GU LAKUDO

GU LAKUDO
Masjid Agung Nurul Huda Gu-Lakudo

Selasa, 22 Januari 2013

CINTA CAESAR #6





CINTA CAESAR MENGGEBU DALAM KHAYALAN
 



“ ha ha ha...” Caesar tertawa terbahak-bahak sendiri di gode-gode di hadapan para anggota MABES yang sedang bermain domino sesaat setelah mereka baru saja mengunjungi gode-gode yang membuat mereka penasaran. “ kalian ini,” katanya. “ saya sudah bilang, kalau masalah gadis, mana bisa saya bohong pada kalian.” Sambil terus terbahak-bahak.

“ tidak usah dengarkan dia,” kata La Otde setelah melihatFarllin yang terus melototi Caesar. “ BALA TIGA!” teriak Otde sambil membanting kartu double III pada tripleks tempat mereka bermain.

Rupanya Farlin masih sedikit penasaran pada Caesar. Dia tidak menghiraukan perkataan La Otde. “ Caesar!” kata Farlin menghentikan gelak tawa dari Caesar. “ Maksud kamu menunjukkan telapak tangan dan jari telunjuk pada kami ketika kamu pertama kali datang barusan itu, untuk apa?”

Caesar makin meledak tawanya mendengar pertanyaan dari Farlin ini. “ ha ha ha...” seterusnya. “ masa kamu tidak tahu, saya kira kamu laki-laki yang pernah pacaran, pasti kamu tahu maksudku.” Jawab Caesar.

La Otde dan Alan yang duduk bermain domino bersebelahan dengan Farlin terus melarang Farlin untuk melanjutkan bertanya pada Caesar. Namun karena rasa penasarannya yang sangat, dia lanjut berinteraksi pada Caesar.

“apa buktinya? Sementara di gode-gode tadi kami tidak menemukan bekas apa-apa?” tanyanya pada Caesar.

“ gadis yang saya maksudkan kali ini tidak sama dengan yang saya tunjukkan di jembatan dan di gode-gode itu.” Sambil tertawa-tawa. “ kalau gadis yang ini, dia tidak memakai jilbab, saya ketemu dengannya setelah saya baru saja pulang dari gode-gode itu?”
            
 “ ketemu dimana?” tanya Farlin.

“ di samping lapangan BADMINTON.” Jawab Caesar yakin.

“ wah, saya tidak mau pergi ke Badminton lagi untuk menemani kamu membuktikan hal itu.” Kata Farlin seolah mewakili yang lainnya. “ saya mau, kamu hadirkan buktinya di siini!”

Caear hanya tersenyum tipis mendengar desakan dari Farlin itu. Tentunya sambil meninggikan dagunya. “ oke oke, itu gampang sekali.” Katanya sambil merogog saku celananya.

“ untuk apa HP itu?” tanya Farlin.

“ coba kamu baca isi sms ini?” kemudian memperlihatkan isi smsnya pada Farlin.

“ kita ketemu dimana?”
“ di rumahku saja!”
“ rumahmu dimana? Saya tidak tahu kamu siapa.
“ di Mataole, di samping lapangan badminton. Saya tunggu sekarang!”
“ nama kamu?”
“ nanti juga tahu sendiri, yang penting kamunya datang dulu!”
“ di samping rumahku saja!”
  mau ketemu atau tidak?”
“ di samping rumahku, pokoknya!”
“ tidak usah kalau begitu!”
“ oke, di samping lapangan badminton!” Caesar menyerah.

Farlin hanya bisa ternganga membaca sms itu. “ ini betul, Caesar?”

“ ha ha ha...” tawa renyah Caesar. “ jelas, pastilah itu betul. Kamu sendiri kok yang baca.”

Xi xi xi xi...suara cekekikan tidak jauh dari tempat Farlin dan Caesar bercakap. Ternyata dia belum sadar juga kalau gadis yang di-smsny itu adalah ulah kami, pikir Alan dan La Otde sambil menahan tawa yang hampir pecah.

“ Farlin, kalau kamu tidak percaya, saya bisa telpon gadis itu sekarng!” sambil menunjukkan sms terakhir dari lawan smsannya itu. “ iya, kak. Kaka hati-hati di jalan. And, jangan lupa sebentar kalau ada waktu, ‘TELPON’ saya yah?”

“ oke, Kalau begitu kamu telpon sekarang!” Farlin lalu berdiri menghadap pada yang lainnya. “ Caesar mau telpon gadis pengagumnya, semuanya tolong jangan dulu banyak bersuara.” Lalu semuanya menjadi hening. “ Ayo, Caesar, kamu telpon sekarang. Semuanya mau dengar kamu bicara dengan gadis itu.”

Caeasar hanya tersenyum tipis, menertawakan keraguan Farlin yang tidak berdasar. “ tolong semunya jangan ribut!” perintah Caesar pada semuanya.

Tombol hijau sudah di pencet oleh Caesar dan kini di layar HP Caesar muncul tulisan memanggil kemudian di bawahnya ada nama dan nomor HP terpanggil. Nomornya betul tak salah sedikit pun.  Semuanya masih terdiam.

Zzzzttttt .....zzzzttttttt......zzzzzzzttttt....terasa ada yang bergetar lagi dalam saku celana milik La Otde. Namun kali ini bukanlah sms yang masuk melainkan telpon. “ bagaimana ini, Alan?” bisik La Otde padaAlan.

“ kamu matikan saja, tekan saja tombol merah secara diam-diam!” nasehat Alan. “ kamu tidak mau ‘kan kalau Caesar sampai tahu?”

La Otde langsung menekan tombol merah mengakhiri panggilan dari kontak Caesar. Dan seketika hubungannya putus.

Bukannya mengakhiri panggilannya setelah tahu panggilan diputuskan, Caesar malah terus saja menempelkan Hpnya pada telinganya.

“ bagaimana, Caesar?” tanya Farlin. “ sudah di angkat, belum?”

“ masuk!” kata Caesar. Lalu menyuruh Farlin untuk diam. “ halo, halo...” kata Caesar.”

Farlin dan yang lainnya hanya bisa terpanah dan terpaku melihat dan menyaksikan langsung bagaimana Caesar berkomunikasi dengan seorang Gadis.

“ Kasih Loudspeaker dulu kah!” Kata Farlin.

“ tidak bisa!” jawab Caesar. Lalu melanjutkan dengan mengambil posisi seperti sedang menyimak bahasan dari lawan bicaranya itu.

La Otde dan Alan hanya bisa merebahkan tangan. Seakan tidak percaya pada apa yang mereka lihat.

“ coba kamu lihat ulang Hpmu!” perintah Alan kepada La Otde. “ jangan sampai tombol merahnya belum kamu tekan.”

La Otde lalu melihat kembali pada layar Hpnya. Hanya latar menu yang terlihat oleh Otde. Tak ada tanda kalau dia sedang melakukan panggilan dengan Caesar. “ tidak, tidak... tidak ada panggilan di HPku.” Lalu menatap bingung pada Alan.

“ jadi?”

“ yah, saya juga tidak tahu.”

Sementara Caesar terus tertawa-tawa menggoyangkan bahunya. Sambil sesekali mengombal pada lawan bicaranya.

“ ayolah Caesar! Perdengarkan juga pada kami suara gadis itu.” Farlin memohon.

Caesar sama sekali tak mengubris permintaan dari Farlin. Terus berbicara dan fokus pada sudut HP yang menempel pada bibirnya. “ha ha ha...” dia terus tertawa. Lalu berhenti sesekali. “ saya lagi di rumah ini. Saya sendiri.” Kata Caesar berbicara di telpon. “ kapan lagi kita ketemu?” tanyanya. “ apa? Kamu belum punya pacar?” sambil melirik-lirik pada Farlin dan yang lainnya. “ kalau begitu saya mau tanya sama kamu..., bisa?” sambil memperbaiki posisi duduk. “ SAYA MAU SAYA JADI PACARKU???”

Ha ha ha ha... semua yang ada di Markas itu serentak tertawa-tawa dengan terbahak-bahaknya. Farlin terguncang-guncang bahunya tak mampu menahan tawanya. Sementara Andi tertawa-tawa dengan memukul-mukul sisi gode-gode. Laade memegang-megang perutnya sambil terus bibirnya cekekikan.

Caesar tidak menghiraukan tawa dari rekan-rekannya itu. Dia menyadari alasan mereka tertawa. “ eh...” katanya heran. “ ulang, bukan itu pale maksduku..” Caesar mencoba mengklarifikasi. “ saya ulang, KAMU MAU SAYA JADI PACARKU?” tanyanya lagi.

Laade yang masih belum menyelesaikan tawanya, kembali pecah lagi tawanya mendengar klarifikasi dari Caesar ini. Pun dengan Andi, belum tuntas dia tertawa-tawa, tawanya kembali pecah lagi bahkan  pukulannya pada gode-gode semakin kencang dan semakin kuat memberantakkan susunan domino yang sudah terlanjur panjang. Farlin dan yang lainnya juga demikian. Bahu mereka makin berguncang mendengar ucapan Caesar ini di telpon. “ kamu bodoh sekali, Caesar!” kata Farlin.
            
 Di tempat berseberangan, Alan dan La Otde sesekali juga pecah tawanya karena Caesar. “ sebenarnya...” Alan lalu manatap pada La Otde. “ Caesar itu, benar menelpon atau tidak?”

“ ha ha...” sambil tertawa, Otde mejawab tanya dari Alan. “ saya juga curiga, sepertinya memang tidak ada yang dia sedang telpon.” Jawab Otde Lalu bangkit berdiri menjauh dari Alan.

“ mau kemana?” tanya Alan.

La Otde tidak menggubris. Dia terus meloncat dan mendarat tepat di samping kiri Caesar. Secepat kilat, dia langsung menyambar HP Caesar yang masih tengah dipakai Caesar untuk menelpon.

“ owe...!!” kata Caesar lalu mencoba merebut Hpnya yang diambil La Otde.

La Otde melirik sebentar layar HP milik Caesar. Dia sepertinya bingung.

“ mari Hpku itu!” paksa Caesar.

“ alah...” La Otde menggelengkan-gelengkan kepalanya. Betul sekali dugaan La Otde dan Alan. “ kenapa tidak ada panggilan di Hpmu ini, Caesar?” kata La Otde. Suranya NYARING.

Sesaat setelah ucapan La Otde itu, secepat kilat HP milik Caesar telah berpindah tangan pada Caesar. “ kamu ini, orang masih menelpon.”

“ perasaan tidak ada tadi itu orang yang kamu telpon.” Kata La Otde.

“ siapa bilang?” jawab Caesar.

“ tadi itu saya bicara sama seorang Gadis.” Kata Caesar meyakinkan. “ kalau tidak percaya, Lihat ini.”

La Otde melihat pada arah yang di tunjukkan Caesar. Panggilan keluar _ 085396468XXX ( F4NS Qyu) . Baca La Otde. Benar sekali, ini nomor Hpku, pikirnya. Berarti barusan itu dia hanya akting saja!

“ belum tahu ternyata kau!” kata Caesar pada La Otde. “ ha ha ha...”

La Otde tidak bisa berkutik melihat tawa Caesar,meskipun diketahuinya bahwa apa yang di lakukan Caesar barusan adalah hanya akting belaka dan rekayasa. “ Caesar tadi itu sebenarnya tidak sedang  menelpon!” katanya nyaring pada yang lainnya. “ dia hanya akting.”

“ ha ha...” Caesar hanya tertwa renyah menanggapi ucapan La Otde ini. Matanya kemudian dia arahkan pada Farlin dan yang lainnya. “ kalian percaya bicaranya La Otde?” sambil melanjutkan tawanya.

La Otde hanya tersenyum tipis. Dia tahu sekali Caesar ini sangat pandai dalam berakting, apalagi dalam merangkai dongeng yang sistematis. Sebenarnya, La Otde bisa saja menjatuhkan Caesar untuk membungkamnya di situ pada saat itu juga.

“ Otde, sudahlah! Kamu jangan terlalu ribut! Kalau tidak tahu  masalah, sebaiknya diam saja. Diam lebih baik, seperti emas, kata Omku” Kata Caesar kembali tertawa.

Melihat Caesar yang sudah lupa diri, La Otde hanya bisa terdiam-diam, seperti sedang merencanakan sesuatu. Hanya sesaat. Dan, setelah itu matanya diarahkanny pada Alan. Alan membalas tatapan itu dengan menganggukan kepala. “ sudahlah, biarkan saja dia!” kata Alan. La Otde hanya mengikuti saran Alan membiarkan Caesar bersenang-senang dengan dongennya dan kembali bergerak menuju tempat awalnya, di samping Alan.

“ Gadis itu sangat cantik. Matanya seperti berbinar-binar, dan bibirnya....astaga, merah merona seperti  isi buah delima.” Katanya di hadapan Andi, Farlin dan yang lainnya.

“ terus apa kamu perbuat pada bibir itu?” tanya salah seorang dari mereka.

“ kalian mau tahu juga?”

“ sebenarnya tidak, tapi kamu tadi yang mulai.”

“ oke, saya akan jelaskan pada kalian.”

“ jangan, terlalu panjang nantinya cerita kamu itu!”
            
           Caesar kembali tersenyum lega. Merasa dirinya telah cukup berhasil meyakinkan kawan-kawannya akan kejantanannya dan sifat maskulin dari seorang laki-laki.

***

            Suasana kembali tenang. Lama tak ada percakapan. Dengan hati dan wajah berseri-seri, Caesar duduk memojok agak jauh dari rombongan. Dia tertawa-tawa tipis sambil melotot pada Hpnya. Sementara yang lain tengah sibuk mengatur kartu-kartu mereka untuk menghasilkan bantingan terbaik yang melemahkan lawan.
 
            Caesar tiba-tiba saja berdiri. Melompat dari gode-gode menuju permukaan aspal yang menghitam. Seperti akan bergegas kesuatu tempat.

“ kamu mau kemana?”

“ tidak, ada seorang gadis lagi yang mau bertemu dengan saya. Jadi , Alan, kamu duduk saja di situ bersama La Otde dan dengar kabar nantinya pada saya.”

“ oh, silahkan!”

“ oke!” jawab Caesar sambil lalu bergegas meninggalkan yang lainnya menuju arah lapangan Badminton.

“hati-hati, yah!” kata Alan, lalu tertawa-tawa bersama La Otde. “ kamu sms Caesar bagaimana tadi?” tanya Alan pada La Otde.
            kak, sorry! Tadi saya sementara bantu-bantu mamaku kerja untuk masakan sahur sebentar. Sekarang saya ada di samping lapangan Badminton. Kalau bisa kesini dulu!

“ ha ha...” tawa Alan pecah.. “ saya akan coba ikuti dia, barangkali saja, di sana saya bisa banyak membantu. Kita tidak tahu ‘kan apa yang akan ada dalam pikiran Caesar kalau dia kecewa untuk kesekian kalinya pada orang yang dianggapnya penggemar.” Turun dari  gode-gode lalu secara diam-diam membuntuti Caesar dari belakang yang telah lebih dulu meluncur cepat menuju TKP.

“ hati-hati!” nasehat Otde. “ sekalian, kamu pegang Hpku. Kalau-kalau nanti Caesar mengirimi lagi sms.”

***

Caesar hanya bisa terdiam memandang kosong ke depan. Dia seolah masih tidak percaya dengan apa yang dialaminya. Gadis yang memintanya itu tak kunjung muncul juga. Padahal sudah belasan menit sejak dia tiba di tempat itu. Apa maskud gadis itu hingga dua kali dia tidak menampakkan dirinya. Apakah karena saya yang telat lagi datangnya? Setahu saya, setelah smsnya masuk di Hpku, saya langsug bergegas menuju tempat ini. Ataukah ada alasan lain? Pikir Caesar. ­Saya akan tunggu beberapa menit lagi di sini. Kemudian dia mengirim lagi sms pada gadis itu. Pesannya tiba pada tujuan. Terkirim. Seseorang membaca pesan itu.

Tiba-tiba saja, dalam diamnya, ketika tak ada lagi suara-suara yang dapat memancing konsentrasinya, satu tepukan pada bahunya mengagetkan Caesar dari diamnya. Akhirnya gadis itu datang juga. Sudah lama sekali kutunggui. Caesar lalu memalingkan wajah menoleh pada sosok yang menepuk bahuya itu. “ kamu... kenapa ada di sini?” ucap Caesar setengah kaget.

“ sudahlah, Caesar! Gadis itu tidak akan datang.”

“ apa kamu bikin di sini, Alan?”

“ mau melihat sosok gadis yang membuatmu nekat datang ke sini?”

“ oke, mari kita tunggui gadis itu!”

“ kita balik saja!”

“ kenapa?”

“ sudahlah, gadis itu tidak akan datang!”

“ dari manakamu tahu?”

“ tadi, kamu ‘kan  juga bohong soal gadis yang kamu temui di sini.”

“ tahu darimana?”

“ sudahlah, kita pulang saja dulu! Nanti saya jelaskan di Markas.”

Caesar menunduk sesaat sambil sesekali melempar pandangannya pada setiap sudut penjuru lapangan Badminton. “ iya, mari kita pulang!” ujar Caesar. Mereka lalu membalikkan badannya bersama-sama lalu melangkahkan kakinya untuk kemudian kembali ke Markas. “ kamu jangan cerita-cerita di Markas kalau saya tidak ketemu siapa-siapa di sini malam ini!”

Alan mengangguk.

***


Di Markas, sebelum Caesar dan Alan tiba di tempat itu, datang seorang bocah berumur 15 tahun. Dia sepertinya sangat terburu-buru untuk menyelesaikan tugasnya. Seperti sedang mencari sosok seseorang.

“ apa yang kamu cari di sini?” tanya La Otde.

“ Caesar. Dimana dia?”

“ untuk apa Caesar, Opan?”

“ tadi, setelah kami nonton sinetron KCB bersama-sama di rumah, dia lalu pergi tanpa izin.”

“ sinetron? Ku kira tadi setelah sholat isya, dia langsung menuju jembatan!”

“ ah, tidak! Dari usai shalat magrib hingga selesainya sinetron KCB setengah sejam yang lalu, kamu duduk manis menonton drama sinetron itu. Baru setelah itu, Caesar keluar menuju arah Mataoleo. Itupun setelah dia mendapatkan sms dari seseorang yang katanya seorang pengagum.”

La Otde hanya tersenyum tipis mendengar kejelasan posisi Caesar setelah shalat isya itu. Yang lain juga demikian. Mereka juga tersenyum tipis setelah dengan jelas dan yakin akan dongeng-dongeng yang diceritakan Caesar selama ini. Semuanya kemudian menggeleng-gelengkan kepala mereka.

“ sudahlah! Memang karakternya sudah seperti itu. Kita Maklumi saja! Itu mungkin salahsatu keahliannya yang diberikan oleh yang Maha Kuasa untuk kebanggaannya, mendongeng dan berkhayal. Dan itu tidaklah sia-sia. Darinya, kita tentu bisa mengambil beberapa hikmah untuk hidup kita,” kata La Otde.

“ jadi, Caesar ada dimana?” potong Opan di sela-sela kata-kata mutiara La Otde.

Dari kejauhan, lima belas meter dari Markas MABES, tampak dua sosok yang sangat tidak asing bagi anggota MABES berjalan mendekat kearah mereka. Di posisi depan ada sosok laki-laki berbadan tegap mengenakan calana panjang dan berambut modis dan mengikut di belakangannya sesosok laki-laki berjacket besar dan mengenakan sepatu  dalam posisi jalan tertunduk-tunduk.

“ itu Caesar dan Alan!” teriak La Otde.

“ itu betul, Caesar tepat di belakang.” Opan juga girang melihat sosok Caesar.

Tersisa beberapa meter saja, Alan berlalri kecil menuju rombongan anggota-anggota MABES yang berkumpul di Markas tapi tidak dengan Caesar, langkahnya tetap saja lambat.

“ LUAR BIASA CANTIK...” kata Alan. “ cantik sekali....”

Semuanya hanya terngangah melihat tingkah dari Alan ini. “ apa maksudmu dengan CANTIK?” tanya salahseorang dari mereka.

“ kalian mungkin tidak akan percaya. Tapi ini benar adanya.” Kata Alan dengan suara yang nyaring hingga terdengar jelas di telinga Caesar yang masih belum tiba di Markas. “ Caesar baru saja bertemu dengan sesosok BIDADARI yang benar-benar BIDADARI.” Katanya bersemangat.

“ benarkah itu Alan?”

“ benar sekali!” lalu mengedipkan salahsatu matanya kepada rombongan itu. Dan rombongan itu mengganggukkan kepala mereka tanda mengerti. “saya tidak temukan di antara pacar-pacar kalian yang bisa menandingi kecantikan dari wanita yang baru saja bertemu dengan Caesar di lapangan Badminton barusan.”

“ secantik itukah?”

“ cantik sekali!” kata Alan meyakinkan.

Caesar baru saja tiba pada rombongan itu, wajahnya seketika cerah mendengar ucapan-ucapan dari Alan yang tidak disangka-sangkanya. Caesar lalu coba mendramatrisir keadaan yang dimulai oleh Alan itu.

“ kulitnya putih terpancar bagai bidadari meskipun dalam selimut gelapnya malam.” Kata Alan makin semangat setelah kedatangan Caesar. “ kalau kalian tidak percaya, tanya saja pada orangnya, Caesar!” dia langsung menghadap Caesar. “ bagaimana, Caesar. Coba ceritakan pada mereka!”

Untuk sesaat, Caesar dibuat kaget oleh ulah Alan ini. Dia lalu menarik napas dalam-dalam sampai ke paru-parunya. Sangat dalam. “ BETUL sekali yang di ucapkan oleh Alan barusan. Pokoknya, malam ini saya senang sekali. Akhinya saya bisa bertemu juga dengan seorang Bidadari. Matanya bening, kulitnya seperti bercahaya, bibirnya tipis seperti simpul, dan ....” suara makin meninggi. “ pokoknya, kalau La Otde dia cari pacar di manapun, dia tidak akan bisa saingi cantiknya bidadari yang habis ketemuan dengan saya barusan. Orangnya baik, manis,...”

“ badannya seksi.” Tambah Alan.

“ iya, saya hampir lupa. Bodynya seksi sekali. Sangat proporsional. Kalau dibandingkan dengan artis-artis KOREA belum tentu bisa saingi Bidadariku itu.”

“ bidadarimu??”

“ calon Bidadari!” jawab Caesar. “ sebenarnya saya tadi tidak punya niatmau temui itu Bidadari. Tapi tidak tahu kenapa, Tuhan seperti menggerakkan hatiku, niatku... Dia nekat dan ini itu... matanya...termanis di Mataoleo” Caesar makin menggila dalam bercerita. “ seperti Mawar yang baru mekar....hidungnya...Mungkin itulah kenapa tulang rusuk Adam...”

Kenapa jadi begini? Caesar makin membabi buta dalam berdongeng. Pikir Alan dan yang lainnya. Tetapi mau diapa? Alan terlanjur memancing Caesar berdongeng dan yang lainnya juga terlajur berpura-pura sangat tertarik dan sangat mempercayai dongeng Caesar kali ini. Terpaksa, untuk menghargai Caesar yang sudah terlanjur menggebu-gebu, mereka hanya bisa gigit jari sambil menanti kapan Caesar menyelesaikan kisahnya.

“ begitu indah pada pandangan pertama, jacketku menjadi pelindung baginya, sepatuku, semakin menonjolkan karismaku... mungkin Bidadari itu JATUH CINTA pada saya, atau, sayakah yang jatuh hati padanya??” Kata Caesar masih belum melepas napas. “Kuat, dahsyat, lembut, tak terlihat, penuh harubiru, padat makna, isyarat, gairah. Itulah mungkin yang saya rasakan barusan. Mungkin itu CINTA.” Alan dan yang beberapa yang lainnya mulai terlihat menguap. “ CINTA MEMANG TIDAK TERDEFINISI” kata Caesar melepas sejenak napasnya dan terus –tanpa putus–  melanjutkan kisahnya tanpa ada yang berani memotongnya hingga sejam lamanya. Terus berlanjut sampai mungkin dia akan lelah.

_Kerumitan terletak pada antagoni-antagoninya
Tapi di situ pula daya tariknya tersembunyi
Kerumitan tersebar pada detil-detil nuansa emosinya
Berpadu atau berbeda tapi pesonanya menyebar pada kerja dan pengaruhnya yang teramat dahsyat dalam kehidupan manusia
Seperti ketika kita menyaksikan gemuruh badai, luapan banjir, atau nyala api
seperti itulah cinta bekerja dalam kehidupan kita
Semua sifat dan cara kerja udara, api dan air juga terlihat dalam sifat dan cara kerja cinta
Kuat, dahsyat, lembut, tak terlihat, penuh harubiru, padat makna, isyarat, gairah dan antagoni
Barangkali kita memang tidak perlu definisi
Toh kita juga tidak butuh penjelasan untuk dapat merasakan terik matahari
Kita hanya perlu tahu cara kerjanya
Cara kerjanya lah itu lah definisinya
Karena kemudian semua keajaiban terjawab di sana.­­_*


***


            Jam sudah menunjukkan pukul 11:45, Caesar masih belum terbendung dalam berkisah, terus membabi buta membungkam selaan-selaan yang coba datang menghentikkan kisahnya.




_SELESAI_




Tidak ada komentar:

Posting Komentar