GU LAKUDO

GU LAKUDO
Masjid Agung Nurul Huda Gu-Lakudo

Selasa, 22 Januari 2013

CINTA CAESAR #2



 GADIS MATAOLEO



Assalamu alaikum warahmatullah… terdengar jelas suara dari Imam masjid besar: Lamaenda, baru saja menuntaskan rakaat terakhir dari shalat witir. Sejurus kemudian ratusan jamaah masjid sidang terawih berhambur hingga meluber  keluar masjid menuju tempat peraduannya masing-masing. Bagi anggota-anggota MABES, kembali ke Markas usai shalat terawih sudah menjadi ritual yang mereka anggap telah menjadi kewajiban. Markas MABES pun akhirnya kembali ramai, tiga kali lebih ramai dari sebelumnya. Ini karena, ketika ba’da isya, sebagian anggota-anggota MABES lainnya juga sedang sibuk dengan banyak aktifitas rahasia mereka. Saya dari lending, pengakuan salah seorang dari mereka yang baru tiba. Atau, saya baru saja shotting. Paling parah, saya dari belakang Masjing,beragam jawaban dari mereka yang baru saja tiba tepat usai sholat terawih.

Sudah satu jam berlalu, aktifitas di tempat itu masih monoton. Main domino, dengar musik, curhat, menggosip dan banyak aktifitas monoton lainnya untuk menghilangkan rasa jenuh di malam itu. Caesar masih belum juga datang meramaikan Markas itu. Ah, barangkali malam ini Caesar tidak akan datang. Pikir beberapa orang dari mereka.

Sambil mengharap kedatangan dari Caesar, dari jauh, muncul satu lagi sosok anggota MABES lainnya. Dia muncul dari arah Mataoleo[1] dengan mengenakan celana panjang berwarna hitam dengan gaya tegapnyadan jalannya yang maskulin bergerak mendekat menuju Markas MABES.

“ kenapa kamu baru muncul, Alan?” tanya Andi.

“ biasa toh!”

lending?”

“ saya dari rumah, Andi!”

“ apa di bikin di rumah? Saya pikir, kalau seperti itu kamu lebih mirip seorang gadis yang dipingit[2].”

“ saya hanya singgah nonton saja di rumah.”

“ OVJ ( Opera Van Java )?”

“ bukan, KCB ( Ketika Cinta Bertasbih ),” jawab santai Alan. “ biasalah, sinetron paling populer di lingkup kita, MABES.”

“ sinetron KCB sudah bersambung?”

“ Dramatis!” jawab Alan. “ Tokoh Protagonis dan Pemeran pembantu akhirnya pisah juga. Dari sudut dermaga mereka saling mengucapkan kata-kata perpisahan dan masing-masing mereka harus ikhlas melepas yang lainnya untuk keselamatan dunia dan akhiratnya.” Penjelasan Alan yang baru saja menyaksikan satu episode bersambung dari sinetron KCB.

“ jadi, kamu tahu seluruh rangkaian cerita yang baru kamu tonton barusan?”

“ iya, sangat tahu, bahkan saya hafal tempat mereka beradu akting. Lagipula, biarpun kita seorang laki-laki bukan berarti dengan menonton film itu kita akan lebih terlihat seperti perempuan. Saya hanya merasa ketika saya menonton film manja nan romantis seperti itu dan saya bisa menarik pesan tersiratnya, maka saya boleh berbanggalah menjadi seorang manusia.”

“ ha ha ha… saya lihat sekarang kamu sudah mulai kelihatan mirip dengan Caesar.”

“ maksudnya?” tanya Alan.

“ iya, kalian sama-sama suka menonton sinetron KCB di malam bulan Ramadhan dan seringkali melalaikan shalat sunnah terawih.

“ tidak setiap hari lah kalau saya!”

“ oh…”

Tiba-tiba mata Alan langsung menusuk tajam pada satu sosok manusia yang ada di salahsatu satu sudut gode-gode dengan pose sedang duduk menjepit kedua lututnya sambil tertawa-tawa sendiri setiap kali membaca balasan sms yang masuk di Hpnya.

Alan hanya tersenyum tipis melihat pemandangan itu. Alasannya, malam-malam sebelumnya, dia juga sering menemani La Otde kala La Otde harus membalas sms yang masuk di Hpnya.

Alan mendekat beberapa jengkal di dekat La Otde. “ bagaimana?” kata Alan. “ sms itu, apakah dari dia?”

“ baca saja sendiri!” kata La Otde lalu menunjukkan sms di Hpnya pada Alan. “ seperti biasa ‘kan?”

“ apa tidak apa-apa kalau kita seperti ini terus?”

“ maksudnya?”

“ kamu sudahi dulu untuk mengerjai Caesar dengan mengaku-ngaku sebagai gadis belia usia 18 tahun!”

“ Caesar tidak akan pernah marah kalau dia tidak tahu kalau-kalau nomor ini milik saya.Kalaupun dia akhirnya tahu, dia tidak akan marah sama sekali. Hanya saja, mungkin memendamnya dalam hati…dan untuk beberapa lama, marahnya itu akan redah dengan sendirinya. Seperti hujan yang membadai tiada selamanya dia akan seperti itu. Atau… seperti banyak pepatah mengatakan ‘Anjing menggonggong, pastilah berlalu.”

“ mungkin maksudmu, kafila?”

“ ah, tidak masalah! Intinya dia akan redah dengan sendirinya.”

Alan lalu dibuat sedikit terkaget setelah HP milik La Otde yang di pegangnya bergetar: pertanda ada satu pesan baru yang masuk.

“ barangkali ini balasan dari dia,” kata Alan yang lalu membaca nama yang tertera pada bagian atas pesan masuk itu. “ Caesar Mabes… ha ha ha. Betul sekali dugaanku.”

Setelah itu La Otde yang dengan perannya dalam sms itu sebagai seorang gadis beliau umur 18 tahun membalas sms itu. Sampai beberapa kali balas-membalas sms itu di lakukan.

“ kita ketemu dimana?” balas Caesar.
“ di rumahku saja!”
“ rumahmu dimana? Saya tidak tahu kamu siapa”
“ di Mataole, di samping lapangan badminton. Saya tunggu sekarang!”
“ nama kamu?”
“ nanti juga tahu sendiri, yang penting kamunya datang saja dulu!”
“ di samping rumahku saja!” balas Caesar memaksa.
“ mau ketemu atau tidak?”
“ di samping rumahku, pokoknya!”sekali lagi memaksa.
“ tidak usah kalau begitu!”
“ oke, di samping lapangan badminton!” Caesar menyerah.

“ ha ha ha…” tawa Alan dan La Otde pecah juga rupanya.
“ bagaimana kalau dia jadi datang?” tanya Alan kepada La Otde.

“ oh, soal itu.” Sambil berpikir sesaat. “ nanti saya sms… saya katakan saja sama dia kalau saya tidak jadi keluar karena ibu saya melarang.” Sambil merebahkan tangannya. “ gampang ‘kan ya?”

“ terserah kamu saja lah!” kata Alan.

Ha ha ha… mereka lalu tertawa bersama-sama membayangkan Caesar yang datang menuju lapangan Badminton lalu sesampainya di sana tidak ada sama sekali orang yang dia temui.Pasti dia akan langsung pulang menuju Markas dan bercerita perihal pertemuannya dengan gadis usia 18 tahun sebagai pengagumnya yang meminta untuk ditemui.

Suasana kembali tenang sesaat antara Alan dan La Otde. Dan setelah itu tak ada percakapan lagi. Suara hentakan keras kartu domino Dobol Enam terdengar begitu keras menghujam alas papan tripleks. Bantingan itu berasal dari Abang Phyton. Bunyi musik yang diputar oleh Farlin pun kini semakin terdengar jelas di telinga Alan. Dia baru menyadari kalau jumlah yang hadir saat itu lumayan banyak untuk ukuran gode-gode yang mereka gunakan sebagai markas. Kemudian di arahkannya pandangannya pada sosok lelaki yang memojok dan memisahkan diri dari rombongan dalam posisi sedang memegang dengan serius HP milik Abang Phyton sambil kesulitan mengatur pola nafasnya: Laade, orang itu.

“ kamu sedang nonton apa, Laade.”

“ bukan apa-apa.” Lalu memperbaiki posisi resleting celananya. “ ini hanya video lucu-lucu yang baru di-download Abang Phyton.”

“ oh,” lalu bergerak cepat menerobos kerumunan mendekati Laade sembari numpang untuk menonton video lucu seperti kata Laade. “ apa judul video ini?” Tanya Alan setelah mendapat posisi yang mantap.

“ PERBAIKI LISTRIK.” Jawab Laade cepat. “ jangan lupa, resleting celanamu dilonggarkan.”

“ ha ha ha… ternyata...” Lalu Alan memilih diam dan ikut fokus menyaksikan video bersama Laade.

Sekitaran beberapa menit mereka memojok berdua di salahsatu sudut gode-gode, tanpa suara, minim gerakan, dan penuh ketenangan. Mereka kelihatan terkonsentrasi penuh mengamati dan mengawasi setiap gerak yang terpantau dalam Hp itu.

“ ehm… Ingat dengan bulan suci Ramadhan,” teriak La Otde dari sudut sebelah dengan keras. “ jangan sampai bernajis ini Markas!”

Laade dan Alan hanya terdiam, tak menanggapi dari seruan La Otde. Alan makin terfokus dibuatnya. Lagipula saya masih hafal do’a mandi Junub.

***
Bersambung...



[1]Salahsatu nama bagian perkampugan di Gu Lakudo.
[2]Tradisi kampung yang diperuntukkan bagi perempuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar