CINTA
CAESAR MENGGEBU DALAM KHAYALAN
“ ha ha ha...” Caesar
tertawa terbahak-bahak sendiri di gode-gode di hadapan para anggota MABES yang
sedang bermain domino sesaat setelah mereka baru saja mengunjungi gode-gode
yang membuat mereka penasaran. “ kalian ini,” katanya. “ saya sudah bilang, kalau
masalah gadis, mana bisa saya bohong pada kalian.” Sambil terus terbahak-bahak.
“ tidak usah dengarkan
dia,” kata La Otde setelah melihatFarllin yang terus melototi Caesar. “ BALA
TIGA!” teriak Otde sambil membanting kartu double
III pada tripleks tempat mereka bermain.
Rupanya Farlin masih
sedikit penasaran pada Caesar. Dia tidak menghiraukan perkataan La Otde. “
Caesar!” kata Farlin menghentikan gelak tawa dari Caesar. “ Maksud kamu
menunjukkan telapak tangan dan jari telunjuk pada kami ketika kamu pertama kali
datang barusan itu, untuk apa?”
Caesar makin meledak
tawanya mendengar pertanyaan dari Farlin ini. “ ha ha ha...” seterusnya. “ masa
kamu tidak tahu, saya kira kamu laki-laki yang pernah pacaran, pasti kamu tahu
maksudku.” Jawab Caesar.
La Otde dan Alan yang
duduk bermain domino bersebelahan dengan Farlin terus melarang Farlin untuk
melanjutkan bertanya pada Caesar. Namun karena rasa penasarannya yang sangat,
dia lanjut berinteraksi pada Caesar.
“apa buktinya? Sementara
di gode-gode tadi kami tidak menemukan bekas apa-apa?” tanyanya pada Caesar.
“ gadis yang saya
maksudkan kali ini tidak sama dengan yang saya tunjukkan di jembatan dan di
gode-gode itu.” Sambil tertawa-tawa. “ kalau gadis yang ini, dia tidak memakai
jilbab, saya ketemu dengannya setelah saya baru saja pulang dari gode-gode
itu?”
“ ketemu dimana?” tanya
Farlin.
“ di samping lapangan
BADMINTON.” Jawab Caesar yakin.
“ wah, saya tidak mau
pergi ke Badminton lagi untuk menemani kamu membuktikan hal itu.” Kata Farlin
seolah mewakili yang lainnya. “ saya mau, kamu hadirkan buktinya di siini!”
Caear hanya tersenyum
tipis mendengar desakan dari Farlin itu. Tentunya sambil meninggikan dagunya. “
oke oke, itu gampang sekali.” Katanya sambil merogog saku celananya.
“ untuk apa HP itu?” tanya
Farlin.
“ coba kamu baca isi sms
ini?” kemudian memperlihatkan isi smsnya pada Farlin.
“
kita ketemu dimana?”
“
di rumahku saja!”
“
rumahmu dimana? Saya tidak tahu kamu siapa.
“
di Mataole, di samping lapangan badminton. Saya tunggu sekarang!”
“
nama kamu?”
“
nanti juga tahu sendiri, yang penting kamunya datang dulu!”
“
di samping rumahku saja!”
“ mau ketemu atau tidak?”
“
di samping rumahku, pokoknya!”
“
tidak usah kalau begitu!”
“
oke, di samping lapangan badminton!” Caesar menyerah.
Farlin hanya bisa
ternganga membaca sms itu. “ ini betul, Caesar?”
“ ha ha ha...” tawa
renyah Caesar. “ jelas, pastilah itu betul. Kamu sendiri kok yang baca.”
Xi xi xi xi...suara cekekikan tidak jauh dari
tempat Farlin dan Caesar bercakap. Ternyata
dia belum sadar juga kalau gadis yang di-smsny itu adalah ulah kami, pikir
Alan dan La Otde sambil menahan tawa yang hampir pecah.
“ Farlin, kalau kamu
tidak percaya, saya bisa telpon gadis itu sekarng!” sambil menunjukkan sms
terakhir dari lawan smsannya itu. “ iya,
kak. Kaka hati-hati di jalan. And, jangan lupa sebentar kalau ada waktu,
‘TELPON’ saya yah?”
“ oke, Kalau begitu kamu
telpon sekarang!” Farlin lalu berdiri menghadap pada yang lainnya. “ Caesar mau
telpon gadis pengagumnya, semuanya tolong jangan dulu banyak bersuara.” Lalu
semuanya menjadi hening. “ Ayo, Caesar, kamu telpon sekarang. Semuanya mau
dengar kamu bicara dengan gadis itu.”
Caeasar hanya tersenyum
tipis, menertawakan keraguan Farlin yang tidak berdasar. “ tolong semunya
jangan ribut!” perintah Caesar pada semuanya.
Tombol hijau sudah di
pencet oleh Caesar dan kini di layar HP Caesar muncul tulisan memanggil
kemudian di bawahnya ada nama dan nomor HP terpanggil. Nomornya betul tak salah
sedikit pun. Semuanya masih terdiam.
Zzzzttttt
.....zzzzttttttt......zzzzzzzttttt....terasa ada yang bergetar lagi dalam saku
celana milik La Otde. Namun kali ini bukanlah sms yang masuk melainkan telpon.
“ bagaimana ini, Alan?” bisik La Otde padaAlan.
“ kamu matikan saja,
tekan saja tombol merah secara diam-diam!” nasehat Alan. “ kamu tidak mau ‘kan
kalau Caesar sampai tahu?”
La Otde langsung menekan
tombol merah mengakhiri panggilan dari kontak Caesar. Dan seketika hubungannya
putus.
Bukannya mengakhiri
panggilannya setelah tahu panggilan diputuskan, Caesar malah terus saja menempelkan
Hpnya pada telinganya.
“ bagaimana, Caesar?”
tanya Farlin. “ sudah di angkat, belum?”
“ masuk!” kata Caesar.
Lalu menyuruh Farlin untuk diam. “ halo, halo...” kata Caesar.”
Farlin dan yang lainnya
hanya bisa terpanah dan terpaku melihat dan menyaksikan langsung bagaimana
Caesar berkomunikasi dengan seorang Gadis.
“ Kasih Loudspeaker dulu kah!” Kata Farlin.
“ tidak bisa!” jawab
Caesar. Lalu melanjutkan dengan mengambil posisi seperti sedang menyimak
bahasan dari lawan bicaranya itu.
La Otde dan Alan hanya
bisa merebahkan tangan. Seakan tidak percaya pada apa yang mereka lihat.
“ coba kamu lihat ulang
Hpmu!” perintah Alan kepada La Otde. “ jangan sampai tombol merahnya belum kamu
tekan.”
La Otde lalu melihat
kembali pada layar Hpnya. Hanya latar menu yang terlihat oleh Otde. Tak ada
tanda kalau dia sedang melakukan panggilan dengan Caesar. “ tidak, tidak...
tidak ada panggilan di HPku.” Lalu menatap bingung pada Alan.
“ jadi?”
“ yah, saya juga tidak
tahu.”
Sementara Caesar terus
tertawa-tawa menggoyangkan bahunya. Sambil sesekali mengombal pada lawan
bicaranya.
“ ayolah Caesar!
Perdengarkan juga pada kami suara gadis itu.” Farlin memohon.
Caesar sama sekali tak
mengubris permintaan dari Farlin. Terus berbicara dan fokus pada sudut HP yang
menempel pada bibirnya. “ha ha ha...” dia terus tertawa. Lalu berhenti
sesekali. “ saya lagi di rumah ini. Saya sendiri.” Kata Caesar berbicara di
telpon. “ kapan lagi kita ketemu?” tanyanya. “ apa? Kamu belum punya pacar?”
sambil melirik-lirik pada Farlin dan yang lainnya. “ kalau begitu saya mau
tanya sama kamu..., bisa?” sambil memperbaiki posisi duduk. “ SAYA MAU SAYA
JADI PACARKU???”
Ha ha ha ha... semua
yang ada di Markas itu serentak tertawa-tawa dengan terbahak-bahaknya. Farlin
terguncang-guncang bahunya tak mampu menahan tawanya. Sementara Andi
tertawa-tawa dengan memukul-mukul sisi gode-gode. Laade memegang-megang
perutnya sambil terus bibirnya cekekikan.
Caesar tidak
menghiraukan tawa dari rekan-rekannya itu. Dia menyadari alasan mereka tertawa.
“ eh...” katanya heran. “ ulang, bukan itu pale maksduku..” Caesar mencoba
mengklarifikasi. “ saya ulang, KAMU MAU SAYA JADI PACARKU?” tanyanya lagi.
Laade yang masih belum
menyelesaikan tawanya, kembali pecah lagi tawanya mendengar klarifikasi dari
Caesar ini. Pun dengan Andi, belum tuntas dia tertawa-tawa, tawanya kembali
pecah lagi bahkan pukulannya pada
gode-gode semakin kencang dan semakin kuat memberantakkan susunan domino yang
sudah terlanjur panjang. Farlin dan yang lainnya juga demikian. Bahu mereka
makin berguncang mendengar ucapan Caesar ini di telpon. “ kamu bodoh sekali,
Caesar!” kata Farlin.
Di tempat berseberangan, Alan
dan La Otde sesekali juga pecah tawanya karena Caesar. “ sebenarnya...” Alan
lalu manatap pada La Otde. “ Caesar itu, benar menelpon atau tidak?”
“ ha ha...” sambil
tertawa, Otde mejawab tanya dari Alan. “ saya juga curiga, sepertinya memang
tidak ada yang dia sedang telpon.” Jawab Otde Lalu bangkit berdiri menjauh dari
Alan.
“ mau kemana?” tanya
Alan.
La Otde tidak
menggubris. Dia terus meloncat dan mendarat tepat di samping kiri Caesar.
Secepat kilat, dia langsung menyambar HP Caesar yang masih tengah dipakai
Caesar untuk menelpon.
“ owe...!!” kata Caesar
lalu mencoba merebut Hpnya yang diambil La Otde.
La Otde melirik sebentar
layar HP milik Caesar. Dia sepertinya bingung.
“ mari Hpku itu!” paksa
Caesar.
“ alah...” La Otde
menggelengkan-gelengkan kepalanya. Betul sekali dugaan La Otde dan Alan. “
kenapa tidak ada panggilan di Hpmu ini, Caesar?” kata La Otde. Suranya NYARING.
Sesaat setelah ucapan La
Otde itu, secepat kilat HP milik Caesar telah berpindah tangan pada Caesar. “
kamu ini, orang masih menelpon.”
“ perasaan tidak ada
tadi itu orang yang kamu telpon.” Kata La Otde.
“ siapa bilang?” jawab
Caesar.
“ tadi itu saya bicara
sama seorang Gadis.” Kata Caesar meyakinkan. “ kalau tidak percaya, Lihat ini.”
La Otde melihat pada
arah yang di tunjukkan Caesar. Panggilan
keluar _ 085396468XXX ( F4NS Qyu) . Baca La Otde. Benar sekali, ini nomor Hpku, pikirnya. Berarti barusan itu dia hanya akting saja!
“ belum tahu ternyata
kau!” kata Caesar pada La Otde. “ ha ha ha...”
La Otde tidak bisa
berkutik melihat tawa Caesar,meskipun diketahuinya bahwa apa yang di lakukan
Caesar barusan adalah hanya akting belaka dan rekayasa. “ Caesar tadi itu sebenarnya
tidak sedang menelpon!” katanya nyaring
pada yang lainnya. “ dia hanya akting.”
“ ha ha...” Caesar hanya
tertwa renyah menanggapi ucapan La Otde ini. Matanya kemudian dia arahkan pada
Farlin dan yang lainnya. “ kalian percaya bicaranya La Otde?” sambil
melanjutkan tawanya.
La Otde hanya tersenyum
tipis. Dia tahu sekali Caesar ini sangat pandai dalam berakting, apalagi dalam
merangkai dongeng yang sistematis. Sebenarnya, La Otde bisa saja menjatuhkan
Caesar untuk membungkamnya di situ pada saat itu juga.
“ Otde, sudahlah! Kamu
jangan terlalu ribut! Kalau tidak tahu
masalah, sebaiknya diam saja. Diam lebih baik, seperti emas, kata Omku”
Kata Caesar kembali tertawa.
Melihat Caesar yang
sudah lupa diri, La Otde hanya bisa terdiam-diam, seperti sedang merencanakan
sesuatu. Hanya sesaat. Dan, setelah itu matanya diarahkanny pada Alan. Alan
membalas tatapan itu dengan menganggukan kepala. “ sudahlah, biarkan saja dia!”
kata Alan. La Otde hanya mengikuti saran Alan membiarkan Caesar
bersenang-senang dengan dongennya dan kembali bergerak menuju tempat awalnya,
di samping Alan.
“ Gadis itu sangat
cantik. Matanya seperti berbinar-binar, dan bibirnya....astaga, merah merona
seperti isi buah delima.” Katanya di
hadapan Andi, Farlin dan yang lainnya.
“ terus apa kamu perbuat
pada bibir itu?” tanya salah seorang dari mereka.
“ kalian mau tahu juga?”
“ sebenarnya tidak, tapi
kamu tadi yang mulai.”
“ oke, saya akan
jelaskan pada kalian.”
“ jangan, terlalu
panjang nantinya cerita kamu itu!”
Caesar
kembali tersenyum lega. Merasa dirinya telah cukup berhasil meyakinkan
kawan-kawannya akan kejantanannya dan sifat maskulin dari seorang laki-laki.
***
Suasana
kembali tenang. Lama tak ada percakapan. Dengan hati dan wajah berseri-seri,
Caesar duduk memojok agak jauh dari rombongan. Dia tertawa-tawa tipis sambil
melotot pada Hpnya. Sementara yang lain tengah sibuk mengatur kartu-kartu
mereka untuk menghasilkan bantingan terbaik yang melemahkan lawan.
Caesar
tiba-tiba saja berdiri. Melompat dari gode-gode menuju permukaan aspal yang
menghitam. Seperti akan bergegas kesuatu tempat.
“ kamu mau kemana?”
“ tidak, ada seorang
gadis lagi yang mau bertemu dengan saya. Jadi , Alan, kamu duduk saja di situ
bersama La Otde dan dengar kabar nantinya pada saya.”
“ oh, silahkan!”
“ oke!” jawab Caesar
sambil lalu bergegas meninggalkan yang lainnya menuju arah lapangan Badminton.
“hati-hati, yah!” kata
Alan, lalu tertawa-tawa bersama La Otde. “ kamu sms Caesar bagaimana tadi?”
tanya Alan pada La Otde.
“ kak, sorry! Tadi saya sementara bantu-bantu mamaku kerja untuk masakan
sahur sebentar. Sekarang saya ada di samping lapangan Badminton. Kalau bisa
kesini dulu!”
“ ha ha...” tawa Alan
pecah.. “ saya akan coba ikuti dia, barangkali saja, di sana saya bisa banyak
membantu. Kita tidak tahu ‘kan apa yang akan ada dalam pikiran Caesar kalau dia
kecewa untuk kesekian kalinya pada orang yang dianggapnya penggemar.” Turun
dari gode-gode lalu secara diam-diam
membuntuti Caesar dari belakang yang telah lebih dulu meluncur cepat menuju
TKP.
“ hati-hati!” nasehat
Otde. “ sekalian, kamu pegang Hpku. Kalau-kalau nanti Caesar mengirimi lagi
sms.”
***
Caesar hanya bisa
terdiam memandang kosong ke depan. Dia seolah masih tidak percaya dengan apa
yang dialaminya. Gadis yang memintanya itu tak kunjung muncul juga. Padahal
sudah belasan menit sejak dia tiba di tempat itu. Apa maskud gadis itu hingga dua kali dia tidak menampakkan dirinya.
Apakah karena saya yang telat lagi datangnya? Setahu saya, setelah smsnya masuk
di Hpku, saya langsug bergegas menuju tempat ini. Ataukah ada alasan lain?
Pikir Caesar. Saya akan tunggu beberapa
menit lagi di sini. Kemudian dia mengirim lagi sms pada gadis itu. Pesannya
tiba pada tujuan. Terkirim. Seseorang membaca pesan itu.
Tiba-tiba saja, dalam
diamnya, ketika tak ada lagi suara-suara yang dapat memancing konsentrasinya,
satu tepukan pada bahunya mengagetkan Caesar dari diamnya. Akhirnya gadis itu datang juga. Sudah lama sekali kutunggui. Caesar
lalu memalingkan wajah menoleh pada sosok yang menepuk bahuya itu. “ kamu...
kenapa ada di sini?” ucap Caesar setengah kaget.
“ sudahlah, Caesar!
Gadis itu tidak akan datang.”
“ apa kamu bikin di
sini, Alan?”
“ mau melihat sosok
gadis yang membuatmu nekat datang ke sini?”
“ oke, mari kita tunggui
gadis itu!”
“ kita balik saja!”
“ kenapa?”
“ sudahlah, gadis itu
tidak akan datang!”
“ dari manakamu tahu?”
“ tadi, kamu ‘kan juga bohong soal gadis yang kamu temui di
sini.”
“ tahu darimana?”
“ sudahlah, kita pulang
saja dulu! Nanti saya jelaskan di Markas.”
Caesar menunduk sesaat
sambil sesekali melempar pandangannya pada setiap sudut penjuru lapangan
Badminton. “ iya, mari kita pulang!” ujar Caesar. Mereka lalu membalikkan
badannya bersama-sama lalu melangkahkan kakinya untuk kemudian kembali ke
Markas. “ kamu jangan cerita-cerita di Markas kalau saya tidak ketemu
siapa-siapa di sini malam ini!”
Alan mengangguk.
***
Di Markas, sebelum
Caesar dan Alan tiba di tempat itu, datang seorang bocah berumur 15 tahun. Dia
sepertinya sangat terburu-buru untuk menyelesaikan tugasnya. Seperti sedang
mencari sosok seseorang.
“ apa yang kamu cari di
sini?” tanya La Otde.
“ Caesar. Dimana dia?”
“ untuk apa Caesar,
Opan?”
“ tadi, setelah kami
nonton sinetron KCB bersama-sama di rumah, dia lalu pergi tanpa izin.”
“ sinetron? Ku kira tadi
setelah sholat isya, dia langsung menuju jembatan!”
“ ah, tidak! Dari usai
shalat magrib hingga selesainya sinetron KCB setengah sejam yang lalu, kamu
duduk manis menonton drama sinetron itu. Baru setelah itu, Caesar keluar menuju
arah Mataoleo. Itupun setelah dia mendapatkan sms dari seseorang yang katanya
seorang pengagum.”
La Otde hanya tersenyum
tipis mendengar kejelasan posisi Caesar setelah shalat isya itu. Yang lain juga
demikian. Mereka juga tersenyum tipis setelah dengan jelas dan yakin akan
dongeng-dongeng yang diceritakan Caesar selama ini. Semuanya kemudian
menggeleng-gelengkan kepala mereka.
“ sudahlah! Memang
karakternya sudah seperti itu. Kita Maklumi saja! Itu mungkin salahsatu
keahliannya yang diberikan oleh yang Maha Kuasa untuk kebanggaannya, mendongeng
dan berkhayal. Dan itu tidaklah sia-sia. Darinya, kita tentu bisa mengambil
beberapa hikmah untuk hidup kita,” kata La Otde.
“ jadi, Caesar ada
dimana?” potong Opan di sela-sela kata-kata mutiara La Otde.
Dari kejauhan, lima
belas meter dari Markas MABES, tampak dua sosok yang sangat tidak asing bagi
anggota MABES berjalan mendekat kearah mereka. Di posisi depan ada sosok
laki-laki berbadan tegap mengenakan calana panjang dan berambut modis dan
mengikut di belakangannya sesosok laki-laki berjacket besar dan mengenakan
sepatu dalam posisi jalan
tertunduk-tunduk.
“ itu Caesar dan Alan!”
teriak La Otde.
“ itu betul, Caesar
tepat di belakang.” Opan juga girang melihat sosok Caesar.
Tersisa beberapa meter
saja, Alan berlalri kecil menuju rombongan anggota-anggota MABES yang berkumpul
di Markas tapi tidak dengan Caesar, langkahnya tetap saja lambat.
“ LUAR BIASA CANTIK...”
kata Alan. “ cantik sekali....”
Semuanya hanya
terngangah melihat tingkah dari Alan ini. “ apa maksudmu dengan CANTIK?” tanya
salahseorang dari mereka.
“ kalian mungkin tidak
akan percaya. Tapi ini benar adanya.” Kata Alan dengan suara yang nyaring
hingga terdengar jelas di telinga Caesar yang masih belum tiba di Markas. “
Caesar baru saja bertemu dengan sesosok BIDADARI yang benar-benar BIDADARI.”
Katanya bersemangat.
“ benarkah itu Alan?”
“ benar sekali!” lalu
mengedipkan salahsatu matanya kepada rombongan itu. Dan rombongan itu
mengganggukkan kepala mereka tanda mengerti. “saya tidak temukan di antara
pacar-pacar kalian yang bisa menandingi kecantikan dari wanita yang baru saja
bertemu dengan Caesar di lapangan Badminton barusan.”
“ secantik itukah?”
“ cantik sekali!” kata
Alan meyakinkan.
Caesar baru saja tiba
pada rombongan itu, wajahnya seketika cerah mendengar ucapan-ucapan dari Alan
yang tidak disangka-sangkanya. Caesar lalu coba mendramatrisir keadaan yang
dimulai oleh Alan itu.
“ kulitnya putih
terpancar bagai bidadari meskipun dalam selimut gelapnya malam.” Kata Alan
makin semangat setelah kedatangan Caesar. “ kalau kalian tidak percaya, tanya
saja pada orangnya, Caesar!” dia langsung menghadap Caesar. “ bagaimana,
Caesar. Coba ceritakan pada mereka!”
Untuk sesaat, Caesar
dibuat kaget oleh ulah Alan ini. Dia lalu menarik napas dalam-dalam sampai ke
paru-parunya. Sangat dalam. “ BETUL sekali yang di ucapkan oleh Alan barusan.
Pokoknya, malam ini saya senang sekali. Akhinya saya bisa bertemu juga dengan
seorang Bidadari. Matanya bening, kulitnya seperti bercahaya, bibirnya tipis
seperti simpul, dan ....” suara makin meninggi. “ pokoknya, kalau La Otde dia
cari pacar di manapun, dia tidak akan bisa saingi cantiknya bidadari yang habis
ketemuan dengan saya barusan. Orangnya baik, manis,...”
“ badannya seksi.”
Tambah Alan.
“ iya, saya hampir lupa.
Bodynya seksi sekali. Sangat proporsional. Kalau dibandingkan dengan
artis-artis KOREA belum tentu bisa saingi Bidadariku itu.”
“ bidadarimu??”
“ calon Bidadari!” jawab
Caesar. “ sebenarnya saya tadi tidak punya niatmau temui itu Bidadari. Tapi
tidak tahu kenapa, Tuhan seperti menggerakkan hatiku, niatku... Dia nekat dan
ini itu... matanya...termanis di Mataoleo” Caesar makin menggila dalam
bercerita. “ seperti Mawar yang baru mekar....hidungnya...Mungkin itulah kenapa
tulang rusuk Adam...”
Kenapa
jadi begini? Caesar makin membabi buta dalam berdongeng. Pikir Alan dan yang
lainnya. Tetapi mau diapa? Alan terlanjur memancing Caesar berdongeng dan yang
lainnya juga terlajur berpura-pura sangat tertarik dan sangat mempercayai
dongeng Caesar kali ini. Terpaksa, untuk menghargai Caesar yang sudah terlanjur
menggebu-gebu, mereka hanya bisa gigit jari sambil menanti kapan Caesar
menyelesaikan kisahnya.
“ begitu indah pada
pandangan pertama, jacketku menjadi pelindung baginya, sepatuku, semakin
menonjolkan karismaku... mungkin Bidadari itu JATUH CINTA pada saya, atau,
sayakah yang jatuh hati padanya??” Kata Caesar masih belum melepas napas.
“Kuat, dahsyat, lembut, tak terlihat, penuh harubiru, padat makna, isyarat,
gairah. Itulah mungkin yang saya rasakan barusan. Mungkin itu CINTA.” Alan dan
yang beberapa yang lainnya mulai terlihat menguap. “ CINTA MEMANG TIDAK
TERDEFINISI” kata Caesar melepas sejenak napasnya dan terus –tanpa putus– melanjutkan kisahnya tanpa ada yang berani
memotongnya hingga sejam lamanya. Terus berlanjut sampai mungkin dia akan
lelah.
_Kerumitan terletak pada
antagoni-antagoninya
Tapi di situ pula daya
tariknya tersembunyi
Kerumitan tersebar pada
detil-detil nuansa emosinya
Berpadu atau berbeda
tapi pesonanya menyebar pada kerja dan pengaruhnya yang teramat dahsyat dalam
kehidupan manusia
Seperti ketika kita
menyaksikan gemuruh badai, luapan banjir, atau nyala api
seperti itulah cinta
bekerja dalam kehidupan kita
Semua sifat dan cara
kerja udara, api dan air juga terlihat dalam sifat dan cara kerja cinta
Kuat, dahsyat, lembut,
tak terlihat, penuh harubiru, padat makna, isyarat, gairah dan antagoni
Barangkali kita memang
tidak perlu definisi
Toh kita juga tidak
butuh penjelasan untuk dapat merasakan terik matahari
Kita hanya perlu tahu
cara kerjanya
Cara kerjanya lah itu
lah definisinya
Karena kemudian semua
keajaiban terjawab di sana._*
***
Jam sudah menunjukkan pukul 11:45,
Caesar masih belum terbendung dalam berkisah, terus membabi buta membungkam
selaan-selaan yang coba datang menghentikkan kisahnya.
_SELESAI_