GU LAKUDO

GU LAKUDO
Masjid Agung Nurul Huda Gu-Lakudo

Selasa, 22 Januari 2013

CINTA CAESAR #1




CAESAR, SANG KETUA MABES [1]




            Cap jomblo sejati yang disematkan oleh La Otde[2] dan kawan-kawan pada Caesar, menjadikan Caesar begitu gusar dan galau kala harus berkumpul atau berbagi kisah kepada La Otde CS perihal dunia romantisme. Karena cap yang disematkan ini pulalah, dalam keseharian pergaulannya di MABES[3], Caesar selalu merasa terdesak dan minder bahkan ia selalu menjadi objek ejekan ketika topik sudah mengarah kebahasan romantisme.

            Sudah lima tahun lamanya sejak Caesar terpilih menjadi pucuk tertinggi dalam kepengurusan MABES. Yang justru menjadi ironi kemudian adalah belum adanya satu pencinta pun yang mengadu asmara dengan Caesar. Bahkan hingga mendekati keramaian Idul Fitri pun, di bulan Ramadhan, Caesar masih saja tetap sendiri.

                                                                 
***


            Malam itu begitu berbeda. Bulan tidak terlalu terang menerangi gode-gode yang masih kosong. Kosong bukan karena tidak berpenghuni, melainkan belum saatnya gode-gode[4] itu untuk diisi beberapa orang yang biasanya berdiam diri di tempat itu. Sementara jalan aspal yang ada depan gode-gode itu juga tampak begitu sunyi. Tidak ada kehidupan yang berasa untuk saat itu. Assalamualaikum warahmatullah...suara Imam di Masjid Agung Nuru Huda Gu menandai berakhirnya pelaksanaan shalat Isya. Anak-anak meluber keluar hanya beberapa detik setelah ucapan dari sang Imam itu. Seketika semua menjadi ramai. Mereka berlari mengitari seputaran bangunan agung masjid itu dengan tawa dan teriakkan-teriakkan yang meramaikan suasana bulan penuh berkah, Bulan Ramadhan. Baru, beberapa menit kemudian, setelah Imam menyalami para jamaah, dari depan gerbang tampak beberapa remaja keluar dari masjid secara berbondong-bondong. Mereka itulah, sebagian anggota-anggota MABES yang baru saja meluruskan niatnya menuju gode-gode yang menjadi Markas mereka. Gode-gode yang sebelumnya kosong di tinggal pergi sholat Isya, itulah tujuan mereka.

Bak sebuah ritual sakral yang harus dijalani, hadir seusai shalat Isya di Markas MABES telah menjadi sebuah keharusan yang sangat jarang diabaikan oleh anggota-anggota MABES terutama sang pemegang pucuk tertinggi,Caesar. Sosok Caesar menjadi magnet pengikat sekaligus penarik yang seolah memaksa setiap anggota-anggota lainnya untuk turut hadir meramaikan gode-gode guna berlangsungnya setiap interaksi dalam perkumpulan tersebut hingga eksistensi MABES terus terjaga, tetap utuh dan hidup selama mungkin. Apalagi dalam suasana bulan ramadhan seperti itu, ketika hampir seluruh anggota MABES telah berada di kampung Gu Lakudo[5].

            Tidak seperti biasanya, malam itu di Markas MABES begitu hening dan sunyi. Padahal di dalamnya telah duduk sekitar tujuh orang anggota-anggota patten[6] yang selalu memeriahkan markas tersebut setiap malamnya. Dari bagian depan, tampak sosok beberapa pemuda yang termenung tanpa sepatah kata pun: Andi[7], Takin, Abang Phyton[8], dan Laade[9]. Sementara di bagian belakang, dengan posisi bersandar pada salahasatu bagian pinggir gode-gode,beberapa orang pemuda juga sedang melamun sekaligus menghayati salahsatu lagu yang di putar oleh salah seorang dari mereka. Malam itu rasanya begitu hening, padahal baru saja shalat Isya di bulan ramadhan usai dilaksanakan. Juga, disaat itu begitu banyak anak-anak yang berlarian kesana kemari sekedar meramaikan suasana bulan suci ramadhan di jalan-jalan besar perkampungan sekitar masjid Besar[10] sementara remaja-remajanya sibuk dengan upaya memenuhkan kebutuhan romantismenya dengan cara bergandengan tangan dengan lawan jenis lalu bepergian ketempat-tempat remang-remang yang hening dan sunyi.

“Tumben sekali yah malam ini, sedari tadi kita duduk disini, belum juga tampak sosok Caesar di tengah-tengah kita,”kata Andi kepada anggota-anggota MABES yang lain. “padahal biasanya, tepat setelah shalat magrib usai dia selalu telah berada di gode-gode ini sambil memegang sarungnya yang terlipat sampai atas perutnya. Bahkan seringkali, Imam masjid belum sempat menutup shalat dengan Salam, Caesar sudah duluan berada disini.”

“kalau tidak salah, hari ini hari sabtu ‘kan?” Farlin sedikit memberi petunjuk sembari bangkit dari persandarannya di sisi gode-gode.

“terus…”

“bukankah malam ini sedang tayang salahsatu sinetron bernuansa islami di TV?”

“ apa ????” Andi bingung sesaat.

Dari samping kiri Farlin, La Otde tersentak dari duduknya dan sejurus kemudian mendekatkan wajahnya tepat beberapa cm dari pandangan Andi. “betul itu, belakangan Caesar suka sekali nonton sinetron itu, dia belum satu episode pun alpa menyaksikan sinetron itu, bahkan dia sangat hafal alur ceritanya, watak tokohnya, latar tempatnya, dan lain-lain yang terkait dengan sinetron itu.”

“oh iya, saya baru ingat. Karena sampai sekarang dia belum punya pacar, makanya dia meluapkan dan melampiaskan emosi cintanya dengan banyak menonton sinetron remaja bertema percintaan dan kadang kala selalu berkhayal menjadi salahsatu pemeran tokoh di dalamnya.” Andi memperjelas maksud La Otde. “ bagaimana, seperti itu, ‘kan?” 

“ha ha ha. Kurang lebihnya seperti itu. Tapi, apa sampai seperti itukah traumanya kepada yang namanya cinta?”

“ ya, kurang lebih seperti itu, lagipula belakangan ini dia suka sekali bercerita kepada saya tentang kisah cintanya yang heroik dengan banyak gadis-gadis abg cantik yang jauh di bawah usianya sekarang.”

“jadi kamu percaya begitu saja?”

“tidak. Mana mungkin saya percaya begitu saja kepada ceritanya yang begitu heroik dan terlalu muluk bahkan banyak di antara kisah pribadinya yang diceritakannya kepada saya terlampau dramatis. Pun, bagi saya pribadi, ceritanya itu bisa saja disetarakan dengan banyak kisah dalam film melow-drama yang ada di Prancis ataupun di Korea.”

Andi lalu mengarahkan pandangannya kepada seluruh anggota-anggota MABES yang hadir pada saat itu dengan pandangan silih berganti seolah mengisyaratkan akan ada satu aib dari Caesar yang akan dia beberkan di tempat itu. Rahasia Caesar yang tak banyak anggota MABES mengetahuinya. Sejurus kemudian seluruh perhatian terfokus pada Andi dan apa yang akan dia ucapkan. “ ada satu cerita Caesar yang kemudian membuat saya tidak percaya lagi dengan seluruh ceritanya yang terlalu muluk.” Sembari menyebarkan pandangannya ke setiap mata yang terfokus padanya. “ tapi untuk ini, kalian jangan cerita sepatah dua patah kata pun kapada Caesar! Jangan sampai dia trauma untuk meluapkan curhatannya kepada saya.”

“ayolah! Jangan terlalu lama. Langsung saja ceritakan!” Desak Farlin.

Andi menarik nafas dalam-dalam sebelum memulai kata pertama dalam pembeberan aib Caesar. “ jadi begini... Coba kalian cek dulu HP milik Abang di situ! Baru setelah itu periksa salahsatu video di dalamnya yang berjudulPERBAIKI LISTRIK!” 
kemudian menunjuk Farlin untuk mengambil HP Abang Phyton yang terputar music nya.
“ Permisi! Coba sebantar Hpnya kita Bang!” Farlin dengan sangat hati-hati meminta untuk meminjam sebentar HP milik Abang Phyton.

Abang Phyton dengan tangan kirinya memberikan HP itu kepada Farlin karena tangan kanannya sedang dipakenya untuk menggaruk salahsatu anggota tubuhnya yang gatal.
            HP itu tiba sudah berada di tangan Andi. Dan, tak berapa lama Andy langsung memutar Video yang dimaksudkan tersebut. Diarahkannya layar HP itu ke pusat dimana seluruh pandangan di tempat itu bisa terfokus. “ jadi, kemarin dulu malam itu, Saya, Abang Phyton, dan Caesar setelah shalat terawih kami bertiga menonton video ini secara berjamaah. Saya paham betul bagaiamana alur, latar, dan pemeran dari video ini.”

“ kata siapa? Kamu jangan bohong” kata Abang phyton. “ saya tadi malam hanya nonton paruhnya saja. Tidak sampai tuntas.”

“oh, begitu kah, Abang? Maaf kalau begitu. Saya ralat. Yang nonton itu hanya saya dan Caesar sementara Abang phyton hanya menemani kami yang nonton untuk menghindarkan lecet pada Hpnya.

Rasa penasaran akan maksud Andy yang terlalu berbelit-belit di sampaikan membuat La Otde menjadi gusar dan emosian. “ kalau boleh tahu Andi, sebenarnya apa yang menjadi hubungan antara perbaiki listrik dan cerita-cerita Caesar yang terdengar begitu heroik olehmu?”

Sambil menjalankan video yang di maksud tanpa mematikannya atau mem-pause-nya, Andi memenuhi permintaan dari anggota-anggota MABES itu. “ oke oke… jadi seperti ini. Tadi malam, saya berbincang-bincang dengan Caesarempat mata…Pikiran Andi langsung menghunus tajam kebelakang tepat sehari sebelum saat ini. Malam itu, setelah sehari sebelumnya usai menyaksikan salahsatu video dalam HP milik Abang Phyton, Andi dan Caesar terlibat percakapan empat mata. Isi percakapan mereka malam itu mengenai beberapa gadis cantik yang menjadi incaran mereka untuk paling tidak bisa menjadi pacar bagi mereka. Awalnya, Andi bercerita tentang seorang gadis kemayu berusia 16 tahun yang telah lama di kagumi oleh Caesar. Andi sengaja menceritakan sosok gadis itu kepada Caesar dengan maksud mengompor-kompori emosi Caesar agar meluap dan meledak bagai Anak Gunung Krakatau. Namun karena emosi cemburu Caesar yang tak kunjung meledak seperti harapan Andi, Andi langsung berinisiatif merubah arah percakapan. Percakapan yang tadinya berputar-putar pada persoalan kekaguman Caesar kepada seorang gadis berusia 16 tahun berubah topik menjadi kekaguman Caesar kepada gadis-gadis cantik asal Negeri Tirai Bambu; China, kemudian terpesoananya Caesar kepada artis-artis Korea, hingga kekagumannya pada gadis-gadis sakura di Jepang. Awalnya Andi berandai-andai, seandainya saja ia bisa memperoleh pacar dari negeri Jepang, tentunya Ia akan dengan senang hati memamerkan pacarnya itu kepada segenap anggota-anggota MABES di seluruh pelosok daratan dan lautan. Kata Andy, ‘Pacar yang cantik adalah salahsatu alasan kenapa seorang laki-laki harus setia’. Sejalan dengan Andi, Caesar juga berandai-andai pada hal yang sama. Hanya saja, dia lebih condong ke arah yang lebih mengikat lagi. ‘Barangkali, kalau saya dapat pacar yang cantik dari Negeri Tirai Bambu, saya akan langsung menikah dengannya apapun rintangannya.’ Ketika Andi bertanya, ‘apa yang menjadi tujuanmu hingga harus cepat-cepat menikah seperti itu?’ Maka spontan Caesar menjawab, ‘sudah jelaslah bahwa malam pertama adalah harga mati jika tidak ingin melewatkan surga dunia level satu.’Setelah jawaban dari Caesar itu, Andi terdiam sesaat. Mereka berdua langsung agak lama terdiam. Seperti ada pola pikir yang salah dari Caesar. Andi sangat menyadari itu. Bahwa ketika Caesar menjadikan malam pertama sebagai tujuan akhir dari romantisme, maka berarti Caesar telah berbicara dalam rana ‘Nafsu’. Menyadari itu, Andi pun berusaha menasihati Caesar supaya –jika seandainya dia masih menurutkan nafsunya sebagai tujuan akhir– mencari saja yang dapat digapai lalu dinikahi secepatnya. Andi bergurau dengan berkata, ‘Caesar, kalau untuk masalah merasakan malam pertama. tidak perlu lah menanti ijab kabul di ucapkan. Di sekitar kita, dalam dunia yang sudah modern seperti itu, hal seperti itu bukan lagi menjadi sesuatu yang susah untuk di dapatkan, bahkan kalau kamu bisa meloby secara optimal, kamu tidak harus sampai mengelurkan sepersen uang pun untuk mendapatkan itu. Di luaran sana, banyak sekali yang mendapatkan sensasi itu dengan motif suka sama suka sangat gampang mendapatkannya,’ gurauan Andi kepada Caesar. Nampak pada waktu itu, Andi menyadari betul kalau komentarnya yang barusan akan mendapatkan tangkisan argumen yang lebih dahsyat dari Caesar. Benar saja, hanya berselang kurang dari 5 detik, sebuah komentar balasan langsung menguhunus pedis di telinga Andi. Kalau hanya yang seperti itu, saya juga bisa. Dengan gampang malah, bahkan saya tidak sama sekali pernah meminta lebih dulu. Mereka lah yang lebih dahulu!’ kata Caesar. Mendengar itu, Andi tidak langsung percaya begitu saja dengan ucapan dari Caesar yang barusan itu. ‘Kamu bisa buktikan tidak apa yang baru saja kamu utarakan barusan?’Desak Andi. ‘Bolehlah’, kata Caesar. ‘kemarin sore, sewaktu saya sedang duduk termenung di gode-gode ini, saya mendengar ada satu panggilan yang merdu yang memanggil-manggil namaku. Karena merdunya itu, saya langsung bisa tahu persis kalau itu adalah suara seorang gadis cantik anggun nan kemayu. Orang dari Mataoleo[11] sepertinya. Kamu tahu ada angin apa kenapa dia sampai memanggil saya seperti itu?’ tanya Caesar kepada Andi. ‘Tidak… tidak sama sekali…’ jawab Andi. ‘ha ha ha… gadis yang cantik itu minta tolong kepada saya untuk memperbaiki listrik  di rumahnya.’ Jawab Caesar. Andy hanya bingung sesaat, karena di ketahuinya Caesar tidak sama sekali tahu menahu tentang persoalan listrik. ‘terus, kelanjutannya bagaiamana?’ tanya Andi. Caesar melanjutkan ceritanya kepada Andi. ‘ setelah gadis itu minta tolong untuk diperbaikikan lampu dan listrik di rumahnya, saya langsung mengiyakan dan sejurus kemudian gadis itu langsung mengajak saya menuju rumahnya tempat dimana lampu listriknya mengalami  masalah (TKP.)’ Andi mulai tertarik dengan kisah yang di ceritakan oleh Caesar barusan. Sejenak dia melupakan keraguannya pada keahlian Caesar dalam menangani masalah ke-listrik-an. Caesar lalu melanjutkan cerita yang katanya adalah kisah pribadinya, ‘ sesampainya di rumah, untuk sesaat gadis itu memberikan saya seperangkat alat listrik untuk mengutak-atik beberapa helai kabel listrik yang bermasalah dan menemani saya di situ untuk beberapa lama waktunya. Dia menemani saya sambil sesekali menatap mata saya dengan mata yang berbinar-binar, begitu lembut dia menatap saya namun saya tidak menyadari akan hal itu. Dan, ketika saya menyadari akan hal itu, saya langsung mengarahkan pandangan saya kepada mata yang saya curigai dari tadi juga menatap saya. Gadis itu langsung salah tingkah dan membalikkan badannya ketika saya memergoki dia sedang manatap saya yang sedang memperbaiki kabel-kabel listrik.’ Sambung Caesar. Andi terperangah untuk sesaat setelah mendengar secuil kisah yang belum tuntas yang di ceritakan oleh Caesar tersebut. ‘ luar biasa kisahmu itu, lantas setelah itu?’ Andi menantikan kelanjutan kisahnya. ‘ jadi, setelah gadis itu kepergok oleh saya dan membalikkan badannya membelakangi saya, dia langsung mencari alasan untuk menutupi keterpesonaannya itu. Dia ingin pergi mandi, katanya kepada saya sebagai alasannya. Dan seketika itu pula dia langsung bergegas menjauhi saya menuju kamarnya mengambil beberapa peralatan untuk dipakainya mandi.’ Sambung Caesar kepada Andi. ‘saya curiga, itu gadis jangan-jangan memang suka sama kamu, makanya dia sengaja memanggil kamu untuk sepuas-puasnya bisa memandang wajahmu.’ Puji Andi kepadaCaesar. Sementara Caesar tersenyum sesaat sebelum melanjutkan lagi kisahnya. ‘oh, kalau itu sudah jelas lah, pastilah gadis itu suka sama saya,gadis-gadis yang lain mungkin akan melakukan hal yang sama!’ sambung Caesar untuk sesaat. ‘ ketika saya tengah sibuk mengutak-atik helaian kabel listrik yang bermasalah, tiba-tiba gadis itu melintas menuju kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk putih sembari menuruni anak-anak tangga satu per satu sambil sesekali melemparkan pandangannya kepada saya. Sempat memang beberapa kali saya pergoki dia melemparkan pandangannya kepada saya sampai-sampai –karena terlalu terpesona dia kepada saya– dia sampai lupa kalau-kalau handuk yang dikenakannya itu, padasalasatu bagiannya terkait pada pegangan tangga yang dia turuni, sehingga karena itu (karena terkait) handuknya mulai melepas sedikit demi sedikit sampai membuat kesemua bagian yang tak pantas di pandang oleh yang berwenang terlihat begitu jelas.’ Sambung Caesar. Andi terkaget sejenak mendengar jawaban penjelasan itu. ‘ jadi, kalau seperti itu apa yang kamu lakukan?’ tanya Andi sangat penasaran. ‘ saya hanya melihat sesaat dan setelah itu menurunkan pandangan saya kembali pada kabel-kabel yang saya utak-atik itu.’ Jawab santai Caesar. ‘ dan gadis itu?’ semakin penasaran Andi. ‘ oh, dia tidak lagi mengambil handuk yang dipakainya. Dia langsung menuju kepada saya yang tengah sibuk memperbaiki kabel-kabel tua tanpa rasa ragu-ragu sedikit pun.’ Caesar menjelaskan dengan menggebu. ‘ tanpa busana?’ tanya Andi. ‘ tanpa busana!’ tegas Caesar. ‘ Dia mendekat secara perlahan,mendekat secara sensualpada saya, dan semakin saya menundukkan pandangan, semakin mendekatlah gadis itu kepadaku. Sampai-sampai, karena kondisi sudah tidak memungkinkan untuk saya bertahan dalam idealis saya, saya kemudian hanya bisa pasrah menerima kondisi yang memojokkan saya itu… kurang lebih seperti itu.” Kata Andi masih dalam keadaan memperlihatkan layar HP Abang Phyton kepada anggota-anggota MABES yang masih sangat terfokus.

Tawa dari gode-gode itu pun akhirnya meledak juga seperti ledakan Gunung Anak Krakatau yang pernah menghebohkan media senusantara. Hanya beberapa orang sajalah yang tidak sampai pecah tawanya. Barangkali karena tidak menahu sama sekali dengan jalan pikir dari Andi, Laade salahsatu dari mereka yang tidak pecah sama sekali tawanya itu.

“ saya tidak tahu apa yang akan saya katakan mendengar hal itu. Tapi satu yang saya bisa tangkap dari sifat Caesar yang satu ini adalah satu kelebihan seorang manusia yang sangat pandai mengarang bahkan dengan begitu refleksnya dan dengan Improvisasi-nya yang menawan dan briliantsaya hampir terkecoh dengan apa yang dia ceritakan.” Kata Farlin kepada Andi.

“ iya, kurang lebih seperti itu. Sebenarnya saya juga hampir terkecoh ketika pertama kali mendengar bagaimana dia bercerita tentang kisahnya itu kepada saya,” Andi mencoba meyakinkan rekan-rekannya. “ awalnya saya mengira itu adalah sebuah kisah yang nonfiksi, sebuah kisah yang benar nyata adanya. Tapi saya mulai ragu ketika dia mengatakan ‘handuk yang jatuh’.”

Abang Phyton mengambil HP yang masih dalam keadaan play videonya. Kini adegan dalam video itu, terlihat seorang laki-laki tengah mengenakan seragam dari sebuah perusahaan di bidang jasa service kelistrikan yang bergegas keluar dari rumah seorang klien perempuannya dan sebelum jauh dari klien itu dia terlebih dahulu melambaikan tangannya serta menebar sebuah senyum kepadanya.Arigato, kata laki-laki tersebut. “ Ending ­dari video ini, laki-lakinya melambai kepada perempuan dan mengatakan ‘Arigato’.” Selidik Abang sejenak“ jadi, Caesar, bagaimana dengan dia?” tanyanya kepada Andi.

            “ ha ha ha,” tawa Andi sedikit keluar. “Sudah di situlah kesalahan besar Caesar dalam penceritaaannya.”

            “ kenapa sampai seperti itu?”

            “ dia ceritakan pada saya, waktu dia akan pamit pulang ke gode-gode, dia berpamitan pada gadis Mataoleo itu. Arigato, katanya... Ha ha ha,” tawa Andi pecah lagi. “kalau sudah begitu, biar orang bodoh manapun tentunya akan tahu, apalagi yang sudah pernah menonton video Perbaiki Listrik tersebut bahwa ternyata kisah dari Caesar ini adalah hasil Copy Paste + Edit dari adegan video yang ditontonnya malam itu bersama saya dan juga Abang Phyton.”

            “ ha ha ha ha,” sebuah tawa sangat bergemuruh dari samping Gode-gode. “ternyata begitu, ya?” Kata Laade yang baru tersadar. “ memang itu orang, pandai sekali dia merangkai sebuah karangan.” Setelah itu dia langsung terdiam.

            Suasana menjadi hening sesaat. Tak ada yang menemani tawa Laade yang terlambat pecah. Semuanya sudah terlambat untuk tertawa.

            “ ha ha hae…” Laade kembali memaksakan tawanya dengan harapan ada yang terpancing karenanya.

            Suasana tidak ada yang berubah sama sekali. Hening untuk beberapa saat. Sementara mata Andi menatap mata La Otde dan Farlin, bingung dengan tingkah Laade. Kenapa ini orang?

“ memang pandai,” Abang Phyton melanjutkan kalimat dari Laade. “ akan sangat pandai ketika dia mengarang sebuah kisah yang bertemakan Cinta, daun muda, dan Film Panas nan dewasa. Saya yakin, dia akan menceritakannya nyaris tanpa celah.”

Ha ha ha ha… keseluruhan tawa manusia-manusia yang ada di Gode-gode itu akhirnya pecah juga. Laade pun yang tadinya hanya bisa tertawa sendiri dan kurang PD dengan tawanya kini bisa sepuas-sepuas hatinya untuk melanjutkan tawanya. “ ha ha ha…. ha ha ha…oho oho oho…” terdengar suara tawa yang berujung suara tenggorokan yang tergaet lendir.

“ kamu kenapa, Laade?” tanya La Otde.

“ tidak, saya hanya salah style tawa saja barusan.”

“ bilang saja! Kamu barusan batuk berdahak, ‘kan?”

“ tulang ikan terkait dalam tenggorokanku.”

Ha ha … ledakan tawa kedua pecah kembali karena tenggorokan Laade yang keseleo. Semuanya menjadi ramai pada saat itu meskipun tanpa kehadiran sosok Caesar yang kharismatik seperti kata Caesar bercerita sendiri.

***

            Seperti biasanya, di bulan suci ramadhan, setelah shalat isya selesaikan dilaksanakan, biasanya dilanjutkan dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-quran oleh seorang Qori atau Qoriah. Baru setelah itu menyusul dakwah islamiyah yang biasanya dibawakan oleh pendakwanya menunggu panggilan dari seorang Protokoler yang mempersilakan. Dari jarak yang tidak terlalu jauh sekitar 15 meter, dari sebuah Toa terdengar oleh anggota-anggota MABES tengah berkumpul, seorang protokoler melanjutkan rangkaian shalat sunnah terawih dengan memanggil seorang Penceramah untuk mengisi dakwah di malam itu. Kepada … kami persilahkan dengan hormat, kata Protokoler itu.

“ ayolah semua! Apalagi yang kita tunggu? Masih ada waktu untuk berputar-putar mengelilingi dan mengitari kampung kita ini,” ajakan Farlin kepada anggota-anggota MABES yang lainnya. “ penceramah baru saja memulai ‘kan?”

Abang Phyton mengulurkan kakinya sebelah menggapai tanah.

“ kamu ikut ‘kan, Abang?” tanya Farlin setelah mengartikan isyarat kaki Abang.

“ Tergantung.”

“ apa?”

“ tergantung dimana tempatnya.”
Farlin membalikkan badannya mengangkat tangan kanannya menunjuk tepat kearah depan. Tepat di balik masjid yang mereka pandangi. “tidak jauh, hanya di jembatan situ saja.”

Abang mengangguk pertanda setuju dengan saran Farlin. “ kamu, Laade, tidak ikut bersama kami?” Abang mengajak lagi yang lainnya.

“ iya, Laade. Kamu ikut saja,” tambah Farlin. “siapa tahu saja di sana kita bisa dapat pemandangan yang bagus.”

“ pemandangan bagus?” Respon Laade.

“ iya, betul sekali,” jawab Farlin. “ salahsatunya beberapa adegan dalam video berjudul Perbaiki Listrik yang kita nonton barusan.”

“ ha ha”

“ pertanda apa itu, tawamu?”

“ tidak. Oke, kalau seperti itu, saya ikut bersama kalian. Tapi jangan terlalu lama di sana, saya tidak mau ketinggalan shalat terawih berjamaah.” Jawab tegas Laade sambil mengepakkan baju muslimnya yang berwarna putih lalu kemudian mengikuti Abang yang telah terlebih dahulu memijakkan kakinya ke tanah turun dari gode-gode.

Setelah itu, Farlin mengajak Andi dan yang lainnya untuk ikut bersama mereka dan dengan halusnya, Andi dan yang lainnya menolak ajakan Farlin itu. “ Salamku untuk Caesar kalau seandainya sempat kalian temukan dia di Jembatan.” Kata Andi sebelum melepas kepergian Farlin, Abang, dan Laade.


***

Puluhan jamaah remaja sidang shalat terawih tampak ramai terlihat di kaki jembatan. Kebanyakan dari mereka adalah para pelajar yang masih duduk di bangku tingkat menengah dan tingkat atas. Ramai seperti pasar. Mengabaikan tentramnya nasihat-nasihat dakwah islamiyah yang ada dalam masjid.

“ wah, bagaimana?” tanya Farlin pada Laade. “ suasananya sudah seperti kuburan saja.”

“ oh, saya kira hal itu jelas,” jawab Laade. “ ini ‘kan jembatan. Jadi wajar sajalah kalau terlihat angker.”

“ tidak, maksudku bukan seperti itu.”

“ terus, kuburan yang seperti apa yang kamu maksudkan?”

“banyak sekali pocong yang bergentanyangan.” Matanya mengamati remaja-remaja perempuan yang mengenakan Mukenah.

“ oh, itu. Saya kira itu bukan lagi menjadi hal yang patut di pertanyakan.” Sambung Laade. “ lagipula pemandangan seperti ini sudah bertahun-tahun lamanya. Dan juga, tak ada aturan mengenai ini, aturan tertulis maupun aturan tak tertulis.”

“ bebas seperti ini? Pemandangan yang sudah agak melenceng dari norma yang seharusnya?”

“ iya, semuanya bebas.” Kata Laade sambil memperhatikan seorang remaja laki-laki dan seorang remaja perempuan yang menuju ke ujung jembatan dengan bergandeng tangan. “ sudahlah! Ini bukan lagi tempo doeloe, ini zaman edan.”

“ sudah sejauh ini kebebasannya?”

“ iya, betul sekali. Bagi saya pribadi, kampung yang kita diami ini sekarang bukanlah seperti kampung yang didiami oleh orang-orang tua kita dahulu. Dulu, kampung kita adalah satu kampung yang beradab dimana pergaulannya masih dibatasi oleh batasan-batasan moral yang dipegang teguh oleh para penghuninya. Seperti Aceh Serambi Mekkah sekarang, begitulah kampung kita dahulu.”

“ apa bedanya dulu dengan sekarang?”

“ ha ha…” sedikit tawa dari Laade. “Biarpun saya tidak kuliah, saya bisa tahu kalau remaja-remaja di kampung kita sekarang hidup menganut paham kebebasan. Hingar-bingar remaja yang sudah banyak melenceng. Seperti Rusia dengan kebebasan kaulah mudanya, seperti itulah remaja di kampung kita sekarang.”

“ meskipun sama, tentunya ‘kan ada bedanya?”

“ iya, pasti ada, lah.”

“ bedanya?”

“ emm… bagaimana ya?” Laade sedikit berpikir. “ Intinya, Kalau di Rusia, kebebasannya itu diakui oleh masyarakat negaranya. Seks bebas tentunya, dan tak ada aturan yang melarangnya, kecuali kasus pemerkosaan baru ada UU yang mengaturnya. Namun sebenarnya sama saja dengan yang sering terjadi di kampung kita ini. Hanya saja, kita, melakukannya secara sembunyi-sembunyi atau dengan bahasa pedisnya ‘munafik’.”

Farlin agak sedikit merasa ironi dengan pernyataan dari Laade ini. “ tadi kamu katakan kalau perbedaannya itu terletak pada kerahasiannya.” Tangannya kemudian menunjuk sekelilingnya kepada remaja-remaja ababil. “ lihat, ini seperti tidak kontras dengan pernyataanmu barusan. Saya pikir, mungkin bedanya bukan di situ. Di sini juga bebas, tak ada yang melarang.”

Laade mengangguk beberapa saat. “ iya juga.” Kemudian sedikit lama berpikir. “ oh iya, kalau di Rusia sana, kebebasannya sudah total, sementara di kampung kita masih dalam proses memperjuangkan kepada kebebasan hidup kaula mudanya.”

“ ha ha…ada yah perjuangan seperti itu?”

“ sssttttt….” Laade menempelkan jari telunjuk kanannya pada bibirnya. “ jangan beritahu siapa-siapa! Ini adalah rahasia kaum muda di kampung kita yang misinya sudah berjalan secara berkala.

“ sssttttt….” Farlin ikut-ikutan mengikuti gerakan Laade. “ sudah sejauh mana pergerakannya?”

“ sudah sejauh yang ada di hadapanmu. Salahsatu misinya adalah dengan secara berkala melanggar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat kampung kita. Dan setiap kali pada norma yang di langgar tidak mendapat teguran bahkan larangan, kaum mudamenganggap tingkat keberhasilannya sudah seperti itu. Seperti yang kamu lihat ini, tak ada yang melarang. Tujuannya jelas. Menjadikan masyarakat secara berangsur-angsur menerima dari kebebasan yang akan dilakukan oleh kaum muda-mudinya hingga puncaknya akan seperti di negara Rusia. Itu yang saya maksudkan ‘dalam proses’.” Laade sambil menghembuskan nafas panjang. ‘ mungkin bukanlah satu yang mustahil, kalau nantinya di kampung kita, akan banyak video-video sejenis Perbaiki listrik.”

Laade dan Farlin sejenak terdiam memikirkan kenyataan yang telah ada di kampung mereka. Sementara Abang diam-diam sedari tadi juga mengamati apa yang di jelaskan oleh Laade. “ ehm… bagaimana, jadi atau tidak kita ke ujung jembatan?” suara tiba-tiba dari Abang phyton memcah kebingungan Farlin dan Laade.

Bahu Laade sedikit terkaget karena Abang. “ oh iya, tentu saja. Kita jadi ke sana.”
“ ayolah kalau begitu!”Langsung melangkahkan kakinya menuju ke ujung Jembatan.

Mereka berjalan bertiga menuju ujung jembatan melewati desak-desakkan ramainya kaulah muda yang memenuhi jembatan. Sesampainya di tujuan pun, di ujung jembatan, mereka lalu menarik napas, merasakan ramainya manusia-manusia masa depan menghambat perjalanan merekaa. Tak terlihat oleh mereka bertiga sosok Caesar yang mereka kenal sebagaimana sosok seorang pria yang suka berpergian dengan pakaian besar. Untuk mendeteksi keberadaan Caesar, hanya dua opsi tempat saja yang bisa dibuat untuk berspekulasi: Jembatan atau di rumah kediamannya. Namun dalam perjalanan yang mereka lewatkan barusan, harus di akui sempat terlihat satu dari puluhan lelaki yang memadati jembatan itu memiliki style pakaian seperti Caesar; pakaian besar. Hanya saja, mereka bertiga yakin kalau yang mereka temui itu bukan Caesar. Mereka meyakininya setelah melihat celana lelaki itu menutup panjang kakinya sampai menyentuh sandal miliknya, sementara Caesar, tidak pernah terlihat sebelumnya memakai celana yang seperti itu. Ukuran besar pakaian boleh sama, tapi cara memakai celananya, Caesar selalu mengenakannya dalam keadaan tergantung. Kata teman-temannya di MABES, cara memakai celananya lebih lucu dari Jojon si Pelawak nasional. Pun setibanya di ujung Jembatan, yang mereka bisa lihat di sana hanyalah rumput-rumput hijau yang menghitam  karena termakan kegelapan malam.

“ apa kamu pikir orang yang kita lihat barusan adalah Caesar?” tanya Farlin.

“ kurasa tidak.” Jawab Laade.

“ iya, kata Abang Phyton juga begitu. Iya ‘kan Bang?” tanya Farlin pada Abang Phyton.

“ sepertinya begitu.” Jawab abang.

“ mungkin benar kata Andi!” seru Farlin.

“ benar dalam hal apa?” tanya Laade.

“ Caesar tidak ada di jembatan sekarang, berarti dia sedang di rumah sendiri nonton KCB ( Ketika Cinta Bertasbih)[12].”

“ itu sudah pasti.”Jawab Laade.

“ Mari kita balik ke Markas sekarang!” seru Abang yang lalu memutar badannya tanpa menunggu konfirmasi terlebih dulu dari Laade dan Farlin.

Suara si Penceramah kini berlalu dengan begitu cepatnya. Tak terdengar lagi suara itu. Marilah kita bersama-sama melaksanakan sholat terawih secara berjamaah, Wabillahi taufik wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatu, terdengar oleh mereka bertiga, suara Protokoler yang menggantikan suara Penceramah menutup rangkaian acara malam itu. Olehnya, mereka tidak sempat untuk balik ke Markas dan mau tidak mau harus langsung mengubah haluan: ke Masjid.

Tak ada yang tahu persis perihal keberadaan Caesar di malam itu. Namun sejauh spekulasi yang berkembang di markas MABES bahwa Caesar sedang berada di rumah menonton salahsatu sinetron kegemarannya di Trans TV: KCB.


***
Bersambung...


[1]Judul ini direkomendasikan oleh La Otde dengan maksud agar kisah La Olona yang sering dipanggil Caesar dimalam-malam sewaktu di MABES bisa diabadikan lewat tulisan.
[2]Bendahara Umum Ormas MABES.
[3] Salah satu nama Organisasi Masyarakat yang bermarkas di sekitar Masjid Agung Nurul Huda GU KH Abdul Syukur yang di ketuai oleh Caesar dan beranggotakan dari seluruh jumlah elemen masyarakat dan seluruh lapisan strata pendidikan.
[4] Semacam tempat peristirahatan yang terbuat dari bambu dan memiliki empat kaki, sering digunakan untuk berkumpul dan bersantai.
[5] Sebuah kampung yang terletak di Kecamatan Lakudo Kab. Buton.
[6]Aggota-anggota resmi MABES yang telah di akui keberadannya oleh Caesar.
[7] Sekretaris Umum Ormas MABES.
[8] Sebuah gelar kehormatan yang disematkan oleh seluruh anggota-anggota MABES kepada Azhar berkat dedikasinya dan track recordnya yang gemilang dalam dunia ORMAS.
[9] Anggota biasa.
[10] Masjid Agung Nurul Huda Gu K.H. Abdul Syukur
[11] Nama salahsatu perkampungan di Gu Lakudo.
[12] Salahsatu sinetron di Trans Tv yang tayang di sabtu malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar