Cap
jomblo sejati yang disematkan oleh La Otde[2]
dan kawan-kawan pada Caesar, menjadikan Caesar begitu gusar dan galau kala
harus berkumpul atau berbagi kisah kepada La Otde CS perihal dunia romantisme.
Karena cap yang disematkan ini pulalah, dalam keseharian pergaulannya di MABES[3],
Caesar selalu merasa terdesak dan minder bahkan ia selalu menjadi objek ejekan
ketika topik sudah mengarah kebahasan romantisme.
Sudah
lima tahun lamanya sejak Caesar terpilih menjadi pucuk tertinggi dalam
kepengurusan MABES. Yang justru menjadi ironi kemudian adalah belum adanya satu
pencinta pun yang mengadu asmara dengan Caesar. Bahkan hingga mendekati
keramaian Idul Fitri pun, di bulan Ramadhan, Caesar masih saja tetap sendiri.
***
Malam
itu begitu berbeda. Bulan tidak terlalu terang menerangi gode-gode yang masih
kosong. Kosong bukan karena tidak berpenghuni, melainkan belum saatnya gode-gode[4]
itu untuk diisi beberapa orang yang biasanya berdiam diri di tempat itu.
Sementara jalan aspal yang ada depan gode-gode itu juga tampak begitu sunyi.
Tidak ada kehidupan yang berasa untuk saat itu. Assalamualaikum
warahmatullah...suara Imam di Masjid Agung Nuru Huda Gu menandai berakhirnya
pelaksanaan shalat Isya. Anak-anak meluber keluar hanya beberapa detik setelah
ucapan dari sang Imam itu. Seketika semua menjadi ramai. Mereka berlari
mengitari seputaran bangunan agung masjid itu dengan tawa dan
teriakkan-teriakkan yang meramaikan suasana bulan penuh berkah, Bulan Ramadhan.
Baru, beberapa menit kemudian, setelah Imam menyalami para jamaah, dari depan
gerbang tampak beberapa remaja keluar dari masjid secara berbondong-bondong.
Mereka itulah, sebagian anggota-anggota MABES yang baru saja meluruskan niatnya
menuju gode-gode yang menjadi Markas mereka. Gode-gode yang sebelumnya kosong
di tinggal pergi sholat Isya, itulah tujuan mereka.
Bak sebuah ritual sakral
yang harus dijalani, hadir seusai shalat Isya di Markas MABES telah menjadi
sebuah keharusan yang sangat jarang diabaikan oleh anggota-anggota MABES
terutama sang pemegang pucuk tertinggi,Caesar. Sosok Caesar menjadi magnet
pengikat sekaligus penarik yang seolah memaksa setiap anggota-anggota lainnya
untuk turut hadir meramaikan gode-gode guna berlangsungnya setiap interaksi
dalam perkumpulan tersebut hingga eksistensi MABES terus terjaga, tetap utuh
dan hidup selama mungkin. Apalagi dalam suasana bulan ramadhan seperti itu,
ketika hampir seluruh anggota MABES telah berada di kampung Gu Lakudo[5].
Tidak
seperti biasanya, malam itu di Markas MABES begitu hening dan sunyi. Padahal di
dalamnya telah duduk sekitar tujuh orang anggota-anggota patten[6]
yang selalu memeriahkan markas tersebut setiap malamnya. Dari bagian depan,
tampak sosok beberapa pemuda yang termenung tanpa sepatah kata pun: Andi[7],
Takin, Abang Phyton[8],
dan Laade[9].
Sementara di bagian belakang, dengan posisi bersandar pada salahasatu bagian
pinggir gode-gode,beberapa orang pemuda juga sedang melamun sekaligus
menghayati salahsatu lagu yang di putar oleh salah seorang dari mereka. Malam
itu rasanya begitu hening, padahal baru saja shalat Isya di bulan ramadhan usai
dilaksanakan. Juga, disaat itu begitu banyak anak-anak yang berlarian kesana
kemari sekedar meramaikan suasana bulan suci ramadhan di jalan-jalan besar
perkampungan sekitar masjid Besar[10]
sementara remaja-remajanya sibuk dengan upaya memenuhkan kebutuhan
romantismenya dengan cara bergandengan tangan dengan lawan jenis lalu bepergian
ketempat-tempat remang-remang yang hening dan sunyi.
“Tumben sekali yah malam
ini, sedari tadi kita duduk disini, belum juga tampak sosok Caesar di
tengah-tengah kita,”kata Andi kepada anggota-anggota MABES yang lain. “padahal
biasanya, tepat setelah shalat magrib usai dia selalu telah berada di gode-gode
ini sambil memegang sarungnya yang terlipat sampai atas perutnya. Bahkan
seringkali, Imam masjid belum sempat menutup shalat dengan Salam, Caesar sudah
duluan berada disini.”
“kalau tidak salah, hari
ini hari sabtu ‘kan?” Farlin sedikit memberi petunjuk sembari bangkit dari
persandarannya di sisi gode-gode.
“terus…”
“bukankah malam ini
sedang tayang salahsatu sinetron bernuansa islami di TV?”
“ apa ????” Andi bingung sesaat.
Dari samping kiri
Farlin, La Otde tersentak dari duduknya dan sejurus kemudian mendekatkan
wajahnya tepat beberapa cm dari pandangan Andi. “betul itu, belakangan Caesar
suka sekali nonton sinetron itu, dia belum satu episode pun alpa menyaksikan
sinetron itu, bahkan dia sangat hafal alur ceritanya, watak tokohnya, latar
tempatnya, dan lain-lain yang terkait dengan sinetron itu.”
“oh iya, saya baru
ingat. Karena sampai sekarang dia belum punya pacar, makanya dia meluapkan dan
melampiaskan emosi cintanya dengan banyak menonton sinetron remaja bertema
percintaan dan kadang kala selalu berkhayal menjadi salahsatu pemeran tokoh di
dalamnya.” Andi memperjelas maksud La Otde. “ bagaimana, seperti itu, ‘kan?”
“ha ha ha. Kurang
lebihnya seperti itu. Tapi, apa sampai seperti itukah traumanya kepada yang
namanya cinta?”
“ ya, kurang lebih
seperti itu, lagipula belakangan ini dia suka sekali bercerita kepada saya
tentang kisah cintanya yang heroik dengan banyak gadis-gadis abg cantik yang
jauh di bawah usianya sekarang.”
“jadi kamu percaya
begitu saja?”
“tidak. Mana mungkin
saya percaya begitu saja kepada ceritanya yang begitu heroik dan terlalu muluk
bahkan banyak di antara kisah pribadinya yang diceritakannya kepada saya
terlampau dramatis. Pun, bagi saya pribadi, ceritanya itu bisa saja disetarakan
dengan banyak kisah dalam film melow-drama yang ada di Prancis ataupun di
Korea.”
Andi lalu mengarahkan
pandangannya kepada seluruh anggota-anggota MABES yang hadir pada saat itu
dengan pandangan silih berganti seolah mengisyaratkan akan ada satu aib dari
Caesar yang akan dia beberkan di tempat itu. Rahasia Caesar yang tak banyak
anggota MABES mengetahuinya. Sejurus kemudian seluruh perhatian terfokus pada
Andi dan apa yang akan dia ucapkan. “ ada satu cerita Caesar yang kemudian
membuat saya tidak percaya lagi dengan seluruh ceritanya yang terlalu muluk.”
Sembari menyebarkan pandangannya ke setiap mata yang terfokus padanya. “ tapi
untuk ini, kalian jangan cerita sepatah dua patah kata pun kapada Caesar!
Jangan sampai dia trauma untuk meluapkan curhatannya kepada saya.”
“ayolah! Jangan terlalu
lama. Langsung saja ceritakan!” Desak Farlin.
Andi menarik nafas
dalam-dalam sebelum memulai kata pertama dalam pembeberan aib Caesar. “ jadi
begini... Coba kalian cek dulu HP milik Abang di situ! Baru setelah itu periksa
salahsatu video di dalamnya yang berjudulPERBAIKI
LISTRIK!”
kemudian menunjuk Farlin untuk mengambil HP Abang Phyton yang
terputar music nya.
“ Permisi! Coba sebantar
Hpnya kita Bang!” Farlin dengan sangat hati-hati meminta untuk meminjam
sebentar HP milik Abang Phyton.
Abang Phyton dengan
tangan kirinya memberikan HP itu kepada Farlin karena tangan kanannya sedang
dipakenya untuk menggaruk salahsatu anggota tubuhnya yang gatal.
HP itu tiba sudah berada di tangan Andi. Dan, tak berapa lama Andy langsung memutar Video yang dimaksudkan tersebut. Diarahkannya layar HP itu ke pusat dimana seluruh pandangan di tempat itu bisa terfokus. “ jadi, kemarin dulu malam itu, Saya, Abang Phyton, dan Caesar setelah shalat terawih kami bertiga menonton video ini secara berjamaah. Saya paham betul bagaiamana alur, latar, dan pemeran dari video ini.”
HP itu tiba sudah berada di tangan Andi. Dan, tak berapa lama Andy langsung memutar Video yang dimaksudkan tersebut. Diarahkannya layar HP itu ke pusat dimana seluruh pandangan di tempat itu bisa terfokus. “ jadi, kemarin dulu malam itu, Saya, Abang Phyton, dan Caesar setelah shalat terawih kami bertiga menonton video ini secara berjamaah. Saya paham betul bagaiamana alur, latar, dan pemeran dari video ini.”
“ kata siapa? Kamu
jangan bohong” kata Abang phyton. “ saya tadi malam hanya nonton paruhnya saja.
Tidak sampai tuntas.”
“oh, begitu kah, Abang?
Maaf kalau begitu. Saya ralat. Yang nonton itu hanya saya dan Caesar sementara
Abang phyton hanya menemani kami yang nonton untuk menghindarkan lecet pada
Hpnya.
Rasa penasaran akan
maksud Andy yang terlalu berbelit-belit di sampaikan membuat La Otde menjadi
gusar dan emosian. “ kalau boleh tahu Andi, sebenarnya apa yang menjadi
hubungan antara perbaiki listrik dan cerita-cerita Caesar yang terdengar begitu
heroik olehmu?”
Sambil menjalankan video
yang di maksud tanpa mematikannya atau mem-pause-nya,
Andi memenuhi permintaan dari anggota-anggota MABES itu. “ oke oke… jadi
seperti ini. Tadi malam, saya berbincang-bincang dengan Caesarempat mata…Pikiran Andi langsung menghunus tajam
kebelakang tepat sehari sebelum saat ini. Malam itu, setelah sehari sebelumnya
usai menyaksikan salahsatu video dalam HP milik Abang Phyton, Andi dan Caesar
terlibat percakapan empat mata. Isi percakapan mereka malam itu mengenai
beberapa gadis cantik yang menjadi incaran mereka untuk paling tidak bisa menjadi
pacar bagi mereka. Awalnya, Andi bercerita tentang seorang gadis kemayu berusia
16 tahun yang telah lama di kagumi oleh Caesar. Andi sengaja menceritakan sosok
gadis itu kepada Caesar dengan maksud mengompor-kompori emosi Caesar agar
meluap dan meledak bagai Anak Gunung Krakatau. Namun karena emosi cemburu
Caesar yang tak kunjung meledak seperti harapan Andi, Andi langsung
berinisiatif merubah arah percakapan. Percakapan yang tadinya berputar-putar
pada persoalan kekaguman Caesar kepada seorang gadis berusia 16 tahun berubah
topik menjadi kekaguman Caesar kepada gadis-gadis cantik asal Negeri Tirai
Bambu; China, kemudian terpesoananya Caesar kepada artis-artis Korea, hingga
kekagumannya pada gadis-gadis sakura di Jepang. Awalnya Andi berandai-andai,
seandainya saja ia bisa memperoleh pacar dari negeri Jepang, tentunya Ia akan
dengan senang hati memamerkan pacarnya itu kepada segenap anggota-anggota MABES
di seluruh pelosok daratan dan lautan. Kata Andy, ‘Pacar yang cantik adalah
salahsatu alasan kenapa seorang laki-laki harus setia’. Sejalan dengan Andi,
Caesar juga berandai-andai pada hal yang sama. Hanya saja, dia lebih condong ke
arah yang lebih mengikat lagi. ‘Barangkali, kalau saya dapat pacar yang cantik
dari Negeri Tirai Bambu, saya akan langsung menikah dengannya apapun
rintangannya.’ Ketika Andi bertanya, ‘apa yang menjadi tujuanmu hingga harus
cepat-cepat menikah seperti itu?’ Maka spontan Caesar menjawab, ‘sudah jelaslah
bahwa malam pertama adalah harga mati jika tidak ingin melewatkan surga dunia
level satu.’Setelah jawaban dari Caesar itu, Andi terdiam sesaat. Mereka berdua
langsung agak lama terdiam. Seperti ada pola pikir yang salah dari Caesar. Andi
sangat menyadari itu. Bahwa ketika Caesar menjadikan malam pertama sebagai
tujuan akhir dari romantisme, maka berarti Caesar telah berbicara dalam rana
‘Nafsu’. Menyadari itu, Andi pun berusaha menasihati Caesar supaya –jika
seandainya dia masih menurutkan nafsunya sebagai tujuan akhir– mencari saja
yang dapat digapai lalu dinikahi secepatnya. Andi bergurau dengan berkata,
‘Caesar, kalau untuk masalah merasakan malam pertama. tidak perlu lah menanti
ijab kabul di ucapkan. Di sekitar kita, dalam dunia yang sudah modern seperti
itu, hal seperti itu bukan lagi menjadi sesuatu yang susah untuk di dapatkan,
bahkan kalau kamu bisa meloby secara optimal, kamu tidak harus sampai
mengelurkan sepersen uang pun untuk mendapatkan itu. Di luaran sana, banyak
sekali yang mendapatkan sensasi itu dengan motif suka sama suka sangat gampang
mendapatkannya,’ gurauan Andi kepada Caesar. Nampak pada waktu itu, Andi
menyadari betul kalau komentarnya yang barusan akan mendapatkan tangkisan
argumen yang lebih dahsyat dari Caesar. Benar saja, hanya berselang kurang dari
5 detik, sebuah komentar balasan langsung menguhunus pedis di telinga Andi.
Kalau hanya yang seperti itu, saya juga bisa. Dengan gampang malah, bahkan saya
tidak sama sekali pernah meminta lebih dulu. Mereka lah yang lebih dahulu!’
kata Caesar. Mendengar itu, Andi tidak langsung percaya begitu saja dengan ucapan
dari Caesar yang barusan itu. ‘Kamu bisa buktikan tidak apa yang baru saja kamu
utarakan barusan?’Desak Andi. ‘Bolehlah’, kata Caesar. ‘kemarin sore, sewaktu
saya sedang duduk termenung di gode-gode ini, saya mendengar ada satu panggilan
yang merdu yang memanggil-manggil namaku. Karena merdunya itu, saya langsung
bisa tahu persis kalau itu adalah suara seorang gadis cantik anggun nan kemayu.
Orang dari Mataoleo[11]
sepertinya. Kamu tahu ada angin apa kenapa dia sampai memanggil saya seperti
itu?’ tanya Caesar kepada Andi. ‘Tidak… tidak sama sekali…’ jawab Andi. ‘ha ha
ha… gadis yang cantik itu minta tolong kepada saya untuk memperbaiki
listrik di rumahnya.’ Jawab Caesar. Andy
hanya bingung sesaat, karena di ketahuinya Caesar tidak sama sekali tahu menahu
tentang persoalan listrik. ‘terus, kelanjutannya bagaiamana?’ tanya Andi.
Caesar melanjutkan ceritanya kepada Andi. ‘ setelah gadis itu minta tolong
untuk diperbaikikan lampu dan listrik di rumahnya, saya langsung mengiyakan dan
sejurus kemudian gadis itu langsung mengajak saya menuju rumahnya tempat dimana
lampu listriknya mengalami masalah
(TKP.)’ Andi mulai tertarik dengan kisah yang di ceritakan oleh Caesar barusan.
Sejenak dia melupakan keraguannya pada keahlian Caesar dalam menangani masalah
ke-listrik-an. Caesar lalu melanjutkan cerita yang katanya adalah kisah
pribadinya, ‘ sesampainya di rumah, untuk sesaat gadis itu memberikan saya
seperangkat alat listrik untuk mengutak-atik beberapa helai kabel listrik yang
bermasalah dan menemani saya di situ untuk beberapa lama waktunya. Dia menemani
saya sambil sesekali menatap mata saya dengan mata yang berbinar-binar, begitu
lembut dia menatap saya namun saya tidak menyadari akan hal itu. Dan, ketika
saya menyadari akan hal itu, saya langsung mengarahkan pandangan saya kepada
mata yang saya curigai dari tadi juga menatap saya. Gadis itu langsung salah
tingkah dan membalikkan badannya ketika saya memergoki dia sedang manatap saya
yang sedang memperbaiki kabel-kabel listrik.’ Sambung Caesar. Andi terperangah
untuk sesaat setelah mendengar secuil kisah yang belum tuntas yang di ceritakan
oleh Caesar tersebut. ‘ luar biasa kisahmu itu, lantas setelah itu?’ Andi
menantikan kelanjutan kisahnya. ‘ jadi, setelah gadis itu kepergok oleh saya
dan membalikkan badannya membelakangi saya, dia langsung mencari alasan untuk
menutupi keterpesonaannya itu. Dia ingin pergi mandi, katanya kepada saya
sebagai alasannya. Dan seketika itu pula dia langsung bergegas menjauhi saya
menuju kamarnya mengambil beberapa peralatan untuk dipakainya mandi.’ Sambung
Caesar kepada Andi. ‘saya curiga, itu gadis jangan-jangan memang suka sama
kamu, makanya dia sengaja memanggil kamu untuk sepuas-puasnya bisa memandang
wajahmu.’ Puji Andi kepadaCaesar. Sementara Caesar tersenyum sesaat sebelum
melanjutkan lagi kisahnya. ‘oh, kalau itu sudah jelas lah, pastilah gadis itu
suka sama saya,gadis-gadis yang lain mungkin akan melakukan hal yang sama!’
sambung Caesar untuk sesaat. ‘ ketika saya tengah sibuk mengutak-atik helaian
kabel listrik yang bermasalah, tiba-tiba gadis itu melintas menuju kamar mandi
dengan hanya mengenakan handuk putih sembari menuruni anak-anak tangga satu per
satu sambil sesekali melemparkan pandangannya kepada saya. Sempat memang
beberapa kali saya pergoki dia melemparkan pandangannya kepada saya
sampai-sampai –karena terlalu terpesona dia kepada saya– dia sampai lupa
kalau-kalau handuk yang dikenakannya itu, padasalasatu bagiannya terkait pada
pegangan tangga yang dia turuni, sehingga karena itu (karena terkait) handuknya
mulai melepas sedikit demi sedikit sampai membuat kesemua bagian yang tak
pantas di pandang oleh yang berwenang terlihat begitu jelas.’ Sambung Caesar.
Andi terkaget sejenak mendengar jawaban penjelasan itu. ‘ jadi, kalau seperti
itu apa yang kamu lakukan?’ tanya Andi sangat penasaran. ‘ saya hanya melihat
sesaat dan setelah itu menurunkan pandangan saya kembali pada kabel-kabel yang
saya utak-atik itu.’ Jawab santai Caesar. ‘ dan gadis itu?’ semakin penasaran
Andi. ‘ oh, dia tidak lagi mengambil handuk yang dipakainya. Dia langsung
menuju kepada saya yang tengah sibuk memperbaiki kabel-kabel tua tanpa rasa
ragu-ragu sedikit pun.’ Caesar menjelaskan dengan menggebu. ‘ tanpa busana?’
tanya Andi. ‘ tanpa busana!’ tegas Caesar. ‘ Dia mendekat secara
perlahan,mendekat secara sensualpada saya, dan semakin saya menundukkan
pandangan, semakin mendekatlah gadis itu kepadaku. Sampai-sampai, karena
kondisi sudah tidak memungkinkan untuk saya bertahan dalam idealis saya, saya
kemudian hanya bisa pasrah menerima kondisi yang memojokkan saya itu…
kurang lebih seperti itu.” Kata Andi masih dalam keadaan memperlihatkan layar
HP Abang Phyton kepada anggota-anggota MABES yang masih sangat terfokus.
Tawa dari gode-gode itu
pun akhirnya meledak juga seperti ledakan Gunung Anak Krakatau yang pernah
menghebohkan media senusantara. Hanya beberapa orang sajalah yang tidak sampai
pecah tawanya. Barangkali karena tidak menahu sama sekali dengan jalan pikir
dari Andi, Laade salahsatu dari mereka yang tidak pecah sama sekali tawanya
itu.
“ saya tidak tahu apa
yang akan saya katakan mendengar hal itu. Tapi satu yang saya bisa tangkap dari
sifat Caesar yang satu ini adalah satu kelebihan seorang manusia yang sangat
pandai mengarang bahkan dengan begitu refleksnya dan dengan Improvisasi-nya yang menawan dan briliantsaya hampir terkecoh dengan apa
yang dia ceritakan.” Kata Farlin kepada Andi.
“ iya, kurang lebih
seperti itu. Sebenarnya saya juga hampir terkecoh ketika pertama kali mendengar
bagaimana dia bercerita tentang kisahnya itu kepada saya,” Andi mencoba
meyakinkan rekan-rekannya. “ awalnya saya mengira itu adalah sebuah kisah yang
nonfiksi, sebuah kisah yang benar nyata adanya. Tapi saya mulai ragu ketika dia
mengatakan ‘handuk yang jatuh’.”
Abang Phyton mengambil
HP yang masih dalam keadaan play videonya.
Kini adegan dalam video itu, terlihat seorang laki-laki tengah mengenakan
seragam dari sebuah perusahaan di bidang jasa service kelistrikan yang bergegas keluar dari rumah seorang klien
perempuannya dan sebelum jauh dari klien itu dia terlebih dahulu melambaikan
tangannya serta menebar sebuah senyum kepadanya.Arigato, kata laki-laki tersebut. “ Ending dari video ini, laki-lakinya melambai kepada perempuan dan
mengatakan ‘Arigato’.” Selidik Abang
sejenak“ jadi, Caesar, bagaimana dengan dia?” tanyanya kepada Andi.
“
ha ha ha,” tawa Andi sedikit keluar. “Sudah di situlah kesalahan besar Caesar
dalam penceritaaannya.”
“
kenapa sampai seperti itu?”
“
dia ceritakan pada saya, waktu dia akan pamit pulang ke gode-gode, dia
berpamitan pada gadis Mataoleo itu. Arigato,
katanya... Ha ha ha,” tawa Andi pecah lagi. “kalau sudah begitu, biar orang
bodoh manapun tentunya akan tahu, apalagi yang sudah pernah menonton video Perbaiki Listrik tersebut bahwa ternyata
kisah dari Caesar ini adalah hasil Copy
Paste + Edit dari adegan video yang ditontonnya malam itu bersama saya dan
juga Abang Phyton.”
“
ha ha ha ha,” sebuah tawa sangat bergemuruh dari samping Gode-gode. “ternyata
begitu, ya?” Kata Laade yang baru tersadar. “ memang itu orang, pandai sekali
dia merangkai sebuah karangan.” Setelah itu dia langsung terdiam.
Suasana
menjadi hening sesaat. Tak ada yang menemani tawa Laade yang terlambat pecah.
Semuanya sudah terlambat untuk tertawa.
“
ha ha hae…” Laade kembali memaksakan tawanya dengan harapan ada yang terpancing
karenanya.
Suasana
tidak ada yang berubah sama sekali. Hening untuk beberapa saat. Sementara mata
Andi menatap mata La Otde dan Farlin, bingung dengan tingkah Laade. Kenapa ini orang?
“ memang pandai,” Abang
Phyton melanjutkan kalimat dari Laade. “ akan sangat pandai ketika dia
mengarang sebuah kisah yang bertemakan Cinta, daun muda, dan Film Panas nan
dewasa. Saya yakin, dia akan menceritakannya nyaris tanpa celah.”
Ha ha ha ha… keseluruhan
tawa manusia-manusia yang ada di Gode-gode itu akhirnya pecah juga. Laade pun
yang tadinya hanya bisa tertawa sendiri dan kurang PD dengan tawanya kini bisa
sepuas-sepuas hatinya untuk melanjutkan tawanya. “ ha ha ha…. ha ha ha…oho oho
oho…” terdengar suara tawa yang berujung suara tenggorokan yang tergaet lendir.
“ kamu kenapa, Laade?”
tanya La Otde.
“ tidak, saya hanya
salah style tawa saja barusan.”
“ bilang saja! Kamu
barusan batuk berdahak, ‘kan?”
“ tulang ikan terkait
dalam tenggorokanku.”
Ha ha … ledakan tawa
kedua pecah kembali karena tenggorokan Laade yang keseleo. Semuanya menjadi
ramai pada saat itu meskipun tanpa kehadiran sosok Caesar yang kharismatik
seperti kata Caesar bercerita sendiri.
***
Seperti biasanya, di bulan suci
ramadhan, setelah shalat isya selesaikan dilaksanakan, biasanya dilanjutkan
dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-quran oleh seorang Qori atau Qoriah. Baru
setelah itu menyusul dakwah islamiyah yang biasanya dibawakan oleh pendakwanya
menunggu panggilan dari seorang Protokoler yang mempersilakan. Dari jarak yang
tidak terlalu jauh sekitar 15 meter, dari sebuah Toa terdengar oleh anggota-anggota MABES tengah berkumpul, seorang
protokoler melanjutkan rangkaian shalat sunnah terawih dengan memanggil seorang
Penceramah untuk mengisi dakwah di malam itu. Kepada … kami persilahkan dengan
hormat, kata Protokoler itu.
“ ayolah semua! Apalagi
yang kita tunggu? Masih ada waktu untuk berputar-putar mengelilingi dan
mengitari kampung kita ini,” ajakan Farlin kepada anggota-anggota MABES yang
lainnya. “ penceramah baru saja memulai ‘kan?”
Abang Phyton mengulurkan
kakinya sebelah menggapai tanah.
“ kamu ikut ‘kan,
Abang?” tanya Farlin setelah mengartikan isyarat kaki Abang.
“ Tergantung.”
“ apa?”
“ tergantung dimana
tempatnya.”
Farlin membalikkan
badannya mengangkat tangan kanannya menunjuk tepat kearah depan. Tepat di balik
masjid yang mereka pandangi. “tidak jauh, hanya di jembatan situ saja.”
Abang mengangguk
pertanda setuju dengan saran Farlin. “ kamu, Laade, tidak ikut bersama kami?”
Abang mengajak lagi yang lainnya.
“ iya, Laade. Kamu ikut
saja,” tambah Farlin. “siapa tahu saja di sana kita bisa dapat pemandangan yang
bagus.”
“ pemandangan bagus?”
Respon Laade.
“ iya, betul sekali,”
jawab Farlin. “ salahsatunya beberapa adegan dalam video berjudul Perbaiki Listrik yang kita nonton
barusan.”
“ ha ha”
“ pertanda apa itu,
tawamu?”
“ tidak. Oke, kalau
seperti itu, saya ikut bersama kalian. Tapi jangan terlalu lama di sana, saya
tidak mau ketinggalan shalat terawih berjamaah.” Jawab tegas Laade sambil
mengepakkan baju muslimnya yang berwarna putih lalu kemudian mengikuti Abang
yang telah terlebih dahulu memijakkan kakinya ke tanah turun dari gode-gode.
Setelah itu, Farlin
mengajak Andi dan yang lainnya untuk ikut bersama mereka dan dengan halusnya,
Andi dan yang lainnya menolak ajakan Farlin itu. “ Salamku untuk Caesar kalau
seandainya sempat kalian temukan dia di Jembatan.” Kata Andi sebelum melepas
kepergian Farlin, Abang, dan Laade.
***
Puluhan jamaah remaja
sidang shalat terawih tampak ramai terlihat di kaki jembatan. Kebanyakan dari
mereka adalah para pelajar yang masih duduk di bangku tingkat menengah dan
tingkat atas. Ramai seperti pasar. Mengabaikan tentramnya nasihat-nasihat
dakwah islamiyah yang ada dalam masjid.
“ wah, bagaimana?” tanya
Farlin pada Laade. “ suasananya sudah seperti kuburan saja.”
“ oh, saya kira hal itu
jelas,” jawab Laade. “ ini ‘kan jembatan. Jadi wajar sajalah kalau terlihat
angker.”
“ tidak, maksudku bukan
seperti itu.”
“ terus, kuburan yang
seperti apa yang kamu maksudkan?”
“banyak sekali pocong
yang bergentanyangan.” Matanya mengamati remaja-remaja perempuan yang
mengenakan Mukenah.
“ oh, itu. Saya kira itu
bukan lagi menjadi hal yang patut di pertanyakan.” Sambung Laade. “ lagipula
pemandangan seperti ini sudah bertahun-tahun lamanya. Dan juga, tak ada aturan
mengenai ini, aturan tertulis maupun aturan tak tertulis.”
“ bebas seperti ini?
Pemandangan yang sudah agak melenceng dari norma yang seharusnya?”
“ iya, semuanya bebas.”
Kata Laade sambil memperhatikan seorang remaja laki-laki dan seorang remaja
perempuan yang menuju ke ujung jembatan dengan bergandeng tangan. “ sudahlah!
Ini bukan lagi tempo doeloe, ini zaman edan.”
“ sudah sejauh ini
kebebasannya?”
“ iya, betul sekali.
Bagi saya pribadi, kampung yang kita diami ini sekarang bukanlah seperti
kampung yang didiami oleh orang-orang tua kita dahulu. Dulu, kampung kita
adalah satu kampung yang beradab dimana pergaulannya masih dibatasi oleh
batasan-batasan moral yang dipegang teguh oleh para penghuninya. Seperti Aceh Serambi Mekkah sekarang, begitulah
kampung kita dahulu.”
“ apa bedanya dulu
dengan sekarang?”
“ ha ha…” sedikit tawa
dari Laade. “Biarpun saya tidak kuliah, saya bisa tahu kalau remaja-remaja di
kampung kita sekarang hidup menganut paham kebebasan. Hingar-bingar remaja yang
sudah banyak melenceng. Seperti Rusia dengan kebebasan kaulah mudanya, seperti
itulah remaja di kampung kita sekarang.”
“ meskipun sama,
tentunya ‘kan ada bedanya?”
“ iya, pasti ada, lah.”
“ bedanya?”
“ emm… bagaimana ya?”
Laade sedikit berpikir. “ Intinya, Kalau di Rusia, kebebasannya itu diakui oleh
masyarakat negaranya. Seks bebas tentunya, dan tak ada aturan yang melarangnya,
kecuali kasus pemerkosaan baru ada UU yang mengaturnya. Namun sebenarnya sama
saja dengan yang sering terjadi di kampung kita ini. Hanya saja, kita,
melakukannya secara sembunyi-sembunyi atau dengan bahasa pedisnya ‘munafik’.”
Farlin agak sedikit
merasa ironi dengan pernyataan dari Laade ini. “ tadi kamu katakan kalau
perbedaannya itu terletak pada kerahasiannya.” Tangannya kemudian menunjuk
sekelilingnya kepada remaja-remaja ababil. “ lihat, ini seperti tidak kontras
dengan pernyataanmu barusan. Saya pikir, mungkin bedanya bukan di situ. Di sini
juga bebas, tak ada yang melarang.”
Laade mengangguk
beberapa saat. “ iya juga.” Kemudian sedikit lama berpikir. “ oh iya, kalau di
Rusia sana, kebebasannya sudah total, sementara di kampung kita masih dalam
proses memperjuangkan kepada kebebasan hidup kaula mudanya.”
“ ha ha…ada yah
perjuangan seperti itu?”
“ sssttttt….” Laade
menempelkan jari telunjuk kanannya pada bibirnya. “ jangan beritahu
siapa-siapa! Ini adalah rahasia kaum muda di kampung kita yang misinya sudah
berjalan secara berkala.
“ sssttttt….” Farlin
ikut-ikutan mengikuti gerakan Laade. “ sudah sejauh mana pergerakannya?”
“ sudah sejauh yang ada
di hadapanmu. Salahsatu misinya adalah dengan secara berkala melanggar
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat kampung kita. Dan setiap kali pada
norma yang di langgar tidak mendapat teguran bahkan larangan, kaum
mudamenganggap tingkat keberhasilannya sudah seperti itu. Seperti yang kamu
lihat ini, tak ada yang melarang. Tujuannya jelas. Menjadikan masyarakat secara
berangsur-angsur menerima dari kebebasan yang akan dilakukan oleh kaum
muda-mudinya hingga puncaknya akan seperti di negara Rusia. Itu yang saya
maksudkan ‘dalam proses’.” Laade sambil menghembuskan nafas panjang. ‘ mungkin
bukanlah satu yang mustahil, kalau nantinya di kampung kita, akan banyak video-video
sejenis Perbaiki listrik.”
Laade dan Farlin sejenak
terdiam memikirkan kenyataan yang telah ada di kampung mereka. Sementara Abang
diam-diam sedari tadi juga mengamati apa yang di jelaskan oleh Laade. “ ehm…
bagaimana, jadi atau tidak kita ke ujung jembatan?” suara tiba-tiba dari Abang
phyton memcah kebingungan Farlin dan Laade.
Bahu Laade sedikit
terkaget karena Abang. “ oh iya, tentu saja. Kita jadi ke sana.”
“ ayolah kalau
begitu!”Langsung melangkahkan kakinya menuju ke ujung Jembatan.
Mereka berjalan bertiga
menuju ujung jembatan melewati desak-desakkan ramainya kaulah muda yang
memenuhi jembatan. Sesampainya di tujuan pun, di ujung jembatan, mereka lalu
menarik napas, merasakan ramainya manusia-manusia masa depan menghambat
perjalanan merekaa. Tak terlihat oleh mereka bertiga sosok Caesar yang mereka
kenal sebagaimana sosok seorang pria yang suka berpergian dengan pakaian besar.
Untuk mendeteksi keberadaan Caesar, hanya dua opsi tempat saja yang bisa dibuat
untuk berspekulasi: Jembatan atau di rumah kediamannya. Namun dalam perjalanan
yang mereka lewatkan barusan, harus di akui sempat terlihat satu dari puluhan
lelaki yang memadati jembatan itu memiliki style pakaian seperti Caesar;
pakaian besar. Hanya saja, mereka bertiga yakin kalau yang mereka temui itu
bukan Caesar. Mereka meyakininya setelah melihat celana lelaki itu menutup
panjang kakinya sampai menyentuh sandal miliknya, sementara Caesar, tidak
pernah terlihat sebelumnya memakai celana yang seperti itu. Ukuran besar
pakaian boleh sama, tapi cara memakai celananya, Caesar selalu mengenakannya
dalam keadaan tergantung. Kata teman-temannya di MABES, cara memakai celananya
lebih lucu dari Jojon si Pelawak nasional. Pun setibanya di ujung Jembatan,
yang mereka bisa lihat di sana hanyalah rumput-rumput hijau yang menghitam karena termakan kegelapan malam.
“ apa kamu pikir orang
yang kita lihat barusan adalah Caesar?” tanya Farlin.
“ kurasa tidak.” Jawab
Laade.
“ iya, kata Abang Phyton
juga begitu. Iya ‘kan Bang?” tanya Farlin pada Abang Phyton.
“ sepertinya begitu.”
Jawab abang.
“ mungkin benar kata
Andi!” seru Farlin.
“ benar dalam hal apa?”
tanya Laade.
“ Caesar tidak ada di
jembatan sekarang, berarti dia sedang di rumah sendiri nonton KCB ( Ketika
Cinta Bertasbih)[12].”
“ itu sudah pasti.”Jawab
Laade.
“ Mari kita balik ke
Markas sekarang!” seru Abang yang lalu memutar badannya tanpa menunggu
konfirmasi terlebih dulu dari Laade dan Farlin.
Suara si Penceramah kini
berlalu dengan begitu cepatnya. Tak terdengar lagi suara itu. Marilah kita
bersama-sama melaksanakan sholat terawih secara berjamaah, Wabillahi taufik wal
hidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatu, terdengar oleh mereka
bertiga, suara Protokoler yang menggantikan suara Penceramah menutup rangkaian
acara malam itu. Olehnya, mereka tidak sempat untuk balik ke Markas dan mau
tidak mau harus langsung mengubah haluan: ke Masjid.
Tak ada yang tahu persis
perihal keberadaan Caesar di malam itu. Namun sejauh spekulasi yang berkembang
di markas MABES bahwa Caesar sedang berada di rumah menonton salahsatu sinetron
kegemarannya di Trans TV: KCB.
***
Bersambung...
[1]Judul ini direkomendasikan
oleh La Otde dengan maksud agar kisah La Olona yang sering dipanggil Caesar dimalam-malam
sewaktu di MABES bisa diabadikan lewat tulisan.
[2]Bendahara Umum Ormas MABES.
[3] Salah satu nama Organisasi
Masyarakat yang bermarkas di sekitar Masjid Agung Nurul Huda GU KH Abdul Syukur
yang di ketuai oleh Caesar dan beranggotakan dari seluruh jumlah elemen
masyarakat dan seluruh lapisan strata pendidikan.
[4] Semacam tempat
peristirahatan yang terbuat dari bambu dan memiliki empat kaki, sering
digunakan untuk berkumpul dan bersantai.
[5] Sebuah kampung yang
terletak di Kecamatan Lakudo Kab. Buton.
[6]Aggota-anggota resmi MABES
yang telah di akui keberadannya oleh Caesar.
[7] Sekretaris Umum Ormas
MABES.
[8] Sebuah gelar kehormatan
yang disematkan oleh seluruh anggota-anggota MABES kepada Azhar berkat
dedikasinya dan track recordnya yang gemilang dalam dunia ORMAS.
[9] Anggota biasa.
[10] Masjid Agung Nurul Huda
Gu K.H. Abdul Syukur
[11] Nama salahsatu
perkampungan di Gu Lakudo.
[12] Salahsatu sinetron di
Trans Tv yang tayang di sabtu malam.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar