GU LAKUDO

GU LAKUDO
Masjid Agung Nurul Huda Gu-Lakudo

Jumat, 20 September 2013

SELAMAT DATANG KEMBALI, BLOG!

         
             Akhirnya...


Setelah hampir setahun lamanya vakum dari dunia blogger rupanya saya masih bernyali juga untuk menampakkan diri saya di sini meskipun hanya lewat satu halaman tulisan saja. Tapi kalau boleh jujur, tampil dan kembali menulis setelah menyatakan diri untuk tidak menulis lagi di blog, rasanya seperti memunguti kembali dengan tangan air ludah yang sebelumna pernah dilepaskan dan dimuntahkan ke tanah kemudian kembali memasukkan dan menelannya kembali ke dalam kerongkongan. Sebegitu berat rasanya. Meskipun dulu saya tidak mengikrarkannya langsung melalui tulisan di blog ini, tapi dengan ketidakpedulian saya pada dunia blog dan kemudian vakum dari dunia tulis-menulis hingga yang terparah tidak membaca satu judul buku pun selama masa vakum tersebut  secara tidak langsung sudah bisa menegaskan kalau saya benar-benar berniat dan mengikrarkan diri untuk tidak lagi aktif dalam dunia blog.

            Salam untuk Bung La Yusrie yang saat ini masih sehat dan semangat selalu. Beliau adalah satu-satunya orang yang menurut saya masih menyadari ketidakaktifannya saya di dunia blog selama vakum dahulu. Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada Bung La Yusrie yang meskipun hanya melalui sindiran-sindiran yang lebih bersifat ejekan daripada membangunn tapi minimal tidak bisa membuat saya teringat pada blog saya meskipun itu hanya sepintas terlintas.

            Tidak ada pembahasan kasus ataupun kisah atau mungkin opini yang sinkron dengan tema yang saya akan tulis dalam tulisan kali ini. Lewat kesempatan ini saya hanya akan mencoba mengulas kembali saat-saat sebelum vakum dulunya dengan beberapa pertanyaan utamanya, apa alasan utama hingga saya ingin mundur dari dunia blog dulunya? Bagaimana rasanya menjalani hari-hari tanpa menulis dan membaca? Dan, apa motivasi utama saya sehingga kembali berani untuk menulis lagi di Blog?

            Untuk yang pertama, soal penyebab vakumnya saya dari dunia blogger. Ada begitu banyak alasan bagi kebanyakan orang untuk disampaikan kepada orang lain guna membenarkan tindakan yang diambilnya. Sama halnya dengan yang terjadi pada saya pribadi, tidak hanya satu atau dua melainkan banyak alasan yang sebenarnya sangat masuk akal untuk disampaikan hingga saya harus keluar (mencoba keluar) dari dunia blogger. Tapi diantara begitu banyak alasan-alasan itu, tentunya ada satu alasan yang paling menonjol yang membuat saya benar-benar ingin keluar dari dunia blogger. Semua orang tentu tahu dengan yang namanya motivasi. Salahsatu bahan bakar utama dalam diri manusia yang mampu menggerakkan setiap individu manusia hingga batas potensi maksimalnya. Tanpa itu, semua aktivitas kita, semua gerakan kita hanyalah akan  menjadi gerakan bodoh dan membosanan yang berjalan linglung tanpa arah, tanpa keindahan di dalamnya dan akan membuat orang sangat mudah untuk menghentikan aktivitasnya itu.

Ada begitu banyak mahasiswa yang tidak selesai perkuliahannya di Indonesia Timur akhir-akhir ini, begitu banyak kasus bunuh diri dilaporkan di China beberapa bulan belakangan, begitu juga dengan banyaknya kasus kriminal yang diberitakan dibanyak stasiun TV di Jawa bagian tengah dan utara Pulau Sumatera. Keselurahan kejadian itu melibatkan remaja-remaja dan mereka yang beranjak dewasa. Dan salahsatu alasan utamanya karena retaknya jalinan asmara yang retak dari pelaku masing-masing. Dampaknya tentu saja, seperti banyak kasus yang saya sebutkan di atas kehilangan akal sehat, semangat hidup, hingga dendam yang menyiksa diri. Dan untungnya, pada diri saya, dampaknya hanya membuat saya mengasingkan diri dari dunia blogger saja. Biarpun tidak seperah di banyak kasus di atas, tapi itu saya anggap tindakan saya itu adalah suatu langkah mundur yang semestinya tidak harus terjadi jika saya berpikir lebih dewasa.

Kemudian untuk yang kedua, bagaimana rasanya meninggalkan dunia yang sudah berbulan-bulan hingga beberapa tahun lamanya digeluti, didalami, hingga telah menjadi hobi karena salahnya pengambilan keputusan yang didasarkan atas dasar emosi dan pemikiran jangka pendek?

Karena menulis adalah hobi yang dipaksakan untuk ditinggalkan, maka setiap hari yang saya jalani tanpa menulis menjadi begitu asing dan membosankan. Pada dasarnya, hari-hari yang dijalani tanpa menulis itu adalah bukti komitmennya saya pada kata-kata atau keputusan yang saya ambil untuk mundur dulunya. Bukti kesesuain tindakkan saya dengan kata-kata saya. Pada awalnya, untuk meninggalkan dunia menulis saya masih menjalaninya tanpa beban. Alasannya, karena prioritas masalahku di awal-awal meninggalkan dunia menulis bukan pada bagaimana rasanya menjalani hari tanpa menulis, melainkan masih berkutat pada pemulihan diri menangkal efek down  yang disebabkan induk masalah yang menyebabkan saya mencoba hengkang dari dunia menulis itu.

Kehampaan hari-hari tanpa menulis baru terasa ketika sebulan lamanya tidak menulis. Lebih parahnya lagi, karena tidak aktifnya saya menulis, pada beberapa bulan setelahnya tak ada satu judul buku pun yang tersentuh untuk sekedar dibaca. Bahkan untuk membaca satu artikel tulisan pun rasanya sangat berat untuk saya lakukan. Lambat laun, dengan konsistensi hari-hari yang saya jalani tersebut saya merasa daya kritis saya turun drastis, bahkan untuk pengetahuan paling dasar sekalipun saya tidak mampu untuk menimal tidak menyelam pada permukaan masalahnya saja. Selain itu, rasa acuh dan kurangnya informasi juga menaungi pikiran saya di setiap hari yang saya jalani. Ketika itu saya merasa kalau informasi-informasi ringan tidak akan begitu berarti untuk saya. Bagi saya pribadi menilai, saat-saat dimana kita tidak menulis atau sekedar membaca adalah saat terburuk dan paling mengkhawatirkan dimana kita menjalani satu langkah yang sangat mundur. Mundur yang saya maksud adalah ketika kita terhenti atau menghentikan pemikiran kita untuk menuju pada kemajuan. Bahkan, jika dibandingkan dengan beberapa orang yang memiliki pemikiran untuk maju, kita benar-benar berada dalam kemunduran dalam arti sebenarnya. Tidak akan mampu bersaing, tertinggal informasi, daya kritis yang berangsur-angsur menghilang, dan yang paling parah terbuai alur kehidupan yang selama ini saya kritisi.

Dan yang terakhir, kenapa kembali berani untuk menulis lagi setelah beberapa lama vakum?

Banyak orang  mengatakan bahwa hal tersulit itu adalah memulai, merintis, atau semacamnya. Tapi bagi saya pribadi, hal yang paling sulit adalah kembali memulai setelah menyatakan mundur atau menyerah. Selain karena rasa traumatik yang harus di lawan, kita juga harus punya alasan yang sangat kuat untuk kembali lagi. Dalam hal yang lebih ekstrim lagi, orang yang melanggar kata-katanya (menyatakan mundur) kemudian mengabaikannya dengan berbagai alasan, sering diibaratkan seperti orang yang menelan kembali ludah yang telah dibuangnya.

Biarpun saya tidak pernah secara langsung menyatakan pengunduran diri dari dunia blogger sebelumnya, tapi secara sikap orang sudah bisa menebak bahwa dari sikap-sikap saya sebelumnya telah mengisyaratkan pemunduran diri saya. Kanda La Yusrie sendiri tahu akan isyarat itu ketika dia pernah bertanya, “ kaa hunsaemo gahaa a blogmu maicu laah?” kemudian saya tidak menggubris pertanyaannya itu. Tapi saya tahu kalau Kanda Yusrie itu paling tidak, menaruh perhatian pada perkembangan blogku dan tahu pada saat itu saya tidak berniat lagi untuk mengisi kembali halaman-halaman di dalamnya.

Lalu apa alasan mendasar saya untuk kembali mengisi lagi halaman-halaman di blog ini? Apa motivasinya?

Sama halnya saat mundurnya saya dari dunia blogger dulu, saya juga punya banyak alasan untuk kembali menulis lagi seperti sekarang. Hari-hari yang begitu aneh tanpa menulis, berkurangnya informasi yang saya dapatkan, hilangnya daya kritis saya, jarangnnya saya membuka laptop, dan masih banyak yang lainnya yang merupakan sebagian dari banyak alasan yang tidak mungkin saya sebutkan dalam satu halaman ini. Namun, ada satu alasan yang paling berpengaruh dan berperan penting dalam menyadarkan saya untuk kembali aktif menulis lagi. Alasan yang menjadi kran bagi alasan-alasan lainnya untuk mengalir. Mesin penggerak yang lebih dari sekedar bahan bakar, yang mampu menggerakkan hingga batas paling maksimal. Motivasi, motivasi yang sama seperti mundurnya saya dari dunia blog dulunya.

Terakhir, lewat tulisan ini saya hanya bisa menyampaikan ucapan terimakasih kepada teman-teman saya yang masih mau mendengarkan cerita saya yang bersifat curhatan, juga beberapa senior saya yang masih meluangkan kata-katanya untuk menyindir. Dan yang paling utama, kepada mesin penggerak saya yang menyuntikkan nyali pada diri saya, Melati Kecilku yang sekarang sudah berumur 16 tahun.


_SEKIAN_


                                    http://ho.lazada.co.id/SHZ60h

Tidak ada komentar:

Posting Komentar