GU LAKUDO

GU LAKUDO
Masjid Agung Nurul Huda Gu-Lakudo

Selasa, 18 September 2012

LAJUMAILI SANG PUTRA GU LAKUDO #1


BAGIAN 1



OLEH     :     KEPITING BERSAYAP




Masih ingatkah anda dengan salah seorang tokoh inspiratif yang pernah dikisahkan dalam tulisan sebelumnya?  Seorang muda yang tidak mudah putus asa, yang tidak gampang goyah oleh badai pengkhianatan, yang tidak suka dengan balas dendam, yang selalu memandang sesama tanpa memilah petak  pada perbedaan masing-masing, seorang perintis yang terabaikan, dan masih banyak lagi pujian serta julukan yang layak diperuntukkan kepadanya. Iya, Lajumaili namanya. Seorang tokoh inspiratif yang nyata adanya. 

Bagi saya sendiri, Lajumaili adalah seorang manusia yang telah banyak memberikan pelajaran baik secara lansung maupun tidak lansung yang sangat bermamfaat.Terlepas dari berbagai kelemahan dan kekurangannya yang sangat nampak baik yang dapat dipandang mata maupun yang hanya dirasakan dampaknya, Lajumaili sesungguhnya mempunyai banyak kelebihan yang tidak banyak dimiliki oleh remaja-remaja seumurannya terutama dikalangan pergaulannya. Lupakan sejenak perihal kebiasaan-kebiasaan buruk Lajumaili, karena biar bagaimanapun, apa yang terjadi pada Lajumaili sekarang adalah apa yang dihasilkan oleh generasi-generasi yang mendahuluinya. Lajumaili dan generasi sekarang tidaklah pantas untuk dikritis dan disayangkan keberadaanya. Banyak keluhan perihal kehidupan remaja-remaja Gu-Lakudo yang sekarang tengah menempuh pendidikan dasar hingga lanjutan tingkat atas, dimana keluhan itu tidak hanya datang dari masyarakat biasa melainkan juga datang dari para tokoh agama, pendidikan, adat, politik, sampai kalangan intelektual. Sangatlah disayangkan kalau sekarang kita menyalahkan mereka hanya karena banyaknya dari mereka yang menghiasi jalan-jalan dengan asap rokok ataupun menghiasi tempat nongkrong dengan bahasa-bahasa yang kurang enak didengar. Sebagaimana diketahui bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci tanpa dosa dan itu tanpa terkecuali.

Ini tentang kehidupan nyata seorang Lajumaili yang selalu mencoba bertahan ditengah terpaan badai pergaulan disekitarnya yang semakin mengkhawatirkan. Tidak mudah memang bagi mereka yang masih labil jiwanya, yang masih minim pengetahuannya, atau yang  belum memiliki tujuan hidup untuk dapat bertahan dalam suasana pergaulan yang sangat berpengaruh seperti Lajumaili. Tentang pergaulan itu sendiri, ada banyak perumpamaan untuknya, seperti seorang bijak pernah berkata “apabila kamu bergaul dengan tukang besi, maka engkau akan terkena ampas panas dari api peleburan besi itu, dan apabila kamu bergaul dengan penjual parfum maka engkau akan ikut terjangkit keharumannya”begitulah pergaulan berpengaruh pada tiap-tiap pelakunya. Lantas kemanakah Lajumaili akan memilih tempat pergaulanya sementara telah nyaris punah pergaulan yang didiami oleh orang-orang yang diibaratkan penjual parfum di tanah Gu Lakudo, telah jarang-jarang mereka remaja-remaja yang mengajak pada kebaikan??.

Diumurnya yang telah menginjakkan usia 18 tahun, Lajumaili telah seharusnya berubah cara pikirnya dalam menatap kehidupan, telah siap mentalnya untuk mengarungi kerasnya samudera kehidupan, telah tertanam kokoh prinsipnya untuk mengarahkannya ketika terombang -ambing.  Lajumaili adalah adik kelasku ketika dulu duduk di bangku SLTA dimana ketika itu dia duduk dibangku kelas Xa dan saya duduk dibangku kelas XII Ipa 1. Oleh beberapa seniornya Lajumali dianggap memiliki sikap bersahabat yang baik, kata-kata yang ceplas-ceplos namun tak pernah menyinggung lawan bicaranya, pribadi yang lucu dan unik, ataupun seorang individu yang setia kawan. 

