oleh Bintang. Bintang tidak hadir sendiri. Kali ini dia bersama Sufi naik ojek menuju Kolaka dengan cara bonceng 3. Ongkosnya tidak terlalu mahal, kira-kira Rp 30.000. Agak murah memang, mengingat yang  jadi ojeknya pada saat itu adalah kawan setanah dan sebangsanya Bintang namanya Salma. Bintang duduk ditengah seraya hampir mati sesak napas. Selain Bintang, juga turut hadir beberapa orang dari kawan-kawan Bintang dimasa lalu mereka adalah Obi ( ojek kampung sebelah ), Fachrul m food ( penyanyi dangdut ), Sunardin ( Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Sultra ), dan Rima ( mantan dosen ). Kabar-kabar yang beredar bahwa keempat kawan-kawan Bintang ini yang juga turut hadir ternyata datang dengan menempuh jalur udara ( helicopter ). Mereka menggunakan helicopter merek Yamaha yang disewakan oleh Doktor Yunus  sehari sebelumnya yang dipiloti oleh La Ode Zardin. Mereka secara berjamaah tiba di Kolaka dan terlebih dahulu mendiskusikan perihal apa dan bagaimana nantinya ketika berada dalam forum penyuluhan. Maka menjadi harmonislah suasana dari beberapa gerembolan kawan-kawan lama ini setelah beberapa helai menit mereka lalui dengan canda dan was-was akan hati yang patah.

Pilot Helicopter tampak baru tiba di TKP bersama peserta penyuluhan
          Ini masih tentang penyuluhan yang dibintangi oleh David. Sementara Bintang telah siap dan siaga dengan pakaian batiknya yang belum selesai dijahit seraya bersiap dengan hati yang gundah sambil harap-harap cemas, dia menuju tempat penyuluhan dengan langkah malu-malu. Maka sesampainya di TKP, didapatinya kursi bagian terdepan dan terhormat serta terpandang telah terisi seluruhnya oleh mereka-mereka yang terlihat asing serta tidak pernah dilihat olehnya sebelumnya kecuali beberapa wajah-wajah yang mengganjal hati. Menjadi galaulah Bintang pada hari itu. Ditengah rasa galaunya, lantas Bintang dihampiri oleh salah seorang kenalannya sewaktu menginap di Hotel Bintang dua yang bernama Rahim salah seorang pedagang sukses yang menetap dan membangun rumah di Batu Atas dan digadang-gadang akan menjadi kepala desa Batu Atas yang terkenal . Maka berbincanglah mereka dengan bahasa dan kepentingan masing-masing sambil mendengar bapak David yang membawakan materi penyuluhan dengan juduj Poligami.



Suasana penyuluhan  tentang Poligami di Kolaka




David: moderator yang mengecewakan Bintang
Ada yang berbeda dengan persaan dan kegundahan hati Bintang ketika David membawakan materi yang berjudul Poligami. Betapa tidak, Bintang yang sedari SMA telah bercita cita menjadi seorang Laki-laki beristri 3 telah lama belajar dan berguru kepada kawan-kawanya perihal Poligami sehingga ketika David terus berkotek-kotek perihal poligami, Bintang terlihat berkoar-koar seraya memandang dan berkata sambil berteriak dengan suara keras kepada Rahim “Rahim!!!bantulah saya mencari istri sebanyak-banyaknya”, tiba-tiba pandangan dari 10 lusin peserta seminar mengarah kepada Bintang. Bintang menjadi merah pipinya sambil tertunduk lugu namun tidak malu. Tidak hanya peserta seminar saja yang tersentak kaget, David seorang Penyuluh yang agak tuli-tuli sedikitnya kabarnya masih sempat terkagetkan juga, sehingga menjadi lupalah dia dengan materi yang dia bawakan. Ketika itu suasana menjadi hening karena bapak David (kepala Puskesmas Batu Atas) lupa dengan materinya sehingga terdiam lugulah dia dihadapan para peserta seminar. Disela-sela keheningan yang menyelimuti suasana seminar sekaligus penyuluhan itu, tiba-tiba muncul jari telunjuk yang menunjuk keatas yang berasal dari barisan depan yang setelah di cek dan dicek lagi ternyata adalah milik salah seorang musuh bebuyutan Bintang dalam penyuluhan, Ibu Aristina namanya lagi-lagi.

Rahim: calon kepala desa Batu Atas tampak kecewa
          Bintang dan calon kepala desa Batu Atas terlihat emosinya menaik dan seperti memuncak dikepala mereka. Betapa tidak, moderator yang harusnya membela hak-hak mereka sebut saja namanya di fb ada tulisan D’mircznya yang lagi-lagi berjilbab ungu malah memberikan kesempatan kepada Aristina untuk bertanya-tanya kepada pemateri. Bintang dan calon kepala desa jelas tidak bisa menerima begitu saja keputusan dari moderator tersebut apalagi dibalakang mereka masih ada masyarakat yang lebih biasa lagi dari mereka sebut saja Mila namanya yang telah mengacungkan jari kelingking bercampur jempul jauh sebelum ibu Aristina mengacungkan telunjuknya. Dengan perasaan tidak terima tersebut, Bintang kemudian menelpon salah seorang kawannya yang dinilanya paling bisa adil dalam membela hak-hak masyarakat biasa seperti mereka. Maka untuk menelpon orang atau beliau tersebut, maka ditekanlah tombol HP Bintang dengan urutan 085259408413 kemudian menekan tombol hijau dibagian kiri. Sambil menunggu jawaban dari pemilik nomor, tiba-tiba Rahim bangkit dari kursinya sambil berdiri dan berkata-kata.


Bersambung. . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar