OLEH : KEPITING BERSAYAP
Penerimaan mahasiswa baru,
rupanya cukup merepotkan bagi mereka calon-calon mahasiswa baru tidak
terkecuali Dedy dan Laloole. Penerimaan mahasiswa baru ini berlansung tiap
tahun. Dedy dan Laloole tergolong calon mahasiswa yang cukup beruntung
dibanding calon-calon mahasiswa lainnya. Pasalnya, oleh salahsatu Universitas
terkemuka di Sulawesi Tenggara, mereka dinyatakan telah LULUS melalui Jalur
Undangan. Orang sering menyebutnya dengan sebutan “ BEBAS TES”, yang artinya,
mereka tidak perlu lagi untuk ikut dalam SNMPTN ( Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri) yang banyak diikuti oleh banyak calon mahasiswa
lainnya.
Berdasarkan aturan dari Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan, sebelum jatuh tempo, Dedy dan Laloole harus telah selesai
mendaftar ulang di Universitas bersangkutan tempat mereka dinyatakan lulus.
Namun sungguh naas, rupanya, peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mengharuskan bagi mereka yang hendak mendaftar ulang untuk melakukan pembayaran
pada Bank yang telah ditunjuk: Bank MANDIRI.
Dedy dan Laloole yang masih
tergolong anak baru di Kota Kendari, baru saja tiba di Kota Kendari satu bulan
lebih lambat dari mereka yang tidak lulus Jalur Undangan. Rupanya, Dedy (
Lakudo ) dan Laloole ( Wongko L.) ketika tiba di Kota Kendari, mereka lansung
terdesak oleh waktu penutupan pendaftaraan yang tinggal menyisahkan beberapa
hari lagi. Tak mau kecolongan, mereka berinisiatif untuk lansung melakukan
pendaftaran ulang tepat sehari setelah kedatangan mereka.
Terlepas
dari segala ketidaktahuan mereka selaku anak baru di Kota Kendari, mereka
dengan nekatnya dan gagah serta beraninya melaksanakan misi mereka untuk mendaftar
ulang di Bank MANDIRI.
Suatu hari, setelah keluar dari
angkot yang agak panas, tepatya di sekitar perempatan Masjid Agung, Dedy dan Laloole
yang tampak tengah terburu-buru, langsung saja mengarahkan pandangannya pada
satu bangunan megah dihadapan mereka. Tampak bangunan kokoh nan tinggi serta
anggun dari fisik bangunan itu membuat mereka terperangah sampai lupa akan
ludahnya yang belum tertelan. Bangunan itu adalah Bank Mandiri Cabang Kendari.
Bangunan yang dianggap wajib oleh mereka untuk dimasuki jika ingin
menyelesaikan secepatnya proses pendaftaran ulang.
Pelan-pelan mereka meninggalkan
pete-pete yang mereka naiki sebelumnya.
“ nengkeae Loole ? lansungmo damesua wae laloainia koo
nengkeae? / bagaimana Loole? Kita lansung masuk saja kedalam atau bagaimana?”
“ koemo noompona a haa !! dopesuaana !! / tidak usah lama !!
mari kita masuk”
“maimo pa a !! / ayolah kalau begitu !” jawab Dedy setengah
ragu.
Waktu itu, tahun
2010, dari pihak Bank MANDIRI, telah menyiapkan tempat khusus bagi calon
mahasiswa baru untuk melakukan pendaftaran ulang. Tempat yang telah disediakan,
terletak disekitaran tempat Parkiran Nasabah yang ada dibelakang bangunan Bank.
Alasan ditempatkannya tempat pendaftaran calon mahasiswa baru dibagian belakang
bank, adalah untuk menghindarkan desak-desakkan antara Calon Mahasiswa baru yang
antri ramai bagai semut, dengan Nasabah Bank yang antri rapi bagai antrian
bebek. Calon mahasiswa diberikan tempat yang luas dibagian belakang bank, agar
mereka dapat leluasa berdesak-desakkan dan bertebaran seperti layaknya antrian
di Kamomose. Sementara tempat bagi nasabah Bank yang antrinya rapi, masih
ditempat yang seperti biasanya: dibagian pintu masuk utama.
Aturan pemisahan tempat antara
calon mahasiswa baru dengan nasabah bank ini telah diketahui khalayak ramai,
namun sepertinya belum sampai ketelinga Dedy dan Laloole.
Setibanya di
Halaman Bank dekat pintu utama nasabah bank, Laloole sedikit terhenti
langkahnya dengan penuh keraguan sambil sesekali memandangi Dedy yang masih
berdiri dipinggir jalan samping perempatan. Laloole sedikit naik darahnya dan memanggil
dengan keras Dedy yang ada dipinggir jalan.
“ metaanta ae hampano Dedy ao kamponamua…??? / apa kamu tunggu
Dedy kenapa lama sekali?”
“teimo… paindulumo… abayara o kedei-dei pete-pete kasawiainie…
/ silahkan… duluan saja… saya masih mau bayar ongkos pete-pete yang kita naiki
ini…”
“oh..umbe gahaa a laaah?? kabayarano…. veleengkea ao limpumo
wa a…. / oh ….iya…bayarannya ternyata ... saya hampir lupa…”
“laahu maicuaaa….gahaa a mina o bayara a laah??…!!! koemo…maka
abayarangko indidi… / Kamu ini…kau belum bayar ternyata…!!! Tidak usah, nanti
saya saja yang bayarkan kamu” sambil mengeluarkan selembar uang lima ribuan
kepada sopir pete-pete.
![]() |
| Pete-Pete : Tempat Dedy dan Laloole Menuju Bank MANDIRI |
Setelah bertransaksi dengan sopir angkot, Dedy
sedikit heran dengan apa yang dilihatnya, “ biasanya yang namanya pendaftaran
ulang itu, selalu ramai dan berdesak-desakkan, tapi ini sunyi seperti hari-hari
biasa” pikir Dedy tanpa menularkan keheranannya kepada Laloole. Namun Laloole
bukanlah tipe orang yang suka menganalisa segala yang dilihatnya seperti Dedy.
Menyembunyikan keraguaanya, Laloole bangkit dari ketertundukannya, lalu
membusungkan dadanya lebih tinggi diatas perut, pertanda dia telah siap melawan
rasa takut dan rasa khawatirnya. Dia berjalan menuju teras Bank yang terlihat
mengkilap pantulan cahayanya kemudian diikuti dari belakangnya, Dedy dengan
langkah malu-malu.
“ nobenarimo hampano Loole kangka aicua kah? / sudah betulkah
itu Loole jalan yang kita tuju?”
“ haamo wa a.!! maka dameena wae laloa.. / ikut saja . !!
nanti kita tanya didalam..” jawab Loole sambil menatap tepat depan teras yang
mengkilap seperti lantai rumah yang telah dipel itu. “eehh…… ao kabersiino
teheleee inia… maimokoo….padamo ingke do pel ea…/ eeeh…. Bersih sekali
lantainya…. Barangkali baru selesai dipel”. Sambil berhenti melambatkan ayunan
langkahnya dan berhenti mendadak tepat 5 cm dari teras Bank MANDIRI.
“laahunia fekaambambanoa… koe memente-mentea…. / jangan
kamseupai begitu …jangan banyak heran…” Dedy menegur Laloole yang berhenti
mendadak dan terheran-heran karena silaunya lantai teras Bank MANDIRI.
Melihat situasi
itu, Dedy makin heran dengan tingkah Laloole yang berhenti tiba-tiba depan
teras bank. Dia sangat penasaran dengan apa yang akan diperbuat oleh kawannya
itu, “naeyafa i Loole maicua labu nociehe see maicua baha..?? / apa mau di
bikin Loole…kenapa dia berhenti disitu tiba-tiba..??” pikir Dedy sejenak sambil
menatap Kaki Loole yang berbalutkan sendal Eiger.
Dengan sangat kagetnya, Dedy
melihat Laloole tampak sedang menggoyangkan-goyangkan kakinya lalu membuka
sebelah kira Sendal Eiger yang dipakainya. “ ooh… keleengkea nokoito a e no
labu noali sandalino maa… / oh..barangkali gatal kakinya ..makanya dia buka
sebelah sendalnya..” Dedy menghibur pikirannya yang was-was setelah melihat
Loole.
Ketenangan pikiran Dedy tidak
bertahan lama, Laloole melanjutkan dengan membuka sendal Eigernya yang sebelah
kanan lalu meletakkan dengan rapinya sepasang sendal Eigernya tersebut. Dedy
semakin bingung bercampur panik ketika melihat Laloole menuju ke arah pintu
utama Bank Mandiri dengan bertelanjang kaki, sementara sendalnya dibiarkan
dibawah teras. “oohh…nopada…nakumala na amai mie anoa maa?? / wah ..bahaya..mau
kemana itu orang ??”.
Melihat
pemandangan yang sedikit mengganjal hati itu, Dedy kemudian secara teratur
menarik satu, dua, hingga tiga langkahnya kebelakang menjauhi Laloole. Dentuman
langkah kaki Dedy dihalaman parkiran ternyata tidak luput dari pendengaran
Laloole. Laloole berbalik dan memanggil Dedy yang sedikit bartambah jauh
jaraknya,
“ maimo pa a Dedy dopesuaana… medaftar ulang kapaie? / mari
sini Dedy kita masuk … mau daftar ulang atau tidak?” Laloole sedikit menekan.
![]() |
| Gaya Dedy Ketika Menghisap Rokok |
“ teimo wa a… ndo agumomi kedei-dei tabakokuini… naopulimo
inia… / silahkan duluan…saya masih mau menghisap rokokku dulu… kebetulan sudah
mau habis…” jawab Dedy cemas sambil terus menghisap rokoknya.
Seperti ditagih-tagih
penagih utang, Dedy secepat kilat mencoba mencari-cari alasan bagaimana caranya
untuk menjauhi Laloole ini supaya tidak ikut-ikut malu oleh ulah Loole yang
satu ini. Dedy sangat tahu persis kalau memasuki area teras itu, dibolehkan
memakai sendal. Kalau ada yang tidak memakai sendal, akan lansung ditahu kalau
dia dari “kampung”.
“ fekahimba pa a gomiea tabakomuicu… basala dua doterlamba… /
cepat kamu hisap rokokmu itu… jangan sampai kita terlambat…”
“ umbe… paindulumo wa a… / iya… silahkan duluan…” Dedy sambil
menghisap asap terakhir dari rokoknya kemudian melemparnya.
Setelah mematikan
rokoknya, Dedy kemudian menyuruh Laloole untuk melanjutkan misinya kearah pintu
utama bank. Ketika hendak memasuki teras, nampaknya Dedy tidak lansung membuka
kedua sendalnya seperti yang dilakukan Laloole sebelumnya. Laloole pun heran
kepada Dedy.
“ labu mina mali iyeya sandalimuicuaa…?? acanoa satpam tae
wiseno ka ontoe… basala do usiriko…. / kenapa kamu tidak buka sendalmu…?? itu
ada satpam didepan pintu… jangan sampai kamu diusir..”
“ teimo wa a.. paindulumo …koemo fekihi kanaua… / silahkan…
duluan saja…. Tidak usah perdulikan saya …” jawab Dedy sambil menahan-nahan
rasa malunya.
Karena Dedy sudah sangat khawatir
dengan Laloole, dia kemudian mendekati Laloole dengan terburu-buru sambil
berbisik,
“ ane nae inia Loole koe mepake bahasa Gu a.. basala dofokona
maiyano see kampo… mina mohaea wae lalo maicua sapina ao mepakeno dasia ?? taa
mepakemo Bahasa Indonesia… nae luara o maka da poalala o bahasa Gu… / kalau
ditempat ini Loole jangan pake bahasa Gu… jangan sampai kita dikira orang
kampung… kamu tidak lihat kah itu didalam ruangan, semua orang-orang berdasi ??
kamu cukup pake Bahasa Indonesia saja…
nanti diluar baru kita baku sikat pakai bahasa Gu…”
“ ooh… nengke naa a?? taa tenangmo hangkala…. !! / oh.. begitu
rupanya?? Tenang saja kalau begitu….!!” Jawab Laloole seraya berbisik tanda
mengerti kepada Dedy.
“ mengertiimo thoo?? / kamu sudah mengerti itu toh??”
“ iya Jhe…” jawab Laloole.
Medengar jawaban itu, Dedy
sedikit tenang hatinya. Dedy kemudian menepuk bahu Laloole tanda telah percaya
sepenuh hati kepada Laloole, lalu dengan senyum manis ala “sabangka”, Dedy
kembali mempersilahkan Laloole melanjutkan misinya kearah pintu.
“koo masukmhy Loole…. Itu pintu didepanmu… tidak usah tunggu
saya….”
“ iya …. Saya tau jhe” Loole menjawab dengan logat bahasa
Indonesia versi Kendari.
Sementara itu di belakang Kantor
Bank MANDIRI, pada jam itu, mahasiswa lain tengah panas-panasnya
berdesak-desakkan untuk melakukan pendaftaraan ulang. Mereka calon-calon
mahasiswa itu berdesak-desakkan bagai kambing antara satu dengan yang lain.
Suara teriakan, tawa, amarah, bahkan suara makian menghiasi antrian calon-calon
mahasiswa dibelakang Bank Mandiri.
Di halaman depan, tepatnya di
depan Pintu Utama, masih tampak Dedy dan Loole dengan sangat sejuknya dan
diterpa angin sepoi-sepoi hendak masuk pintu guna melakukan pendaftaraan ulang.
Setelah menyuruh Laloole kepintu
dengan membiarkannya bertelanjang kaki, Dedy kembali menarik beberapa
langkahnya kebelakang menjauhi Laloole. Dengan posisi tangan melipat, Dedy
memandang Laloole yang hendak masuk pintu, dari belakang. Dedy memperhatikan
Laloole dengan sangat hati-hati, seolah ingin menunjukkan kepada orang-orang
ramai kalau Laloole itu bukan siapa-siapanya. Begitulah salahsatu cara Dedy
membuat benteng pertahanan harga dirinya kalau-kalau Laloole melakukan
kesalahan fatal yang dapat menjatuhkan harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Didepan Loole, telah terpampang
mewah pintu masuk utama Bank yang terbuat dari kaca yang ukurannya cukup luas
dibanding ukuran pintu-pintu yang pernah dilihatnya sebelumnya. “ka onto maka
anoa iniee… kadopo ala bae kaontono lambu mania…tano konggila-nggila a… / pintu
ini…beda sekali dengan pintu di rumahku… banyak sekali pantulan cahayanya”
Laloole dalam hatinya. Laloole pun bingung bercampur heran dengan apa yang akan
dibuatnya setelah itu. “bagaimana caranya dibuka ini pintu ?” pikir Loole. Sementara
Dedy dari belakang berdoa dengan sepenuh jiwa agar Laloole tahu apa yang harus
diperbuatnya sambil terus mempertahankan jarak dan posisi berdiri. “sio-siomo
Loolea namande aane sao kahabunoa…? / mudah-mudahan Loole tahu apa yang mau
diperbuat?” doa Dedy dalam hati.
“ bagaimana Dedy ?? kita langsung masuk dich??” tanya Loole
dengan sedikit melogat sesuai saran Dedy.
“ oh iya, masukmy saja…” Dedy sambil tetap mempertahankan niat
dan posisinya.
“ Dedy… kita masukmy saja sama-sama…”
“ oh… duluanmhy… saya takut-takut, masih ada sendalku sekarang
saya pake…jangan sampai saya diusir”
“ ok kalau begitu…”
Dedy pun mundur lagi tiga langkah
kebelakang. Sementara Laloole sudah berhadapan satu lawan satu dengan pintu
sambil ditemani satpam yang ada di pojok pintu. Satpampun mengerutkan keningnya
seolah bertanya-tanya, “ kenapa ini anak tidak pakai sendal, jangan-jangan mau
minta sumbangan?” pikir satpam sambil kemudian memas ang posisi siap siaga.
Laloole pun kemudian menarik
pintu bank dengan santainya. Namun sungguh disayangkan, pintu yang ditarik oleh
Loole itu nampaknya agak sangat keras untuk ditarik. Ditariknya ulang lagi
pintu itu, hasilnya masih tetap sama. Masih saja agak keras dan belum terbuka.
Loole lalu membalikkan wajahnya kebelakang memandang Dedy, sambil menggelengkan
kepalanya seolah mengisyaratkan kepada Dedy kalau pintu itu telah dikunci dari
dalam. Dedy pun membalas isyarat Loole dengan merebahkan kedua tangannya seolah
ingin berkata, “mau diapa !!”.
“ Boss !! pintunya didorong Bossku” bisik satpam kepada
Laloole dengan nada suara agak dipelankan sedikit.
“ oh …iya “ jawab Loole yang sedikit jatuh wibawanya.
Melihat
pemandangan itu, Dedy pun mulai panik. Ditariknya lagi langkahnya kebelakang dan
makin menjauh sambil memandang Laloole dari jarak ± 6 meter. Tak lupa Dedy
melihat banyaknya Nasabah yang ada dalam ruangan melalu pintu transparan yang mayoritas
memakai dasi bagi laki-laki dan sepatu hak tinggi bagi perempuan. Namun tak
kunjung juga dilihatnya ada mahasiswa didalamnya.
“ Labu mina bae mahasiswaa a baha wae laloaa?? Keleengkea mina
dae buka a pendaftaran olo icua.. / kenapa tidak ada mahasiswa yang saya lihat
didalam?? Jangan-jangan tidak ada pendaftaran hari ini…” Dedy mengira-ngira
dalam hati.
Setelah mendengar
teguran dari satpam, Laloole berhenti menarik-narik pintu yang ditariknya dari
tadi sambil kemudian menjatuhkan pandangannya kebawah sedikit. Dia
mengangguk-nganggukan kepalanya tanda mengeti setelah membaca salah satu kata
yang ada didekat pegangan pintu. “ DORONG” kurang lebih kata itulah yang
dibacanya yang membuatnya mengangguk-ngangguk. “ohh…umbe…dosohoe gahaa a /
oh..iya…didorong ternyata” komentar Laloole dalam hati.
![]() |
| Suasana Dalam Salahsatu Bank Mandiri di Kendari |
Setelah membaca dengan seksama
dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, lansung saja Laloole mendorong daun
pintu sebelah kiri dengan menggunakan tangan kirinya. “ oohh… nocibakamo
dosohoea… / ooh…sudah mulai terbuka pintunya kalau didorong” pikir Loole. Belum
selesai melepaskan pegangan tangan kirinya pada daun pintu sebelah kiri,
tiba-tiba tampak tangan kanannya ikut terayun dengan kakunya menuju kaca daun
pintu sebelah kiri. Tangan kanannya tiba-tiba mengetuk daun pintu sebelah kiri
sebanyak 5 ketukan dengan suara yang agak bervolume besar dan kedengaran kasar.
“Tok tok tok tok tok…” kurang lebih nadanya seperti itu. Suasana menjadi hening
setelah berlalunya suara ketukan itu. Loole memandang kedepan dengan kakunya. Tampak
dari depan Laloole, dua lusin nasabah bank secara bersamaan mengalihkan
pandangannya kearah Loole dengan pandangan “ibah” seolah-olah memandang Loole
sebagai orang yang selalu datang dengan mapnya tiap hari tanpa memakai sendal.
Untung ketika itu Loole tidak membawa “MAP”. Loole pun bingung ketika dirinya menjadi pusat
perhatian. Ditengah bingungnya, Laloole kemudian mengambil satu sikap yang
mengagetkan Dedy. Dilepaskannya tangan kiri dan kanannya dari daun pintu kiri,
lalu dengan nada dan volume yang agak keras, Laloole mengangkat suara didepan
banyak mata yang memandangnya, sambil kemudian berkata, “ SALAM ALAIKUUUUUUM” sambil
menundukkan kepala kepada seisi bank.
Dedy langsung lari sekencang-kencangnya
menuju kearah perempatan dengan kecepatan sangat cepat seperti lebah yang
dikejar anak panah sambil berpura-pura menunggu angkot yang datang. Ketika Laloole
memanggil sambil berteriak dari jauh, “ DEDYeeee…oooo Dedy… maimo
dopesuaaaaaanaaaa !!! / DEDY…oh Dedy…mari kita masuk !!!” Dedy tidak menjawab
sama sekali apalagi mau berbalik, dia berpura-pura tidak mengenal sama sekali
dengan orang yang namanya “LALOOLE”.
_SELESAI_



Tidak ada komentar:
Posting Komentar