Tulisan ini bukan untuk menonjolkan dan meninggikan Lajumaili diantara remaja-remaja Gu Lakudo lainnya. Hanya saja, lewat kisah nyata ini, lewat sikap Lajumaili yang terkisahkan, sangat diharapkan untuk dapat dipetik hikmahnya meskipun didalamnya Lajumaili secara langsung maupun tidak langsung memberikan kritik pedas terhadap apa yang menjadi kenyataan ditanah Gu Lakudo secara universal menyentuh berbagai aspek sendi-sendi kehidupan disana. Harapannya semoga setelah tulisan ini, Lajumaili tidak sampai diculik atau  dimintai tanda tangannya sehingga berdampak pada sikapnya.




PERJUMPAAN DENGAN LAJUMAILI DAN KEMAJUAN SEPAKBOLANYA


Hari itu tepatnya senin, 16 Juli 2012 merupakan hari dimana banyak diantara mahasiswa memutuskan untuk pulang kampung paling banyak mahasiswa Gu Lakudo yang melanjutkan kuliahnya di Kendari ataupun di Bau-Bau. Bagaimanapun juga ada banyak alasan untuk itu. Mengingat pada hari itu adalah hari dimana tengah tersisa waktu tiga hari lagi untuk para kaum muslimin yang beriman guna melaksanakan ibadah dibulan Ramadhan, maka banyak dikalangan mahasiswa yang beriman merasa terpanggil untuk menjalani hari pertama puasanya bersama keluarganya. Mereka yang berimanlah yang akan berpuasa dan merasa terpanggil untuk itu sebagaimana salahsatu ayat dalam Al-Quran “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa “ QS: Al-Baqarah :183. Dari sinilah mereka para mahasiswa merasa terpanggil atas ayat ini untuk berpuasa dan membukanya dengan sanak keluarganya dikampung. Oleh saya pribadi, tujuan pulang kampung di Gu Lakudo selain untuk membuka ramadhan ditanah kelahiran tercinta bersama keluarga, juga untuk mengurus KTP Elektronik yang kebetulan ketika itu tengah lancar-lancarnya dilakukan oleh Kementrian Dalam Negeri. Salahsatu alasan selain kedua alasan yang telah disebutkan, satu alasan yang cukup kuat bagi saya pulang ke Gu Lakudo adalah untuk melihat serta bertatap langsung dengan salah satu figure yang cukup menarik perhatian saya diantara banyaknya kalangan muda yang bergentayangan di tanah Gu Lakudo kala itu. Sebut saja, Lajumaili namanya, yang oleh sebagian dari kita telah banyak tahu tentangnya.

Begitulah saya saya memaparkan alasan-alasan saya untuk balik ke tanah Gu-Lakudo dan  berinisiatif untuk bertemu dengan beliau setelah terakhir bertemu dengannya  pada peresmian DELTA sebagai Ormas yang meskipun illegal tetapi tetap teratur dalam internalnya yang terjadi 3 tahun silam.

Tentunya dari kita telah banyak mengetahui bagaimana sepak terjang Lajumaili dalam dunia persepakbolaan di tanah Gu-Lakudo. Meskipun tidak semencolok Lantarabe maupun Lahase, Lajumaili masih punya pengaruh besar dalam regenerasi persepakbolaan ditanah Gu Lakudo. Bagi yang telah mengetahui bagaimana perjuangan Lajumaili dalam dunia sepakbola lewat kisahnya ketika hampir membela tim DELTA pada ajang Lakudo Cup 1, mungkin tidak akan terheran-heran  lagi dengan sikap dan watak dari Lajumaili dalam kesehariannya.

Sore itu ketika jamaah shalat ashar keluar dari masjid (termasuk saya sendiri) tepatnya pada pukul 15:40 WITA, dari depan gerbang, sontak figure seorang Lajumaili langsung terlintas bagai petir dipikiranku. Bagaiamana tidak, saat itu ketika hendak berjalan ke rumah, tampak dari depan lorong-lorong sempit yang sedikit angker, melintas salah seorang remaja yang oleh kawan-kawannya biasa dipanggil Laoke . Laoke sendiri dalam persepakbolaan Gu-Lakudo tergabung dalam tim Tangkalawa Junior sehingga pikiran akan Lajumaili sebagai kawan dari Laoke di tim Junior Tangkalawa langsung mendominasi. Iya, Lajumaili. Bukankah dia salahsatu motivasi pulangnya saya dari Kendari? Dari situlah, dari pancaran wajah Laoke yang mengingatkan aura Lajumaili sehingga memunculkan inisiatif bagi saya untuk segera bergegas kelapangan dan melihat secara langsung bagaimana Lajumaili ditahun 2012 yang katanya skill sudah menyerupai mantan pemain Manchester United Cristiano Ronaldo. Apalagi kala itu telah mendekati awal ramadhan yang oleh para pelaku sepakbola dikatakan “ ter terahirnomo dolatiha a inia/ hari-hari terakhir untuk kita latihan” yang maksudnya adalah hari-hari terakhir untuk melaksanakan latihan dalam keadaan segar bugar sebelum beberapa hari lagi akan melangsungkan latihan dalam keadaan berpuasa .

Tepat pukul 17:00 WITA tibalah saya dilapangan dengan mengendarai sepeda berwarna pink milik adik saya. Tampak dari kejauhan Lajumaili yang memakai baju merah tengah fokus-fokusnya melakukan pemanasan bersama Hazlan. Hazlan sendiri adalah seorang mahasiswa yang kuliah di Kendari yang sementara menikmati masa liburnya di Lapangan Tangkalawa. Dari memperhatikan pemanasan antara kedua pemain hampir profesional ini, nampak jelas bahwa Skil dan penampilan fisik Lajumaili telah banyak berubah sejak 3 tahun silam. Tegapnya dia berdiri merupakan satu bukti yang membedakan dia dengan dia (Lajumaili) beberapa tahun silam. Caranya menguasai bola sampai caranya menggiring bola dan menggoreng Hazlan adalah buktinya. Lajumaili terlihat seperti peserta pelatihan sepakbola di Bercelona, Lamasia, tempat dulu Lionel Messi dan Xavi Hernandes berkader.

Lajumaili tengah bersiap-siap memasuki lapangan sepak bola
“sepaemo pa’a goluicu Jumaili !! ao kampona neengke../ tendang bolanya sekarang Jumaili!! Lama sekali” Hazlan mendesak Lajumaili.
“sabaha o kedei –dei pa a…ndo abelajara gayano Cristiano Ronaldo inia…namande aane la ae pa a naewine naevua a acumaloemo indidia Ronaldo wa aicua ??../sabar sebentar… ini saya sementara belajar gayanya Cristiano Ronaldo … siapa yang tau besok atau lusa sudah saya ini yang mengungguli Ronaldo itu??…” Lajumaili menjawab desakan Hazlan sambil mengopeng-ngopeng bola dikepalanya.
“kala o kala… nopasako dua a mentoo anoa…fekahimba… ba a pandoangko koncu  !! umunda akumakaikoa?? /jangan berlagak disitu… kamu kayak apa saja… cepat… nanti saya lempar pake batu.!! Mau saya jatuhkan disitu??” Hazlan sedikit naik darahnya. 
“umbe… alaa alaa goluini… / iya  …. Ini, ini bola”, Lajumaili sambil mengoper bola kepada Hazlan dengan gaya mencungkil bola.

Dalam keadaan fokus melakukan latihan antara Lajumaili dan Hazlan di lapangan, seiring waktu tiba-tiba berdatanganlah mereka yang akan hendak ikut dalam latihan sepakbola. Cukup ramai dan banyak memang dari mereka sebut saja semisal Laoke, Dedy Hermawan, Hanif, Ilman, Anco,Muslim, Laputeh dan kawan-kawan sejenis lainnya. Bagi saya sendiri, suasana di lapangan nampaknya memang akan sangat menarik perhatian. Bagiamana tidak, jauh hari sebelum hari itu, telah banyak tersiar kabar bahwa Tangkalawa Junior telah sangat maju persepakbolaannya dibanding sebelumnya, juga kabar yang mengatakan bahwa beberapa bulan sebelum itu, Tim Tangkalawa Junior pernah melakukan pertandingan persahabatan dengan tim Desa Mone yang dimenangi mereka dengan skor yang cukup menampar yaitu 4-0. Berbekal informasi ini, rasanya menjadi menarik dan betah untuk menyaksikan secara langsung bagaimana perkembangan Tim Tangkalawa Junior dalam eksistensinya didalam persepakbolaan khususnya dalam cara mereka melakukan latihan bersama di lapangan Tangkalawa dengan segala keterbatasan yang ada.

Tepat pukul 17:15 WITA tampak rombongan remaja ini telah terbagi menjadi dua kubu dengan masing-masing berjumlah 11 orang. Telah dapat diduga sebelumnya, bahwa kedua kubu ini akan melakukan latihan tanding seperti yang telah dilakukan rutin sebelum-sebelumnya. Lajumali rupanya berada dalam satu kubu bersama Dedy Hermawan, Hazlan, Laputeh, Anco, dan yang lainnya dan mendapat posisi sebagai sayap kiri, posisi yang cukup sakral dalam dunia sepak bola. Yang menarik dalam latihan tanding ini adalah merangkapnya Jabatan Wasit sekaligus sebagai pemain yang diperani oleh Lajaane. Lajaane merupakan satu-satunya senior yang masuk dalam salahsatu kubuh ketika itu. Minimal tidak, pada kejadian yang satu ini kita dapat menduga bahwa ternyata ada kepedulian dari para senior untuk melakukan pembinaan dan regenerasi persepakbolaan di tanaha Gu Lakudo. Selain Lajaane sendiri yang ikut melebur dalam lapangan, tampak dari tribun fondasi luar lapangan yang berlumut sedang duduk beberapa senior lain yang cukup naik namanya di kancah sepakbola Tangkalawa semisal: Luwi, Lakuuze, dan Aswad. Rupanya mereka tengah kanu (bersiap-siap) untuk latihan tanding gelombang kedua.

Sampai beberapa menit latihan tanding berlangsung, satu pemandangan yang membuat saya tidak percaya adalah teknik Lajumaili dalam mengolah sikulit bundar yang nampak sangat berbeda dengan terakhir kali saya melihatnya bermain bola 3 tahun silam ketika membela DELTA. Padahal sewaktu membela DELTA, Lajumaili sangat labil dalam menggiring bola. Cukup lama memang Lajumaili dalam Lapangan sebelum akhirnya harus keluar lapangan karena “hosa”(capek). Setelah keluarnya Lajumaili dari lapangan, sayapun bertanya pada Lajumaili.

“koo mento ano gahaa a kala lambumu wae lapanga wa aecua…nopasaemoa dua a permainano Cristiano Ronaldoaa. Keleengkea molodo bae golu laah see-seyaloa??/ Luar biasa permainanmu di lapangan barusan.. mirip dengan Cristiano Ronaldo… barangkali kamu kalau tidur  selalu dengan Bola tiap malamnya??”

“amboo la ae yahuu…?? Koo bilanga a permainanku wa aicua nando standara…ndo Laoke wa aicue bae ademu Anco mande anoa..indidi icua ndo pemula ka asi!!/ kata siapa..?? perasaan permainanku tadi masih standar…mereka Laoke lah dengan adikmu Anco yang sebenarnya pintar … saya itu masih pemula sekali !!” Lajumaili sedikit merendah.
“fekataa yahuu?? Kobilanga a adeku bae Laoke maicu mode-modeleno  yo lengke?? Nengke ae da mande dapogolu naa a??/ yang benar saja?? Perasaan adikku dan Laoke itu gaya-gayanya banci??bagaimana mungkin mereka bisa bermain bola kalau modelnya begitu??” tanya saya kepada Lajumaili.

Anco, salahsatu kader Tim Tangkalawa Junior
Tapi benar saja. Setelah mengamati gaya permainan Laoke dan Anco dilapangan, nampak sungguh mengagetkan hati. Sedari tadi yang teramati hanyalah Lajumaili seorang. Namun rupanya, selain Lajumaili, ada banyak dari para junior yang lain yang telah pesat perkembangan gaya sepakbolanya. Sulit membayangkan memang akan ada sekumpulan remaja usia dibawah 19 tahun di Kabupaten Buton selain dari Gu Lakudo yang mampu menyamai gaya permainan mereka (Lajumaili dan kawan-kawan). Dibandingkan dengan remaja-remaja di kota Kendari, skill individu dari Lajumaili dan beberap kawan-kawannya yang lain boleh dibilang telah diatas rata-rata seumurannya. Caranya menggiring bola, mencari posisi, bahkan sampai tiki-takanya sudah menyerupai senior-seniornya di Tim Tangkalawa. Begitulah kesimpulan sementara yang dapat saya ambil sampai selesainya latihan tanding sore itu.




LAJUMAILI MENANGGAPI SIKAP MASYARAKAT


Ditahun 2012 ini, Lajumaili sebenarnya baru saja selesai merayakan kelulusannya dari bangku sekolah tingkat atas yang dengan itu sekaligus mengokohkan statusnya sebagai seorang remaja yang telah merebut semua ijazah tingkat anak sekolah. Bagi saya sendiri, Lajumaili adalah orang yang pas dan cocok untuk menggambarkan dan mewakili secara menyeluruh bagaimana karakter hingga keadaan remaja di Gu Lakudo khususnya remaja laki-laki dewasa ini.Tentu dari kita tidak ada yang mengetahui secara pasti apa dan bagaimana kebiasaaan-kebiasaan dari Lajumaili diluar jadwalnya latihan sepakbola. Namun tampaknya, Dalam kesehariannya itu, Lajumaili memiliki karakter yang tidak terlalu ekstrim dalam pergaulan yang salah, namun tidak juga terlalu ekstrim dalam hal-hal yang positif. Dia bukan seorang yang pasif, bukan juga seorang yang aktif. Yang sedang-sedang saja.

Secara kasat mata, dimalam dan disiang hari, kita dapat melihat di jalan-jalan dan lorong-lorong di Gu Lakudo apabila remaja laki-laki telah melintas, kita akan dengan mudah mendapati mereka dalam keadaan membawa batangan-batangan tembakau yang terbakar salahsatu sisinya. Ini tidak bisa dipungkiri keberadaannya. Hal ini telah berlangsung sejak bertahun-tahun lamanya dan telah dianggap sebagai sesuatu yang tidak memusingkan pikiran dan mengusik batin oleh masyarakat. Meskipun banyak masyarakat tidak terlalu perduli dengan hal ini, namun sesungguhnya ini adalah satu masalah yang bisa sangat mengkhawatirkan. Salahsatu yang menjadi permasalahan, bukan kenapa mereka bisa merokok atau kenapa mereka berani menampakkan dirinya didepan umum dengan rokoknya?? Tetapi kenapa diantara mereka yang berjalan dengan asapnya itu, banyak yang umurnya berkisar antara umur 9 sampai 13 tahun??. Secara nasional memang telah banyak riset yang dilakukan terhadap remaja dan hubungannya dengan rokok. Namun disitu kita hanya menemukan hasilnya bahwa rata-rata usia seorang remaja mengenal yang namanya rokok adalah pada usia 15 sampai 16 tahun. Apa yang tampak dan terlihat di jalan-jalan dan lorong-lorong di Gu Lakudo harus dikata telah sangat mengkhawatirkan. Dengan santai dan gagahnya malah remaja usia 9-13 tahun ini mengasapi mulutnya di jalan-jalan dan dilorong-lorong dan disambut dengan acuh oleh masyarakat. Saya curiga, Lajumaili melihat sikap acuh dari masyarakat ini sebagai bentuk bahasa isyarat yang mungkin dia artikan sebagai kata “silahkan” atau “tidak ada larangan”. Makanya dari itu Lajumaili dan kawan-kawannya merasa aman dan percaya diri melakukan hal yang diatas.

Pagi itu sekitar pukul 10:00 WITA tertanggal 19 Juli 2012, telah banyak remaja yang duduk dengan manisnya di depan tempat rental PS yang ada di seputaran rumah Laoga (doja), mereka adalah Nonong( tokoh penting dibalik terusirnya Lajumaili dari DELTA), Aipo, Dedy Hermawan, Ramdan, Saya sendiri dan Laputeh, Remaja-remaja yang menurut saya tidak terlalu ekstrim dalam pergaulannya. Seperti biasa, dari paparan sebelumnya (tentang sepak bola) nampak jelas game apa yang dominan dimainkan, yang jelasnya tidak akan ada hubungannya dengan mata kuliah dari Dedy Hermawan atau mata pelajaran dari Laputeh maupun Laaipo. Tertulis jelas di layar Tvnya, Winning Eleven dan Pess 2011-2012. Game itulah yang selalu dimainkan di tempat itu.

Ketika berlangsungnya adu ketangkasan didepan layar Play Station tersebut, tampak yang terlihat merokok ketika itu  hanya dua orang, namun tidak bisa disebutkan namanya disini oleh karena satu dan lain hal dan untuk mengamankan identitasnya. Sekitaran 2 jam duduk manis di depan layar TV Playstation, tiba-tiba muncul sosok yang cukup menarik perhatian banyak orang. Beliau adalah Lajumaili. Secara terang-terangan saja, kala itu Lajumaili datang dengan memegang industri mini asap ( rokok ) berbentuk mirip pulpen yang belum terbakar digenggaman tangannya. Setelah itu, spontan Lajumaili memanggil nama Aipo dengan maksud meminjam arang yang dipegang-pegang oleh Aipo. Namun Aipo tidak mau dan malah menghindar. Jadilah Lajumaili kecewa dengan Laaipo. Lajumaili berpikir sejenak, dia memandang kiri kanan terlebih dahulu, atas dan bagian bawah penglihatannya. Setelah itu, Lajumaili memutuskan untuk meminta arang yang dipegang-pegang oleh Dedy dengan nada suara halus. Dengan santainya Dedy membagi asap yang dipegangnya kepada Lajumaili, sehingga bertambahlah asap industri ditempat itu menjadi 3 sumber yang lagi-lagi tak boleh disebutkan darimana sumber masing-masing asap berasal.

Tidak ada larangan memang tentang asap ini di tempat itu. Sama halnya di jalan-jalan dan di gode-gode, tak ada larangan dari masyarakat pada remaja yang kedapatan merokok. Rokok seolah telah dianggap unsur-unsur pembentuk laki-laki. Dan untuk membedakan laki-laki dan perempuan, salahsatu caranya dengan mengamati siapa yang menggunakannya. Pemandangan seorang remaja membawa asap rokok dijalan-jalan, bukanlah menjadi lagi sesuatu yang mengherankan lagi dimata masyarakat Gu Lakudo. Meskipun MUI telah memfatwakan bahwa rokok itu haram. Namun pada beberapa daerah tertentu seperti Gu Lakudo, yang terlihat justru bahwa fatwa tersebut tidak mengikat dan malah tidak didengar sama sekali. Pernah seorang ahli sosiologi berkata dan berkomentar di TV One tidak lama setelah fatwa haram rokok, “apabila suatu tindakan (merokok) telah berlangsung secara rutin disuatu daerah sehingga menjadi kebiasaan sampai oleh masyarakatnyapun dianggap sesuatu yang wajar, maka menjadi tidak mengikatlah fatwa yang dikeluarkan oleh MUI itu dalam suatu tatanan masyarakat tertentu itu”. Apakah banyak dari kita yang mengharapkan pernyataan tersebut diarahkan ke masyarakat Gu Lakudo?? Atau sebaliknya??.mungkin masih akan tetap menjadi misteri yang telah diketahui umum.

Hari berikutnya, jumat, 20 Juni 2012 merupakan hari yang cukup memeras pikiran bagi umat islam. Pasalnya pada malam sebelumnya, salahsatu station TV sebut saja TV One menayangkan secara Live sidang penentuan awal Ramadhan yang dilakukan oleh Kementrian Agama dan menetapkan bahwa awal Ramadhan jatuh pada tanggal 21 Juli 2012 yang sehari lebih lambat dari Muhammadiyah. Minoritas memang warga Gu Lakudo yang melaksanakan puasa pada hari Jumat mengikuti Muhammadiyah, karena banyak dari masyarakat Gu Lakudo yang lebih memilih secara konsisten mengikuti ketetapan pemerintah setiap tahunnya. Meskipun begitu, perbedaan tersebut cukup menjadi bahan perbincangan hebat dikalangan para Intelektual dan Tokoh agama. Utamanya mereka yang pemahaman daya kritisnya tinggi. Tidak semua kalangan masyarakat memang mempersoalkan perihal masalah perbedaan penetapan awal Ramadhan. Namun pernahkah terbayangkan bagaimana tanggapan dan jawaban dari remaja-remaja Gu Lakudo apabila ditanyai tentang ini??

Suatu malam sebelum sempat dimulainya shalat sunnah Terawih pertama, saya menyempatkan diri untuk nongkrong dan duduk santai di markas DELTA tanpa Lajumaili. Salah seorang dari anggota DELTA yang pernah terlibat dalam pengusiran Lajumaili dari DELTA atas nama Aipo terlibat diskusi ringan dengan saya.

“Aipo?? Puasa wa a?? koo bilanga monale toha a?? Isincua yangkafi ae hampano.. Pamarintah koo Muhammadiyah??/ Aipo?? Kamu puasa tadi siang?? Sepertinya kamu kelihatan loyo?? Kamu ini ikutnya sama siapa..pemerintah atau Muhammadiyah?? “ tanya saya kepada Laaipo.
“tado puasa dopuasamo wa a.. yang penting nocitaangi ka ahoa..La ae umalano muasano pa a dokodosamo../ puasa-puasa saja.. yang penting lapar bisa ditahan..siapa yang salah menentukan awal puasa berarti berdosa (pemerintah dan Muhammadiyah). Jawab Aipo dengan lugu.
“jadi isincua naefie muasa?? / jadi kamu kapan mulai berpuasanya” kembali bertanya
“daomangkafi kahame pa a… na amai kangkafino kamokula mohame ano, anoa icumo sao kaangkafikua.. / kita ikut rame saja… mana yang diikuti kebanyakan orang-orang tua , itulah yang akan saya ikuti” jawab spontan Aipo.

Sedikit memiris hati memang jawaban yang keluar dari bibir Aipo ini. Aipo yang kurang lebih memiliki karakter yang hampir sama dengan Lajumaili, secara spontan memberikan kepada saya jawaban yang sangat memberikan sinyal perihal salahsatu faktor yang berpengaruh dalam kehidupan remaja di tanah Gu Lakudo. Kata kuncinya “ orangtua” sebagai panutan bagi mereka dalam mengambil keputusan dalam bertindak. Harus diakui memang, dalam  percakapan ini yang tengah dibahas adalah mengambil sikap dalam menentukan awal Ramadhan. Hasilnya, orang-orang tua yang mayoritaslah yang akan dijadikan panutan dalam pengambilan sikap menghadapi perbedaan penentuan awal Ramadhan. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, dengan kondisi masyarakat kita yang terpetak-petak dan rasa kekeluargaan yang minim serta perilaku-perilaku individualis dan perilaku negative-negative lainnya, akankah generasi muda kita selaku penerus pemegang tongkat estafet kehidupan dimasa mendatang hendak menggunakan rasa idealisnya yang sangat goyah untuk bersikap menentang terhadap kenyataan senior-seniornya dan panutannya yang disaksikannya sekarang ??ataukah sebaliknya seperti kata Aipo ” daomangkafi kahame pa a… na amai kangkafino kamokula mohame ano, anoa icumo sao kaangkafikua..” pasrah mengikuti perilaku orang-orang tua kita sekarang yang mayoritas, yang mengkhawatirkan Lajumaili dan generasinya apabila dicontohi. Pertanyaan  inilah yang dihasilkan dari perjumpaan saya bertemu dengan salah seorang kawan saya Aipo sekaligus kawan Lajumaili yang masih muda umurnya.

Demikianlah malam itu sebelum akhirnya Aipo dan saya pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat sunnat terawih yang pertama dibulan Ramadhan ketika itu.



BERSAMBUNG . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar