BAGIAN 1
OLEH : KEPITING
BERSAYAP
Masih
ingatkah anda dengan salah seorang tokoh inspiratif yang pernah dikisahkan
dalam tulisan sebelumnya? Seorang muda
yang tidak mudah putus asa, yang tidak gampang goyah oleh badai pengkhianatan, yang
tidak suka dengan balas dendam, yang selalu memandang sesama tanpa memilah
petak pada perbedaan masing-masing,
seorang perintis yang terabaikan, dan masih banyak lagi pujian serta julukan
yang layak diperuntukkan kepadanya. Iya, Lajumaili namanya. Seorang tokoh inspiratif
yang nyata adanya.
Bagi saya
sendiri, Lajumaili adalah seorang manusia yang telah banyak memberikan
pelajaran baik secara lansung maupun tidak lansung yang sangat bermamfaat.Terlepas
dari berbagai kelemahan dan kekurangannya yang sangat nampak baik yang dapat dipandang
mata maupun yang hanya dirasakan dampaknya, Lajumaili sesungguhnya mempunyai
banyak kelebihan yang tidak banyak dimiliki oleh remaja-remaja seumurannya
terutama dikalangan pergaulannya. Lupakan sejenak perihal kebiasaan-kebiasaan
buruk Lajumaili, karena biar bagaimanapun, apa yang terjadi pada Lajumaili sekarang
adalah apa yang dihasilkan oleh generasi-generasi yang mendahuluinya. Lajumaili
dan generasi sekarang tidaklah pantas untuk dikritis dan disayangkan
keberadaanya. Banyak keluhan perihal kehidupan remaja-remaja Gu-Lakudo yang
sekarang tengah menempuh pendidikan dasar hingga lanjutan tingkat atas, dimana
keluhan itu tidak hanya datang dari masyarakat biasa melainkan juga datang dari
para tokoh agama, pendidikan, adat, politik, sampai kalangan intelektual. Sangatlah
disayangkan kalau sekarang kita menyalahkan mereka hanya karena banyaknya dari mereka
yang menghiasi jalan-jalan dengan asap rokok ataupun menghiasi tempat nongkrong
dengan bahasa-bahasa yang kurang enak didengar. Sebagaimana diketahui bahwa
setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci tanpa dosa dan itu tanpa
terkecuali.
Ini tentang
kehidupan nyata seorang Lajumaili yang selalu mencoba bertahan ditengah terpaan
badai pergaulan disekitarnya yang semakin mengkhawatirkan. Tidak mudah memang bagi
mereka yang masih labil jiwanya, yang masih minim pengetahuannya, atau
yang belum memiliki tujuan hidup untuk
dapat bertahan dalam suasana pergaulan yang sangat berpengaruh seperti
Lajumaili. Tentang pergaulan itu sendiri, ada banyak perumpamaan untuknya,
seperti seorang bijak pernah berkata “apabila kamu bergaul dengan tukang besi,
maka engkau akan terkena ampas panas dari api peleburan besi itu, dan apabila kamu
bergaul dengan penjual parfum maka engkau akan ikut terjangkit keharumannya”begitulah
pergaulan berpengaruh pada tiap-tiap pelakunya. Lantas kemanakah Lajumaili akan
memilih tempat pergaulanya sementara telah nyaris punah pergaulan yang didiami
oleh orang-orang yang diibaratkan penjual parfum di tanah Gu Lakudo, telah
jarang-jarang mereka remaja-remaja yang mengajak pada kebaikan??.
Diumurnya
yang telah menginjakkan usia 18 tahun, Lajumaili telah seharusnya berubah cara
pikirnya dalam menatap kehidupan, telah siap mentalnya untuk mengarungi
kerasnya samudera kehidupan, telah tertanam kokoh prinsipnya untuk
mengarahkannya ketika terombang -ambing. Lajumaili adalah adik kelasku ketika dulu
duduk di bangku SLTA dimana ketika itu dia duduk dibangku kelas Xa dan saya
duduk dibangku kelas XII Ipa 1. Oleh beberapa seniornya Lajumali dianggap
memiliki sikap bersahabat yang baik, kata-kata yang ceplas-ceplos namun tak
pernah menyinggung lawan bicaranya, pribadi yang lucu dan unik, ataupun seorang
individu yang setia kawan.
Tulisan ini
bukan untuk menonjolkan dan meninggikan Lajumaili diantara remaja-remaja Gu
Lakudo lainnya. Hanya saja, lewat kisah nyata ini, lewat sikap Lajumaili yang
terkisahkan, sangat diharapkan untuk dapat dipetik hikmahnya meskipun didalamnya
Lajumaili secara langsung maupun tidak langsung memberikan kritik pedas
terhadap apa yang menjadi kenyataan ditanah Gu Lakudo secara universal
menyentuh berbagai aspek sendi-sendi kehidupan disana. Harapannya semoga
setelah tulisan ini, Lajumaili tidak sampai diculik atau dimintai tanda tangannya sehingga berdampak
pada sikapnya.
PERJUMPAAN
DENGAN LAJUMAILI DAN KEMAJUAN SEPAKBOLANYA
Hari itu
tepatnya senin, 16 Juli 2012 merupakan hari dimana banyak diantara mahasiswa
memutuskan untuk pulang kampung paling banyak mahasiswa Gu Lakudo yang
melanjutkan kuliahnya di Kendari ataupun di Bau-Bau. Bagaimanapun juga ada
banyak alasan untuk itu. Mengingat pada hari itu adalah hari dimana tengah
tersisa waktu tiga hari lagi untuk para kaum muslimin yang beriman guna
melaksanakan ibadah dibulan Ramadhan, maka banyak dikalangan mahasiswa yang
beriman merasa terpanggil untuk menjalani hari pertama puasanya bersama
keluarganya. Mereka yang berimanlah yang akan berpuasa dan merasa terpanggil
untuk itu sebagaimana salahsatu ayat dalam Al-Quran “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa “ QS:
Al-Baqarah :183. Dari sinilah mereka para mahasiswa merasa terpanggil atas ayat
ini untuk berpuasa dan membukanya dengan sanak keluarganya dikampung. Oleh saya
pribadi, tujuan pulang kampung di Gu Lakudo selain untuk membuka ramadhan
ditanah kelahiran tercinta bersama keluarga, juga untuk mengurus KTP Elektronik
yang kebetulan ketika itu tengah lancar-lancarnya dilakukan oleh Kementrian
Dalam Negeri. Salahsatu alasan selain kedua alasan yang telah disebutkan, satu
alasan yang cukup kuat bagi saya pulang ke Gu Lakudo adalah untuk melihat serta
bertatap langsung dengan salah satu figure yang cukup menarik perhatian saya
diantara banyaknya kalangan muda yang bergentayangan di tanah Gu Lakudo kala
itu. Sebut saja, Lajumaili namanya, yang oleh sebagian dari kita telah banyak
tahu tentangnya.
Begitulah
saya saya memaparkan alasan-alasan saya untuk balik ke tanah Gu-Lakudo dan berinisiatif untuk bertemu dengan beliau
setelah terakhir bertemu dengannya pada
peresmian DELTA sebagai Ormas yang meskipun illegal tetapi tetap teratur dalam internalnya
yang terjadi 3 tahun silam.
Tentunya
dari kita telah banyak mengetahui bagaimana sepak terjang Lajumaili dalam dunia
persepakbolaan di tanah Gu-Lakudo. Meskipun tidak semencolok Lantarabe maupun
Lahase, Lajumaili masih punya pengaruh besar dalam regenerasi persepakbolaan
ditanah Gu Lakudo. Bagi yang telah mengetahui bagaimana perjuangan Lajumaili
dalam dunia sepakbola lewat kisahnya ketika hampir membela tim DELTA pada ajang
Lakudo Cup 1, mungkin tidak akan terheran-heran
lagi dengan sikap dan watak dari Lajumaili dalam kesehariannya.
Sore itu
ketika jamaah shalat ashar keluar dari masjid (termasuk saya sendiri) tepatnya
pada pukul 15:40 WITA, dari depan gerbang, sontak figure seorang Lajumaili
langsung terlintas bagai petir dipikiranku. Bagaiamana tidak, saat itu ketika
hendak berjalan ke rumah, tampak dari depan lorong-lorong sempit yang sedikit
angker, melintas salah seorang remaja yang oleh kawan-kawannya biasa dipanggil
Laoke . Laoke sendiri dalam persepakbolaan Gu-Lakudo tergabung dalam tim
Tangkalawa Junior sehingga pikiran akan Lajumaili sebagai kawan dari Laoke di
tim Junior Tangkalawa langsung mendominasi. Iya, Lajumaili. Bukankah dia
salahsatu motivasi pulangnya saya dari Kendari? Dari situlah, dari pancaran
wajah Laoke yang mengingatkan aura Lajumaili sehingga memunculkan inisiatif bagi
saya untuk segera bergegas kelapangan dan melihat secara langsung bagaimana
Lajumaili ditahun 2012 yang katanya skill sudah menyerupai mantan pemain
Manchester United Cristiano Ronaldo. Apalagi kala itu telah mendekati awal
ramadhan yang oleh para pelaku sepakbola dikatakan “ ter terahirnomo dolatiha a
inia/ hari-hari terakhir untuk kita latihan” yang maksudnya adalah hari-hari
terakhir untuk melaksanakan latihan dalam keadaan segar bugar sebelum beberapa
hari lagi akan melangsungkan latihan dalam keadaan berpuasa .
Tepat
pukul 17:00 WITA tibalah saya dilapangan dengan mengendarai sepeda berwarna
pink milik adik saya. Tampak dari kejauhan Lajumaili yang memakai baju merah tengah
fokus-fokusnya melakukan pemanasan bersama Hazlan. Hazlan sendiri adalah
seorang mahasiswa yang kuliah di Kendari yang sementara menikmati masa liburnya
di Lapangan Tangkalawa. Dari memperhatikan pemanasan antara kedua pemain hampir
profesional ini, nampak jelas bahwa Skil dan penampilan fisik Lajumaili telah banyak
berubah sejak 3 tahun silam. Tegapnya dia berdiri merupakan satu bukti yang membedakan
dia dengan dia (Lajumaili) beberapa tahun silam. Caranya menguasai bola sampai
caranya menggiring bola dan menggoreng Hazlan adalah buktinya. Lajumaili
terlihat seperti peserta pelatihan sepakbola di Bercelona, Lamasia, tempat dulu
Lionel Messi dan Xavi Hernandes berkader.
![]() |
| Lajumaili tengah bersiap-siap memasuki lapangan sepak bola |
“sepaemo pa’a goluicu Jumaili !! ao kampona
neengke../ tendang bolanya sekarang Jumaili!! Lama sekali” Hazlan mendesak
Lajumaili.
“sabaha o kedei –dei pa a…ndo abelajara gayano
Cristiano Ronaldo inia…namande aane la ae pa a naewine naevua a acumaloemo
indidia Ronaldo wa aicua ??../sabar sebentar… ini saya sementara belajar
gayanya Cristiano Ronaldo … siapa yang tau besok atau lusa sudah saya ini yang
mengungguli Ronaldo itu??…” Lajumaili menjawab desakan Hazlan sambil
mengopeng-ngopeng bola dikepalanya.
“kala o kala… nopasako dua a mentoo
anoa…fekahimba… ba a pandoangko koncu !!
umunda akumakaikoa?? /jangan berlagak disitu… kamu kayak apa saja… cepat… nanti
saya lempar pake batu.!! Mau saya jatuhkan disitu??” Hazlan sedikit naik
darahnya.
“umbe… alaa alaa goluini… / iya …. Ini, ini bola”, Lajumaili sambil mengoper
bola kepada Hazlan dengan gaya mencungkil bola.
Dalam
keadaan fokus melakukan latihan antara Lajumaili dan Hazlan di lapangan, seiring
waktu tiba-tiba berdatanganlah mereka yang akan hendak ikut dalam latihan
sepakbola. Cukup ramai dan banyak memang dari mereka sebut saja semisal Laoke,
Dedy Hermawan, Hanif, Ilman, Anco,Muslim, Laputeh dan kawan-kawan sejenis
lainnya. Bagi saya sendiri, suasana di lapangan nampaknya memang akan sangat
menarik perhatian. Bagiamana tidak, jauh hari sebelum hari itu, telah banyak
tersiar kabar bahwa Tangkalawa Junior telah sangat maju persepakbolaannya
dibanding sebelumnya, juga kabar yang mengatakan bahwa beberapa bulan sebelum
itu, Tim Tangkalawa Junior pernah melakukan pertandingan persahabatan dengan
tim Desa Mone yang dimenangi mereka dengan skor yang cukup menampar yaitu 4-0.
Berbekal informasi ini, rasanya menjadi menarik dan betah untuk menyaksikan
secara langsung bagaimana perkembangan Tim Tangkalawa Junior dalam
eksistensinya didalam persepakbolaan khususnya dalam cara mereka melakukan
latihan bersama di lapangan Tangkalawa dengan segala keterbatasan yang ada.
Tepat
pukul 17:15 WITA tampak rombongan remaja ini telah terbagi menjadi dua kubu
dengan masing-masing berjumlah 11 orang. Telah dapat diduga sebelumnya, bahwa
kedua kubu ini akan melakukan latihan tanding seperti yang telah dilakukan
rutin sebelum-sebelumnya. Lajumali rupanya berada dalam satu kubu bersama Dedy
Hermawan, Hazlan, Laputeh, Anco, dan yang lainnya dan mendapat posisi sebagai
sayap kiri, posisi yang cukup sakral dalam dunia sepak bola. Yang menarik dalam
latihan tanding ini adalah merangkapnya Jabatan Wasit sekaligus sebagai pemain
yang diperani oleh Lajaane. Lajaane merupakan satu-satunya senior yang masuk
dalam salahsatu kubuh ketika itu. Minimal tidak, pada kejadian yang satu ini
kita dapat menduga bahwa ternyata ada kepedulian dari para senior untuk
melakukan pembinaan dan regenerasi persepakbolaan di tanaha Gu Lakudo. Selain
Lajaane sendiri yang ikut melebur dalam lapangan, tampak dari tribun fondasi luar
lapangan yang berlumut sedang duduk beberapa senior lain yang cukup naik
namanya di kancah sepakbola Tangkalawa semisal: Luwi, Lakuuze, dan Aswad.
Rupanya mereka tengah kanu (bersiap-siap) untuk latihan tanding gelombang
kedua.
Sampai
beberapa menit latihan tanding berlangsung, satu pemandangan yang membuat saya
tidak percaya adalah teknik Lajumaili dalam mengolah sikulit bundar yang nampak
sangat berbeda dengan terakhir kali saya melihatnya bermain bola 3 tahun silam
ketika membela DELTA. Padahal sewaktu membela DELTA, Lajumaili sangat labil dalam
menggiring bola. Cukup lama memang Lajumaili dalam Lapangan sebelum akhirnya
harus keluar lapangan karena “hosa”(capek). Setelah keluarnya Lajumaili dari
lapangan, sayapun bertanya pada Lajumaili.
“koo mento ano gahaa a kala lambumu wae lapanga wa aecua…nopasaemoa dua a permainano Cristiano Ronaldoaa. Keleengkea molodo bae golu laah see-seyaloa??/ Luar biasa permainanmu di lapangan barusan.. mirip dengan Cristiano Ronaldo… barangkali kamu kalau tidur selalu dengan Bola tiap malamnya??”
“amboo la ae yahuu…?? Koo bilanga a permainanku wa
aicua nando standara…ndo Laoke wa aicue bae ademu Anco mande anoa..indidi icua
ndo pemula ka asi!!/ kata siapa..?? perasaan permainanku tadi masih
standar…mereka Laoke lah dengan adikmu Anco yang sebenarnya pintar … saya itu
masih pemula sekali !!” Lajumaili sedikit merendah.
“fekataa yahuu?? Kobilanga a adeku bae Laoke maicu
mode-modeleno yo lengke?? Nengke ae da
mande dapogolu naa a??/ yang benar saja?? Perasaan adikku dan Laoke itu
gaya-gayanya banci??bagaimana mungkin mereka bisa bermain bola kalau modelnya
begitu??” tanya saya kepada Lajumaili.
![]() |
| Anco, salahsatu kader Tim Tangkalawa Junior |
Tapi
benar saja. Setelah mengamati gaya permainan Laoke dan Anco dilapangan, nampak
sungguh mengagetkan hati. Sedari tadi yang teramati hanyalah Lajumaili seorang.
Namun rupanya, selain Lajumaili, ada banyak dari para junior yang lain yang
telah pesat perkembangan gaya sepakbolanya. Sulit membayangkan memang akan ada
sekumpulan remaja usia dibawah 19 tahun di Kabupaten Buton selain dari Gu
Lakudo yang mampu menyamai gaya permainan mereka (Lajumaili dan kawan-kawan). Dibandingkan
dengan remaja-remaja di kota Kendari, skill individu dari Lajumaili dan beberap
kawan-kawannya yang lain boleh dibilang telah diatas rata-rata seumurannya.
Caranya menggiring bola, mencari posisi, bahkan sampai tiki-takanya sudah
menyerupai senior-seniornya di Tim Tangkalawa. Begitulah kesimpulan sementara
yang dapat saya ambil sampai selesainya latihan tanding sore itu.
LAJUMAILI
MENANGGAPI SIKAP MASYARAKAT
Ditahun 2012
ini, Lajumaili sebenarnya baru saja selesai merayakan kelulusannya dari bangku
sekolah tingkat atas yang dengan itu sekaligus mengokohkan statusnya sebagai
seorang remaja yang telah merebut semua ijazah tingkat anak sekolah. Bagi saya
sendiri, Lajumaili adalah orang yang pas dan cocok untuk menggambarkan dan
mewakili secara menyeluruh bagaimana karakter hingga keadaan remaja di Gu
Lakudo khususnya remaja laki-laki dewasa ini.Tentu dari kita tidak ada yang
mengetahui secara pasti apa dan bagaimana kebiasaaan-kebiasaan dari Lajumaili diluar
jadwalnya latihan sepakbola. Namun tampaknya, Dalam kesehariannya itu,
Lajumaili memiliki karakter yang tidak terlalu ekstrim dalam pergaulan yang
salah, namun tidak juga terlalu ekstrim dalam hal-hal yang positif. Dia bukan
seorang yang pasif, bukan juga seorang yang aktif. Yang sedang-sedang saja.
Secara kasat
mata, dimalam dan disiang hari, kita dapat melihat di jalan-jalan dan
lorong-lorong di Gu Lakudo apabila remaja laki-laki telah melintas, kita akan
dengan mudah mendapati mereka dalam keadaan membawa batangan-batangan tembakau
yang terbakar salahsatu sisinya. Ini tidak bisa dipungkiri keberadaannya. Hal
ini telah berlangsung sejak bertahun-tahun lamanya dan telah dianggap sebagai
sesuatu yang tidak memusingkan pikiran dan mengusik batin oleh masyarakat. Meskipun
banyak masyarakat tidak terlalu perduli dengan hal ini, namun sesungguhnya ini
adalah satu masalah yang bisa sangat mengkhawatirkan. Salahsatu yang menjadi
permasalahan, bukan kenapa mereka bisa merokok atau kenapa mereka berani
menampakkan dirinya didepan umum dengan rokoknya?? Tetapi kenapa diantara
mereka yang berjalan dengan asapnya itu, banyak yang umurnya berkisar antara
umur 9 sampai 13 tahun??. Secara nasional memang telah banyak riset yang
dilakukan terhadap remaja dan hubungannya dengan rokok. Namun disitu kita hanya
menemukan hasilnya bahwa rata-rata usia seorang remaja mengenal yang namanya
rokok adalah pada usia 15 sampai 16 tahun. Apa yang tampak dan terlihat di
jalan-jalan dan lorong-lorong di Gu Lakudo harus dikata telah sangat
mengkhawatirkan. Dengan santai dan gagahnya malah remaja usia 9-13 tahun ini
mengasapi mulutnya di jalan-jalan dan dilorong-lorong dan disambut dengan acuh
oleh masyarakat. Saya curiga, Lajumaili melihat sikap acuh dari masyarakat ini
sebagai bentuk bahasa isyarat yang mungkin dia artikan sebagai kata “silahkan”
atau “tidak ada larangan”. Makanya dari itu Lajumaili dan kawan-kawannya merasa
aman dan percaya diri melakukan hal yang diatas.
Pagi itu
sekitar pukul 10:00 WITA tertanggal 19 Juli 2012, telah banyak remaja yang
duduk dengan manisnya di depan tempat rental PS yang ada di seputaran rumah
Laoga (doja), mereka adalah Nonong( tokoh penting dibalik terusirnya Lajumaili
dari DELTA), Aipo, Dedy Hermawan, Ramdan, Saya sendiri dan Laputeh,
Remaja-remaja yang menurut saya tidak terlalu ekstrim dalam pergaulannya.
Seperti biasa, dari paparan sebelumnya (tentang sepak bola) nampak jelas game apa
yang dominan dimainkan, yang jelasnya tidak akan ada hubungannya dengan mata
kuliah dari Dedy Hermawan atau mata pelajaran dari Laputeh maupun Laaipo.
Tertulis jelas di layar Tvnya, Winning Eleven dan Pess 2011-2012. Game itulah yang
selalu dimainkan di tempat itu.
Ketika
berlangsungnya adu ketangkasan didepan layar Play Station tersebut, tampak yang
terlihat merokok ketika itu hanya dua
orang, namun tidak bisa disebutkan namanya disini oleh karena satu dan lain hal
dan untuk mengamankan identitasnya. Sekitaran 2 jam duduk manis di depan layar
TV Playstation, tiba-tiba muncul sosok yang cukup menarik perhatian banyak
orang. Beliau adalah Lajumaili. Secara terang-terangan saja, kala itu Lajumaili
datang dengan memegang industri mini asap ( rokok ) berbentuk mirip pulpen yang
belum terbakar digenggaman tangannya. Setelah itu, spontan Lajumaili memanggil
nama Aipo dengan maksud meminjam arang yang dipegang-pegang oleh Aipo. Namun
Aipo tidak mau dan malah menghindar. Jadilah Lajumaili kecewa dengan Laaipo.
Lajumaili berpikir sejenak, dia memandang kiri kanan terlebih dahulu, atas dan
bagian bawah penglihatannya. Setelah itu, Lajumaili memutuskan untuk meminta
arang yang dipegang-pegang oleh Dedy dengan nada suara halus. Dengan santainya
Dedy membagi asap yang dipegangnya kepada Lajumaili, sehingga bertambahlah asap
industri ditempat itu menjadi 3 sumber yang lagi-lagi tak boleh disebutkan
darimana sumber masing-masing asap berasal.
Tidak ada
larangan memang tentang asap ini di tempat itu. Sama halnya di jalan-jalan dan
di gode-gode, tak ada larangan dari masyarakat pada remaja yang kedapatan
merokok. Rokok seolah telah dianggap unsur-unsur pembentuk laki-laki. Dan untuk
membedakan laki-laki dan perempuan, salahsatu caranya dengan mengamati siapa
yang menggunakannya. Pemandangan seorang remaja membawa asap rokok dijalan-jalan,
bukanlah menjadi lagi sesuatu yang mengherankan lagi dimata masyarakat Gu
Lakudo. Meskipun MUI telah memfatwakan bahwa rokok itu haram. Namun pada
beberapa daerah tertentu seperti Gu Lakudo, yang terlihat justru bahwa fatwa
tersebut tidak mengikat dan malah tidak didengar sama sekali. Pernah seorang
ahli sosiologi berkata dan berkomentar di TV One tidak lama setelah fatwa haram
rokok, “apabila suatu tindakan (merokok) telah berlangsung secara rutin disuatu
daerah sehingga menjadi kebiasaan sampai oleh masyarakatnyapun dianggap sesuatu
yang wajar, maka menjadi tidak mengikatlah fatwa yang dikeluarkan oleh MUI itu
dalam suatu tatanan masyarakat tertentu itu”. Apakah banyak dari kita yang
mengharapkan pernyataan tersebut diarahkan ke masyarakat Gu Lakudo?? Atau
sebaliknya??.mungkin masih akan tetap menjadi misteri yang telah diketahui
umum.
Hari
berikutnya, jumat, 20 Juni 2012 merupakan hari yang cukup memeras pikiran bagi
umat islam. Pasalnya pada malam sebelumnya, salahsatu station TV sebut saja TV
One menayangkan secara Live sidang penentuan awal Ramadhan yang dilakukan oleh
Kementrian Agama dan menetapkan bahwa awal Ramadhan jatuh pada tanggal 21 Juli
2012 yang sehari lebih lambat dari Muhammadiyah. Minoritas memang warga Gu
Lakudo yang melaksanakan puasa pada hari Jumat mengikuti Muhammadiyah, karena
banyak dari masyarakat Gu Lakudo yang lebih memilih secara konsisten mengikuti
ketetapan pemerintah setiap tahunnya. Meskipun begitu, perbedaan tersebut cukup
menjadi bahan perbincangan hebat dikalangan para Intelektual dan Tokoh agama. Utamanya
mereka yang pemahaman daya kritisnya tinggi. Tidak semua kalangan masyarakat memang
mempersoalkan perihal masalah perbedaan penetapan awal Ramadhan. Namun
pernahkah terbayangkan bagaimana tanggapan dan jawaban dari remaja-remaja Gu
Lakudo apabila ditanyai tentang ini??
Suatu
malam sebelum sempat dimulainya shalat sunnah Terawih pertama, saya
menyempatkan diri untuk nongkrong dan duduk santai di markas DELTA tanpa
Lajumaili. Salah seorang dari anggota DELTA yang pernah terlibat dalam
pengusiran Lajumaili dari DELTA atas nama Aipo terlibat diskusi ringan dengan
saya.
“Aipo?? Puasa wa a?? koo bilanga monale toha a??
Isincua yangkafi ae hampano.. Pamarintah koo Muhammadiyah??/ Aipo?? Kamu puasa
tadi siang?? Sepertinya kamu kelihatan loyo?? Kamu ini ikutnya sama siapa..pemerintah
atau Muhammadiyah?? “ tanya saya kepada Laaipo.
“tado puasa dopuasamo wa a.. yang penting
nocitaangi ka ahoa..La ae umalano muasano pa a dokodosamo../ puasa-puasa saja..
yang penting lapar bisa ditahan..siapa yang salah menentukan awal puasa berarti
berdosa (pemerintah dan Muhammadiyah). Jawab Aipo dengan lugu.
“jadi isincua naefie muasa?? / jadi kamu kapan
mulai berpuasanya” kembali bertanya
“daomangkafi kahame pa a… na amai kangkafino
kamokula mohame ano, anoa icumo sao kaangkafikua.. / kita ikut rame saja… mana yang
diikuti kebanyakan orang-orang tua , itulah yang akan saya ikuti” jawab spontan
Aipo.
Sedikit
memiris hati memang jawaban yang keluar dari bibir Aipo ini. Aipo yang kurang
lebih memiliki karakter yang hampir sama dengan Lajumaili, secara spontan
memberikan kepada saya jawaban yang sangat memberikan sinyal perihal salahsatu
faktor yang berpengaruh dalam kehidupan remaja di tanah Gu Lakudo. Kata
kuncinya “ orangtua” sebagai panutan bagi mereka dalam mengambil keputusan
dalam bertindak. Harus diakui memang, dalam percakapan ini yang tengah dibahas adalah
mengambil sikap dalam menentukan awal Ramadhan. Hasilnya, orang-orang tua yang
mayoritaslah yang akan dijadikan panutan dalam pengambilan sikap menghadapi
perbedaan penentuan awal Ramadhan. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah,
dengan kondisi masyarakat kita yang terpetak-petak dan rasa kekeluargaan yang
minim serta perilaku-perilaku individualis dan perilaku negative-negative lainnya,
akankah generasi muda kita selaku penerus pemegang tongkat estafet kehidupan
dimasa mendatang hendak menggunakan rasa idealisnya yang sangat goyah untuk
bersikap menentang terhadap kenyataan senior-seniornya dan panutannya yang
disaksikannya sekarang ??ataukah sebaliknya seperti kata Aipo ” daomangkafi
kahame pa a… na amai kangkafino kamokula mohame ano, anoa icumo sao
kaangkafikua..” pasrah mengikuti perilaku orang-orang tua kita sekarang yang
mayoritas, yang mengkhawatirkan Lajumaili dan generasinya apabila dicontohi. Pertanyaan
inilah yang dihasilkan dari perjumpaan
saya bertemu dengan salah seorang kawan saya Aipo sekaligus kawan Lajumaili
yang masih muda umurnya.
Demikianlah
malam itu sebelum akhirnya Aipo dan saya pergi ke masjid untuk melaksanakan
shalat sunnat terawih yang pertama dibulan Ramadhan ketika itu.
BERSAMBUNG . . .



Tidak ada komentar:
Posting Komentar